°Love Destiny 51°

212 13 25
                                    

Love Destiny

•••

Bukannya senang saat berkunjung ke rumah sang kekasih seperti gadis kebanyakan, hati Zifa justru merasa gelisah. Apalagi Kinan sendiri yang meminta agar dia datang ke rumah dan beliau mengetahui jika Andra tidak mengantarkan Nadin pulang. Jelas sekali penyebabnya karena Andra memutuskan mengantar gadis itu pulang.

"Halo, Zifa. Apa kabar, Cantik?"

Tubuh Zifa bereaksi aneh ketika Kinan berjalan menyapa. Dia menegang, seolah hawa panas langsung menyergap raga sehingga membuat hidung sukar bernapas bebas.

"Baik, Tan. Kalo Tante sendiri gimana?" Zifa menjawab kikuk, bergeser sekian jengkal kala Kinan berdiri di sebelahnya.

"Seperti yang kamu liat," balas wanita itu.

Zifa tersentak kecil, berseger ke titik semula begitu tangan Kinan menariknya mendekat. Wanita berambut pendek sebahu itu membawanya menuju sofa di sekitar mereka. Efek terlalu gerogi dia baru menyadari jikalau Andra sudah tidak ada di satu ruangan dengan tempat raganya berada.

Ngeselin banget punya pacar!

"Oh, ya ... kamu tau 'kan waktu Tante sama Nadin video call di sekolah?"

Lagi-lagi hati Zifa merasa tak tenang. Padahal pertanyaan bunda Andra ini sangat mudah dijawab, tetapi entah mengapa otak menduga jika terselip maksud lain dalam pertanyaan demikian.

"Tau, kok, Tan. Soalnya aku kebetulan juga lagi di sana sama mereka," katanya tersenyum tipis.

"Terus kalo tau, kenapa yang pulang sama Andra malah kamu? Dan kamu biarin Nadin gitu aja di sekolah? Padahal Tante minta buat Andra nganterin dia pulang."

Deg!

Bak sambaran petir, pertanyaan sekaligus pernyataan Kinan barusan terdengar mengejutkan. Beliau seolah tidak menyukai jika putranya mengantar pulang dirinya.

Ini yang Zifa takutnya sedari tadi.

Sebegitu tidak sukanyakah bunda Andra kepada Zifa? Sampai-sampai wanita berparas cantik meskipun sudah dikaruniai tiga putra ini berkata terus terang?

Walaupun perkataan dan tutur kata beliau terbilang lembut, tetapi terselip makna lain di sana. Seketika, Zifa merasa putus asa. Percaya diri yang tersusun untuk meluluhkan hati beliau pun runtuh berantakan.

"Maaf, Tan. Soalnya ... Andra sendiri yang mau nganter aku." Dia hanya bisa menundukkan wajah, khawatir akan tanggapan Kinan selanjutnya. Terlebih suasana mendadak berubah dingin, apalagi tatapan beliau yang tak lepas darinya.

"Tante bisa minta sesuatu sama kamu? Anggap aja sebagai bentuk perjuangan kamu buat Andra."

Entah mengapa mendadak feeling Zifa kurang positif.

"Apa, ya, Tan?"

Air muka Kinan perlahan berangsur datar. Wajahnya sedikit menunduk guna mendekatkan bibir merahnya pada telinga Zifa. "Putus dari Andra, ya? Biarin dia sama Nadin."

Kali ini sakit hati Zifa bertambah kali lipat. Bahkan bibir sukar bergerak meskipun sekedar membuka. Lidah terlalu kelu untuk mengucapkan kalimat penolakan.

"Giman-"

"Sorry lama." Perkataan Kinan terhenti oleh kemunculan Andra jua sosok suami dari tangga lantai dua. Mereka turun bersamaan.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang