80. Tobat Kolektif Di Tengah Pandemi

3 0 0
                                    

Bismillah. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semoga bermanfaat. Jangan lupa vote⭐, comment, dan share. Semoga menjadi amal jariyah kita semua. Aamiin Ya Allah.

~TOBAT KOLEKTIF DI TENGAH PANDEMI~

Marhaban Yaa Ramadan.

Disyariatkan bagi seorang muslim untuk menyambut Ramadan yang mulia dengan melakukan tobat nasuha (taubat yang sesungguhnya), mempersiapkan diri dalam puasa, dan menghidupkan bulan tersebut dengan niat tulus dan tekad yang murni. Begitu yang disampaikan As Syekh ‘Abdul Aziz bin ‘Abdillah bin Baz.

Meski umat manusia dan kaum muslimin pada khususnya tengah berduka karena pandemi Covid-19 belum juga reda, tapi tidak mengurangi kesungguhan kaum muslimin mengoptimalkan segala amal ibadah selama Ramadhan.

Ironisnya, muncul suara sumbang di tengah pandemi, mengusulkan agar MUI mengeluarkan fatwa memperbolehkan orang tidak berpuasa dan mengeluarkan fidyah. Katanya fidyah sebagai cara untuk memberikan makan orang miskin. Begitu tulis Rudi Valinka melalui akun twitternya, @kurawa.

“Mumpung lagi libur, gue punya usul seandainya bulan puasa yang akan tiba 17 hari lagi, Kemenag dan MUI buat fatwa untuk memperbolehkan orang tidak berpuasa dengan cara membayar fidyah (denda) memberikan makan orang miskin..ini cara yang paling ideal dalam kondisi skr,” tulis Rudi Valinka, Minggu (5/4/2020) lalu.

Hal tersebut pun ditanggapi Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Prof. Hasanudin A, bahwa usulan tersebut tidak ada dasar hukumnya. “Jadi jangan macam-macam lah menafsirkan dalam agama. Jangan mengada-ada, lalu dihubungkan dengan urusan agama. Konsultasi dulu dengan pakarnya. Sudah kondisinya begini, terus urusan agama malah dipermainkan.” (republika.co.id, 19/4/2020)

Seharusnya Ramadan menjadi momentum titik tolak tobat kolektif atas kemaksiatan karena mengabaikan hukum Allah SWT.

Bukan malah sebaliknya, mengusulkan ide sesat dengan tidak berpuasa lalu bayar fidyah sebagai ganti berpuasa. Ide itu tentu disampaikan oleh orang yang tidak memahami hakikat bulan Ramadan.

Perlu kita sadari bahwa kemaksiatan kepada Allah memutus aliran nikmat yang selama ini dirasakan sebagai buah kelezatan ibadah.

Kini kaum muslimin terhalang melakukan berbagai ketaatan yang pernah ditekuni dan kehilangan kesempatan salat berjamaah tarawih di masjid serta silah ukhuwah dalam balutan dakwah. Nikmat sehat pun menjadi sesuatu yang “mahal”.

Wabah Covid-19 belum usia, kini “wabah kelaparan” menghantui rakyat di tengah ekonomi yang sulit.

Firman Allah SWT:

“Dan musibah apa saja yang menimpamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (asy Syura: 30)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas, “Allah SWT mengabarkan bahwa musibah apa pun yang menerpa seorang hamba, baik menimpa badan, harta, anak-anaknya, atau musibah yang menimpa segala yang dia cintai dan berharga, semua itu disebabkan kemaksiatan yang telah dia lakukan. Bahkan, dosa-dosa yang Allah SWT ampuni lebih banyak. Sebab Allah tidak akan menzalimi hamba-hamba-Nya tetapi merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan 1/759)

DREAM HIGH (UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang