Bab Dua Puluh Sembilan

1.9K 173 18
                                    

Abi melangkahkan kakinya agak cepat untuk menuju ke ruang UGD. Ia melihat keluarga Rachel sedang menunggu di bangku depan ruangan itu.

Abi mulai merasa takut sesuatu terjadi pada Rachel. Ia berharap Rachel kuat bertahan.

"Tante Asti," panggil Abi lirih.

Asti mendongakkan kepalanya begitu mendengar suara Abi memanggilnya. Asti tersenyum. Entah, perasaan lega sekarang menjalar di tubuhnya.

"Abi, makasih udah mau dateng."

"Rachel udah ada kabar terbaru Tante?" tanya Abi khawatir.

Asti mengangguk. "Udah ditangani sama dokter, katanya sebentar lagi dibawa ke ruang perawatan."

Abi menghembuskan napasnya lega. Abi merogoh kantung celananya untuk mengambil ponselnya. Ia harus menghubungi Anya, karena tadi ia meninggalkan Anya begitu saja karena panik.

Sial, ponselnya tertinggal di mobil. Baru saja Abi hendak mengambil ponselnya, seorang suster keluar dari UGD dan memanggil keluarga Rachel. Abi mengurungkan niat untuk mengambil ponselnya, dan ikut bergabung dengan Asti dan Daniel.

Beberapa lama kemudian...

Rachel sudah berada di dalam kamar rawatnya. Masih belum sadarkan diri. Rachel masih berada dalam tidurnya.

"Abi, Tante titip Rachel sebentar ya?" pinta Asti memecah keheningan.

"Oh, iya Tante," jawab Abi kikuk.

"Gue sama nyokap, mau ngurus administrasi. Sebentar aja paling," jelas Daniel menambahkan.

Abi mengangguk. Asti dan Daniel pun pamit pergi sebentar. Abi menarik kursi secara perlahan, dan duduk di sebelah tempat tidur Rachel.

Abi menarik selimut yang hanya menyelimuti setengah badan Rachel.

"Gue minta maaf Rachel," gumam Abi lirih.

'Gue salah. Gue seharusnya dari awal tegas sama lo. Tapi kenapa? Disaat gue harus tegas, lo harus begini?' gumam Abi dalam hati.

"Lo harus kuat Chel."

Hanya kata-kata itu yang bisa keluar dari mulutnya. Abi kemudian berbalik untuk keluar kamar, tanpa Abi sadari, Rachel mendengarnya. Ia hanya pura-pura tertidur. Air mata pun keluar dari ujung matanya.

Abi duduk di bangku yang berada di depan pintu kamar. Menunggu Daniel dan Asti kembali. Abi melirik jam di tangannya. Sudah 3 jam semenjak kepergiannya dari apartement.

"Gue mesti jelasin gimana ya ke Anya. Ya Allah, pusing." Abi menarik rambutnya frustasi.

Tidak lama kemudian, ibunya Rachel dan Daniel pun kembali. Abi kemudian berdiri, bermaksud untuk pamit pulang.

"Tante Asti, Mas Daniel, Abi pulang ya. Nggak enak di rumah tadi Anya ditinggalin gitu aja."

"Abi, bisa nggak temenin Rachel dulu malem ini?" tanya Asti memohon.

Abi sekilas menoleh ke arah Daniel yang sedang memejamkan mata sejenak karena mendengar permintaan sang ibu kepada Abi. Permintaan yang sangat tidak masuk akal.

"Mami, Abi itu punya istri di rumah. Mami salah kalo nahan Abi di sini," ujar Daniel.

"Mami takut Rachel aneh-aneh lagi Daniel. Mami takut," gumam Asti menahan tangisnya.

"Mam, Rachel nggak bisa begini terus! Udahlah." Daniel menoleh ke arah Abi. "Lo pulang aja Bi, gak apa-apa. Kasian istri lo."

Abi mengangguk. "Makasih banyak Mas Daniel. Salam buat Rachel kalo nanti dia bangun."

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang