75. Di Balik Herd Immunity

6 0 0
                                    

Bismillah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jangan lupa vote dan comment. Semoga menjadi amal jariyah kita semua. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin. Semoga bermanfaat.


Virus corona masih terus membuat gempar dunia. Dari ujung Barat hingga Timur, Selatan sampai Utara, kewalahan menghadapi pandemi ini.

Data ter-update kasus Covid-19👇.

Jumlah kasus coronavirus secara global telah melampaui 1,9 juta kasus pada hari Senin, (13/4/2020), menurut penghitungan yang dilakukan oleh Johns Hopkins University yang berbasis di AS.

Data dari Hopkins tersebut menunjukkan bahwa jumlah kematian global akibat Covid-19 mencapai 118.459 jiwa, sementara itu jumlah pasien yang pulih berjumlah 446.002 orang.

Total ada 1.904.566 kasus tercatat di seluruh dunia, AS memiliki kasus terbanyak dengan lebih dari setengah juta infeksi - lebih dari 572.000 kasus.

AS juga memiliki jumlah kematian tertinggi dengan lebih dari 23.000 jiwa, menjadikan pusat gempa baru COVID-19 setelah Italia.

Sementara itu Italia memiliki angka kematian tertinggi kedua dengan jumlah 20.465 jiwa, disusul Spanyol dengan 169.496 jiwa.

China, yang mengklaim tidak memiliki kasus virus, baru-baru ini melaporkan ada 3.345 kematian dan lebih dari 83.200 kasus baru, tetapi angka-angka itu masih menimbulkan pertanyaan di dalam dan di luar China.

Baru-baru ini, menurut data Hopkins, mencatat pemulihan terbanyak dari epidemi di atas 78.000.

Beberapa negara maju yang memiliki pelayanan kesehatan tinggi pun dibuat tak berkutik. Padahal sarana kesehatan mereka lebih dari bagus dan memadai.

Bagaimana dengan negeri Zamrud khatulistiwa ini?

Rasanya tak perlu dijabarkan panjang lebar, negeri nyiur melambai ini telah dibuat kalang kabut menghadapi pandemi Covid-19.

Mulai dari masalah tersendatnya pasokan alat pelindung diri (APD), susahnya mengimbau masyarakat untuk tinggal di rumah, hingga banyaknya tenaga medis (terutama dokter spesialis) yang gugur dalam melaksanakan tugasnya.

Silih berganti pemberlakuan penyelesaian wabah Covid-19. Mulai dari tuntutan lockdown atau karantina wilayah dari berbagai kalangan, desakan pelarangan mudik, wacana darurat sipil, hingga akhirnya diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dari berbagai wacana yang ada, akhirnya pilihan terakhir jatuh pada PSBB.

Namun dalam perjalanan kebijakan ini, muncul statement-statement aneh dari para tokoh bangsa. Yang justru malah menambah kegaduhan masyarakat.

Sebagai contoh, pernyataan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan tentang virus corona yang melemah ketika berada di cuaca panas.

Ia memaparkan bahwa corona tak bisa bertahan di Indonesia, pasalnya Indonesia merupakan negara beriklim tropis, cukup panas.

Jadi menurutnya, secara alam negeri ini memiliki faktor pendukung untuk melemahkan virus corona. Hanya saja faktor ini memang tak bisa berjalan sendiri, perlu dukungan faktor-faktor yang lain.

Ironisnya, pernyataan ini justru didukung oleh beberapa instansi terkait. Seperti Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati yang menjelaskan bahwa beberapa kajian ilmiah telah menemukan adanya keterkaitan perkembangan virus corona dengan cuaca.

Dari kajian beberapa ahli menyebutkan Covid-19 memiliki suhu ideal penyebaran sekitar 1-9 derajat celcius. Artinya, penyebaran Covid-19 akan melemah jika berada di suhu lebih tinggi dari itu.

DREAM HIGH (UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang