°Love Destiny 19°

328 30 31
                                    


Love Destiny

•••

Tidak mau ketinggalan info, Riza menarik kursi miliknya untuk diletakan di sebelah kanan April hingga membuat cewek itu berada di tengah-tengah sekarang.

April yang mengerti situasi menghelap napas. Dia pun melirik ke kanan dan ke kiri lalu bertanya, "kenapa?" Wajahnya terlihat kusut, tak bersemangat sama sekali.

Zifa berdehem. Dia menoleh ke belakang memastikan situasi. Beberapa murid di kelas terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. "Kemarin ... lo sama abangnya Andra gimana?"

Sudah diduga. Pasti Zifa akan bertanya tentang ini padanya. "Gue ... break sama dia. Ya, gitulah intinya."

Terkejut, tentu saja. Riza yang bersimpati kepada April, menepuk bahu gadis itu pelan. "Sabar, ya. Semoga masalah kalian cepet kelar."

Sedangkan Zifa hanya ber'oh' ria menanggapi. Sudut bibir terangkat, sedikit senang mendengar jawaban April. Bukannya dia bahagia dengan kabar mereka yang break, tetapi dia berpikir, mungkin benar jika Raindra bukanlah orang yang tepat untuk temannya ini.

Tidak mau mengganggu April yang tengah dalam fase galau, Zifa pun memilih kembali ke tempat duduknya. Membiarkan Riza menghibur April. Dia tidak mau mengambil resiko sok menghibur orang lain padahal dirinya sendiri juga tengah dirundung rasa kesal.

Dia tahu, sekarang April sedang mengalami patah hati hebat. Namun, menurutnya itu bukan hal memusingkan. Karena memang konsekuensi dari pacaran adalah patah hati itu sendiri.

Zifa mendesah, memikirkan kegiatan yang siapa tahu bisa mengembalikan mood. Dia meraih ponsel di laci meja lantas membuka akun instagram. Kegiatan apalagi yang lebih menyenangkan selain stalking akun instagram orang lain? Apa lagi stalking akun doi!

Mendadak satu nama muncul di otak kecilnya. Dengan cepat, jari mengetik beberapa huruf sehingga membentuk nama seseorang. Dia berdecak kala akun instagramnya tak kunjung ditemukan. Beberapa kali mencoba, akhirnya yang dicari-cari berhasil didapat.

"Huh! Nggak ada foto wajahnya samsek," gerutunya tatkala meng-secroll sampai bawah.

Mata Zifa langsung berbinar ketika satu foto target stalking-nya ditemukan. Dia memiringkan kepala, mengamati foto itu lamat-lamat. "Ah, nggak asli nggak di foto, tetep aja nggak ada ekspresi." Ibu jarinya memencet-mencet foto tersebut, berniat memperjelas tampilannya yang buram akibat  jaringan lemot.

Shit!

Zifa mengerjapkan mata, menelan ludah susah payah sendiri. Jarinya secara refleks  memencet tanda love yang artinya dia telah menyukai postingan satu tahun lalu milik cowok itu.

"Ogeb!" Dia mengacak rambut frustasi.

Malu banget!

Ketahuan stalking!

Mau ditaruh mana nih, muka?

"Lo kenapa, sih?" tanya April menengok kebelakang.

Zifa memanyunkan bibir ke depan ditambah eksrepsi cemberut di wajah. "Lo mau nggak, ngubur gue hidup-hidup?"

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang