Bab Tiga Puluh Delapan

2K 171 5
                                    

Rendi mengambil ponselnya yang bergetar di saku celananya. Alisnya berkerut karena Dira menghubunginya.

"Kenapa Dir?"

"Anya... Anya mau nemuin Rachel ke fakultasnya. Anya lagi sakit. Tolong bilangin Abi."

Rendi menoleh ke arah Abi yang sedang membereskan beberapa bukunya ke tas.

"Oke."

Rendi langsung menutup teleponnya. Ia memegang pundak kiri Abi.

"Anya nemuin Rachel ke fakultasnya. Anya hari ini lagi sakit. Gue takut ada apa-apa. Ayo susul ke sana," ajak Rendi.

"Anya ngelabrak Rachel? Apa gimana?" tanya Marcel.

"Nggak tau juga. Ayo makanya kita ke sana."

"Nggak usahlah Ren. Pasti Anya udah ada yang jagain." Abi tersenyum masam.

"Terserah lo lah." Rendi meninggalkan Abi begitu saja.

"Sorry Bi, gue ikut Rendi." Marcel pun meninggalkan Abi menyusul Rendi.

Abi mengusap kasar wajahnya. Dilema. Tapi hatinya juga tak tenang saat tahu Anya sedang sakit. Itukan alasannya kenapa Anya dijemput Angga? Pikiran Abi berkecamuk.

Abi tidak bisa diam saja. Abi pun menyambar tasnya, dan segera menyusul Rendi dan Marcel.

Begitu terkejutnya Abi melihat kerumunan yang ramai. Abi langsung berdiri di samping Rendi dan Marcel. Rendi yang menyadari kehadiran Abi, langsung berkata,

"Nah gitu dong. Demi istri lo Bi."

Tiba-tiba semua orang berteriak. Seperti terjadi sesuatu. Pikiran Abi kalut. Ia langsung menerobos kerumunan begitu saja. Sementara Rendi dan Marcel tertinggal di belakang.

Abi seketika lemas melihat Anya pingsan. Ia menoleh dan melihat Angga mengarah ke arah Anya. Dengan sigap Abi langsung menghampiri Anya lebih dulu.

Dira dan Billa terkejut melihat Abi yang tiba-tiba datang. Angga menghentikan langkahnya. Bagaimana pun, Abi yang lebih berhak atas Anya.

Abi mengangkat Anya dan menggendongnya. Dira dan Billa mengikuti dari belakang, sementara Rendi dan Marcel mengatur kerumunan agar diberi ruang untuk berjalan.

Rachel merasa sesak di dadanya. Abi bahkan tidak melihatnya sedikit pun. Air matanya pun keluar. Ia menangis tanpa bersuara. Seketika kerumunan pun bubar. Angga masih tetap berdiri di tempat, dan menoleh ke arah Rachel.

"Sekuat apapun lo bertahan, yang pergi akan tetap pergi. Jadi percuma lo pertahanin juga. Dia bukan buat lo," gumam Angga pada Rachel.

Rachel menatap Angga dengan mata yang berlinang. Angga hanya menatapnya sebentar dan langsung meninggalkan Rachel sendiri.

Abi membawa Anya ke mobil dan akan langsung menuju ke rumah sakit. Anya ditidurkan di kursi belakang ditemani Dira. Sementara Billa duduk di depan. Rendi dan Marcel mengikuti dari belakang menggunakan motor masing-masing.

"Anya belom sadar Dir?" tanya Abi yang sesekali melihat ke belakang.

"Belom. Badannya panas banget. Buruan Bi. Gue takut Anya kenapa-napa," kata Dira khawatir. Ia sudah mulai menangis.

Abi berusaha fokus menyetir dengan tangan gemetar. Anya dibawa ke rumah sakit yang tidak jauh dari apartement mereka dan merupakan rumah sakit ternama.

Sesampainya di sana, Anya langsung masuk ke UGD dan di tangani oleh dokter yang bertugas. Abi langsung menghubungi orang tuanya dan orang tua Anya.

*****

Anya sudah dipindahkan ke kamar inap suite room yang sangat luas, agar yang berkunjung atau menunggu Anya di rumah sakit bisa beristirahat dengan nyaman.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang