Love Destiny
•••
"Lanjut makan. Kalo mau nambah, bilang sama gue." Telapak tangan Andra mengusap pucuk kepala Zifa. Membuat gadis di depan mereka mendengkus tak suka.
Syukurlah waktu berjalan cepat. Saat Zifa tengah berdiri---menunggu Andra membayar nasi goreng mereka, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Alhasil dia menoleh hingga menemukan sang penabrak tengah membungkuk guna membereskan barangnya yang terjatuh. Zifa pun berinisiatif membantu. Namun, tangannya justru ditepis kasar begitu saja.
"Saya mau---"
"Nggak perlu."
Zifa bungkam. Bukan karena takut, tapi karena dia merasa tak asing dengan suara perempuan ini. Otaknya pun berpikir cepat sampai mendadak tatapan mereka bertemu.
"Lo 'kan si ... cewek sinting!"
Perempuan itu langsung melarikan diri meninggalkan topi juga kaca mata hitam yang sempat dipakai. Zifa yang terkejut pun spontan menarik tangan Andra dari belakang.
"Itu si cewek sinting! Cepet kejar!"
Zifa mendorong Andra ke depan. Dengan kesadaran terlambat, dia berlari mengejar orang yang kekasihnya sebut 'cewek sinting' tadi.
Zifa pun turut mengejar. Dia yakin bahwa dirinya tidak salah mengenali. Jika dia bukan orang yang sama, mengapa perempuan itu malah kabur?
Orang-orang yang tengah melintasi sekitar, tak jarang memperhatikan aksi kejar-kejaran tersebut. Jika kecepatan lari ketiga orang itu diukur, tentu Andra-lah pemenangnya. Namun, keadaan sekarang si perempuan sinting yang memimpin meski dia berlari dengan kaki tergopoh-gopoh, sedangkan Zifa berada di urutan belakang. Akibat rok yang dia kenakan kaki menjadi sulit melangkah.
"Andra! Tungguin gue!"
Derap kaki Andra terus melaju. Mengabaikan teriakan Zifa. Hingga kemunculan tak terduga anak kecil yang terjatuh dengan posisi terduduk akibat tersenggol tubuhnya menghentikan. Es krim yang anak itu pegang tumpah di jalanan, menciptakan tangis si anak pecah seketika.
Beruntung Zifa berhasil menyusul mereka
seraya membawa napas memburu. Dia mengambil alih sang anak, sementara Andra kembali mengejar sang target. Sayang, gerakannya didahului oleh motor yang menghadang si perempuan lantas membawanya kabur. Kendaraan itu menghilang di tikungan."Argh, shit!" Dengan tangan terkepal erat, dia berbalik. Menghampiri gadisnya yang sedang membujuk anak laki-laki tadi agar tak menangis.
"Ssttt, nanti Kakak beliin es krim lagi." Sisi tangan Andra menghapus air mata yang berderai. "Jangan nangis, oke? Masa jagoan cengeng."
Ajaib!
Zifa tersenyum. Menyaksikan bujukan Andra berefek kilat. Tangis bocah laki-laki itu berhasil reda. Meski sisa isakkan masih terdengar.
"Em, Ndra. Gue ... juga mau es krim. Boleh 'kan?"
•••
Gadis yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu mengeluarkan bulir bening. Suara memilukan mengisi kamar yang dihuni oleh dua kaum hawa berbeda usia. Kepala gadis itu mendarat di atas paha sang wanita. Menuntun telapak tangan supaya bergerak membelai surai hitam milik putri semata wayang guna meredakan tangis yang melanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]
Fiksi RemajaNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. New version! _________________________________________ Luka memang nyata. Namun, mengapa setiap luka yang Zifa dapat selalu berasal dari kaum adam? Luka dari tetangga, selingkuhan sang ibu, teman baru, dan pal...