70. Home Learning : Bikin Pusing?

5 0 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jangan lupa tekan ⭐ sebelah kiri bawah dan comment. Share juga ya. Semoga bermanfaat dan semoga menjadi amal jariyah kita semua.
Aamiin Ya Allah.


Kita ketahui bersama dibeberapa bulan terakhir semenjak Virus corona yang statusnya berubah dari Public Health Emergency of International Concern menjadi Pandemi dan bahkan telah banyak kasus di Indonesia yang dimana Pemerintah melakukan kebijakan sosial distancing bukan hanya mempengaruhi dalam skala kesehatan bahkan semua bidang salah satunya Pendidikan.

Virus Covid-19 yang mewabah tidak hanya mempengaruhi sektor perekonomian di Indonesia. Tidak ketinggalan sektor pendidikan pun terkena imbas dari wabah ini.

Sekolah, dianggap sebagai salah satu tempat yang berpotensi menyebarkan virus karena banyak orang mulai dari peserta didik, guru, tenaga kependidikan dan lainnya berinteraksi di sana.

Oleh karena itu, beberapa kepala daerah mengambil kebijakan belajar di rumah bahkan sudah ada yang memperpanjang karena semakin meluasnya penyebaran virus Covid-19 ini.

Seperti kota Depok yang memperpanjang hingga 11 April 2020 atau kota Tangerang yang memperpanjang sampai tanggal 1 Juni 2020 karena sekaligus menyesuaikan dengan libur Ramadan (https://www.vivanews.com/).

Mewabahnya virus Corona akhir-akhir ini membuat beberapa pemerintah daerah mulai mengambil sikap. Di antaranya, meliburkan sekolah sebagai suatu upaya untuk mencegah sekaligus mengurangi penyebaran virus Corona.

Tak sedikit pula dari instansi pendidikan yang memberlakukan home learning maupun  kelas online untuk melakukan proses belajar mengajar jarak jauh.

Namun semenjak pemberlakuan home learning tersebut diseluruh sekolah maupun perguruan tinggi negeri tidak semudah yang dibayangkan pasalnya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima pengaduan sejumlah orangtua siswa yang mengeluhkan anak-anak mereka justru stres karena mendapatkan berbagai tugas setiap hari dari para gurunya, selama diliburkan atau belajar di rumah di masa pencegahan virus corona atau covid 19, sesuai instruksi pemerintah.

Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, menuturkan kemungkinan besar, para guru memahami home learning adalah dengan memberikan tugas-tugas secara online, dan pengumpulannya pun online.

"Alhasil para siswa dan orang tua mengeluh. Seiring dengan 14 hari belajar di rumah, ternyata tugas yang harus dikerjakan anak-anak mereka di rumah malah sangat banyak, karena semua guru bidang studi memberikan tugas yang butuh dikerjakan lebih dari 1 jam," kata Retno, Rabu (18/3/2020).(wartakota. tribunnews. com)

Bukan hanya itu KPAI banyak menerima pengaduan salah satunya siswa yang mengeluh teman-temannya kerap datang ke rumahnya lantaran tidak memiliki cukup kuota untuk mendengarkan pembelajaran dari guru.

Oleh karena itu, kebijakan social distance atau berjaga jarak pun tidak terealisasi karena siswa-siswa memilih untuk berkumpul dengan masalah kuota serta akses internet.

Lain halnya keluhan yang disampaikan seorang siswa SMA di Kuningan, Jawa Barat kepada KPAI. Pelajar yang duduk di kelas 10 itiu mengaku tensi darahnya naik karena menerima banyak tugas lewat telepon genggam. Ia mengeluh karena tugas yang diberikan secara online lebih banyak daripada sekolah pada biasanya.

Bukan hanya itu saja dibalik home learning peranan orang tua juga sangat penting sebab orang tua dipaksa berperan menjadi gurunya dengan jadwal dan target materi harian yang diberikan guru secara online.

Namun banyak orang tua yang gagap dalam melaksanakan tugas tersebut, wajar saja selain permasalahan teknis menggunakan teknologi yang kurang dimengerti, orang tua yang tidak memiliki skil, pemahaman dalam pengajaran juga stres dalam membantu si Anak dalam menargetkan tugas tugas hariannya.

DREAM HIGH (UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang