Bab Tiga Puluh Empat

2K 165 1
                                    

Anya dan Angga sedang duduk berdua di kantin sambil menikmati beberapa camilan. Sementara Dira dan Billa, pergi sebentar ke perpustakaan, meminjam beberapa novel yang tersedia di sana untuk bacaan di rumah.

"Heh! Bengong," tegur Angga yang melihat Anya melamun sedari tadi.

"Angga, gak masalah kan kalo kita duduk disini berdua?" tanya Anya.

"Lah, emang kenapa? Kan kita sahabat," jawab Angga tak acuh.

"Bisa jadi, satu kampus itu udah tau gue Anyanya. Dan juga sebelumnya orang-orang tau gue pacarnya Abi. Gak taulah, pikiran gue negatif mulu. Heran," kata Anya sambil mengaduk-aduk kopi dinginnya.

"Udah jangan kebiasaan suka mikir yang negatif aja. Dari dulu gak pernah berubah. Nih makan kentang gorengnya."

Anya mengambil sepotong kentang dan memakannya perlahan. Mendadak ia berhenti mengunyah saat melihat Abi sedang menatap ke arahnya. Melihat Anya terdiam, Angga memutar kepalanya.

Abi memilih untuk diam dan tidak menghampiri Anya. Sebenarnya ia agak kesal. Tapi ia tidak mau berdebat dengan Anya, terlebih lagi suasana hatinya sedang tidak baik karena Rachel.

Abi melirik ke arah Rendi yang sedang memainkan ponselnya.

"Mau duduk dimana?" tanya Abi.

"Eh? Oh iya, dimana ya? Eh, itu Anya ya? Lo mau nyamperin Anya dulu?" tanya Rendi kikuk.

"Gak usah," jawab Abi dingin. Abi melihat ada bangku yang kosong untuk bertiga, dan melesat pergi.

"Ren, gue rasa Abi lagi panas deh nih, gak jadi gosip dong?"

Rendi memukul pundak Marcel. "Lo kalo mau gosip liat-liat waktu. Lagian udah kayak cewek aja lo doyan gosip."

Rendi meninggalkan Marcel yang sedang menggerutu tidak jelas untuk menyusul Abi.

Sementara di sisi lain...

Anya sebenarnya agak kecewa saat Abi memilih pergi dan tidak menghampirinya. Wajahnya berubah menjadi murung.

"Sana samperin Abi," kata Angga memecah keheningan antara mereka berdua.

Anya menggeleng. "Nggak. Abi kayaknya lagi bete. Gak tau gara-gara tadi, gak tau gara-gara gue berdua sama lo disini."

"Tadi? Emang kenapa?"

"Nggak apa-apa," jawab Anya tersenyum kecil.

Angga hanya mengangguk-angguk. Suasana canggung menyelimuti mereka berdua. Tapi untungnya, tidak lama Dira dan Billa sudah kembali bersama mereka.

"Maap ya lama, gue nyari-nyari dulu yang bagus hehe," kata Billa menyesal.

"Gak apa-apa. Karena lo berdua udah dateng, gue pergi ya. Nyusul anak laki yang lain, ngopi di warkop sebelah kampus." Angga beranjak dari duduknya.

"Makasih ya udah nemenin gue," kata Anya.

"Sama-sama princess. Dir, Bil, duluan ya," pamit Angga.

"Gemes banget sih Angga," gumam Billa.

"Suka?" tanya Anya.

"Nggaklah. Dia kan sukanya sama lo," kata Billa.

"Gue sama Angga sahabatan doang ya. Eh, lo mau cerita apa Dir?"

"Gak jadi. Suasana kayaknya lagi nggak enak," gumam Dira.

"Tenang aja sih. Gue gak ada masalah apa-apa. Kenapa? Mau cerita apa?" tanya Anya.

"Kabar bahagia sih, hehe." Dira menggaruk-garuk kepalanya.

BIG [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang