Khilafah Ditolak, Pede Amat?

10 0 0
                                    

Khilafah Ditolak, Pede Amat?

Oleh : Zainab Ghazali

Miris. Benar-benar miris. Membela demokrasi dan membenci khilafah kok segitunya. Demokrasi yang jelas batil, tanpa dalil dan berdampak rusak terus diagung-agungkan. Sementara khilafah yang merupakan warisan Nabi dan terbukti telah membawa kebaikan kok terus diserang. Bahkan para pengembannya harus siap-siap dikriminalkan.

Bagi para pembenci, dalil sebanyak apapun memang tak akan memberi manfaat sedikitpun. AlQur'an kalamullah, AlHadits Rasulullah, Ijma para Shahabat, dan maqalah ulama salaf pun semuanya lewat.

Mereka malah terus mencari dalih untuk menolak khilafah dan membela loyalitas mereka pada sekulerisme dan sistem kufur yang dianggap telah memberi penghidupan bagi mereka. Termasuk dengan berpegang teguh pada sabda para filosof Yunani yang bahkan tuhanpun bisa jadi bahan perdebatan dan olok-olokan.

Mereka terus membuat narasi untuk meragu-ragukan umat soal kewajiban dan urgensi khilafah. Mereka menuding khilafah sebagai sumber keburukan dan perpecahan. Lalu menisbahkan pada secuil bukti sejarah dari sejarah panjang keemasan khilafah. Atau menisbahkan kepada narasi ala Isis yang sudah jelas dibuat Amerika demi menanam imej buruk soal khilafah. Teroris radikalis!

Mereka lupa bahwa apa yang mereka bela mati-matian kerusakannya terserak di depan mata. Krisis moral generasi, hegemoni korporasi, perampokan sumberdaya alam, budaya koruptif, merajalelanya riba, kemiskinan dan ketidakadilan, intervensi asing, utang yang melimpah ruah, kapitalisasi layanan dan hak-hak publik, semuanya terjadi saat sekulerisme dan demokrasi diterapkan sebagai sistem kehidupan. Bukan saat Islam ditegakkan.

Mereka pun berusaha mengecilkan gagasan khilafah dan meletakkannya di bawah aturan hidup yang lainnya. Menyebut khilafah bukan sistem, tapi cuma kumpulan nilai-nilai yang bisa dicangkokkan pada aturan kufur buatan manusia. Lha, mana bisa?

Tak usah berpikir keras buat memahami perbedaan keduanya. Mungkinkah menyandingkan prinsip "kedaulatan membuat hukum ada pada Allah" dengan sistem demokrasi yang memberi kedaulatan hukum pada manusia? Mungkinkah menyandingkan prinsip "khilafah dibaiat oleh rakyat demi menerapkan hukum Allah" dengan sistem yang menempatkan penguasa sebagai pihak yang dikontrak untuk menjalankan kehendak rakyatnya? Apalagi, rakyat dimaksud ternyata segelintir konglomerat!

Lalu, apakah mungkin menyandingkan prinsip "kewenangan mengadopsi hukum hanya pada khalifah" dengan sistem yang mengadopsi konsep trias politica? Dan mungkinkah menyandingkan prinsip 1 kepemimpinan untuk dunia dengan sistem yang meneguhi keterpecahbelahan bangsa?

Sungguh ada perbedaan diametral antara khilafah dengan sistem demokrasi yang mereka agung-agungkan. Namun mereka terus saja berupaya membuat kekaburan hingga umat tak lagi kenal dengan rumahnya. Yakni rumah yang selama belasan abad telah melindungi dan memuliakannya.

Bahkan mereka terus memisahkan cita-cita khilafah dari benak dan perasaan umat. Sejauh-jauhnya. Karena mereka tahu, khilafah akan mengobrak abrik mimpi-mimpi mereka. Mimpi menjadi anak emas Kapitalis demi memenuhi kerakusan dan hasrat mereka akan dunia.

Sungguh makin jelas dimana posisi mereka. Mereka telah memilih untuk setia berdiri di pihak bangsa penjajah. Menjadi para abdi dalem yang siap mengamankan kepentingan penjajahan. Menjalankan semua instruksi layaknya budak yang tak punya pilihan-pilihan. Tak peduli harga diri bangsanya tergadai demi pangkat dan jabatan.

Alangkah ruginya pilihan hidup para pembenci khilafah dan para da'inya. Karena yang dibenci adalah ajaran Allah dan para kekasihNya. Yang lisannya dipuji karena senantiasa menyeru kebenaran. Yang siang dan malamnya habis untuk berjuang menapaki jejak risalah kenabian.

Tidakkah mereka takut akan satu masa dimana pengadilan Allah akan digelar? Sementara saat ini, di bumi milikNya, mereka terus menebar kebencian pada ajaran-ajaran Islam.

====



Semoga bermanfaat.
Jangan lupa vote, comment, and share.
Semoga menjadi amal jariyah kita semua. Aamiin Ya Allah.

DREAM HIGH (UPDATE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang