°Love Destiny 17°

361 25 46
                                    

Love Destiny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Love Destiny

•••

"Please, jangan paksa gue!"

Gadis yang mengenakan celana jeans panjang serta blazer abu-abu itu merengek ketika sebelah tangannya ditarik paksa oleh seseorang. Dia memberontak sekuat tenaga demi bisa terlepas dari lelaki yang sangat ingin dihindari.

Tempat yang sering para pecinta dunia malam kunjungi sudah terpampang jelas di depan sana. Napas Zifa tercekat saat suara bising samar-samar terdengar dan gemerlap lampu disko terlihat.

Jangan sampai gue masuk ke tempat laknat itu!

Merasakan aura sekitar begitu dingin, seketika bulu kuduk Zifa meremang. Dia memejamkan mata sejenak, meringis saat secara tidak sengaja kakinya diinjak oleh orang tak dikenal. Namun, mulut tetap memilih diam, dengan tangan masih setia berada di genggaman Tama.

"Siapa, nih cewek? Pacar baru lo?" tanya lelaki yang merupakan pelaku injak tadi.

Seketika Tama melirik Zifa beberapa detik sebelum menjawab, "Lonte."

Jleb!

Hati Zifa serasa teriris, perih. Harga diri seakan menghilang. Meskipun dalam benak dia teramat marah, tetapi dia senantiasa bungkam.

Apakah tidak ada jawaban yang lebih baik? Serendah itukah dirinya?

"Lo yakin cewek semanis dia ...?"

Tama justru memasang senyum mengejek. "Bahkan lebih dari itu mungkin bisa."

Mendadak Zifa meringis, menahan sakit di pergelangan. Dia yakin setelah ini kulitnya pasti akan memerah karena cengkeraman Tama yang mengerat.

Andaikan ibunya tahu ke mana sebenarnya Tama membawa anak gadisnya ini pergi. Pasti beliau sejak awal sukar mengizinkan.

Mulut manis cowok itu mampu memanipulasi Naomi sehingga dengan mudah mengizinkan Tama membawanya keluar malam-malam seperti ini. Mengapa nasibnya sangat sial?

Zifa memalingkan wajah saat dia diperhatikan sebegitu lekat oleh teman lelaki Tama. Seolah sedang menilai penampilannya dari atas hingga bawah. Menjijikkan!

"Keliatannya dia anak baik-baik. Tapi, gue jamin dia nggak bakal baik-baik aja setelah keluar dari club itu." Dia tertawa, membuat Zifa ingin menyumpal mulut bau itu menggunakan kaos kaki!

"Gue pertimbangkan." Tama menyunggingkan senyum menyeramkan.

Detik berikutnya, orang itu menepuk bahu Tama sebagai tanda perpisahan lantas mencolek dagu Zifa genit.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang