°Love Destiny 53°

213 13 33
                                    

Love Destiny

•••

"Gue nggak mau turun!"

Seruan tersebut sukses membentuk kerumunan di lapangan SMA Jaguar. Teriakan yang ditujukan pada gadis di tepi roof top sana terus menggema memasuki setiap telinga.

Kekhawatiran di wajah masing-masing terekam nyata.

"Nadin turun, Nak. Kamu jangan nekat!" Isak tangis wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu Nadin terdengar memilukan. Dia begitu panik saat anak gadis semata wayangnya mengancam akan terjun jika kemauannya tidak dituruti.

"Nggak! Nadin nggak mau turun! Kalo perlu, gue bakal potong ini terus loncat ke bawah!" Benda tajam di genggaman Nadin bergerak pelan, menciptakan goresan kecil nan samar pada pergelangan.

Keadaan kian menegangkan. Cuter yang ada ditangan gadis itu kapan saja bisa memotong nadi. Namun, seakan buka masalah besar, sang empu justru tersenyum lebar.

Wajah pucat dan penampilan acak-acakan memanggil rasa belas kasih semua murid dan guru. Tak terkecuali Zifa. Tangan gadis itu berangsur dingin, mendadak perasaan gusar muncul. Seperti akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Perlahan, kepala Zifa menoleh ke samping. Menilik Andra yang berdiri di sebelahnya dengan jarak beberapa jengkal.

Ngomong-ngomong, mereka berdua belum berinteraksi sama sekali. Lebih tepatnya Zifa yang memilih diam, enggan membuka suara. Bahkan pesan Andra belum sama sekali dibaca.

Bisa dibilang, dirinya sengaja menghindar.

"Lo!"

Refleks kepala Zifa menengadah ke atas, memandang Nadin yang ternyata tengah menunjuknya dengan ekspresi marah. "Jangan deket-deket Andra! Jauh-jauh! Lo itu penyebab gue kayak gini. Lo udah ngerebut Andra dari gue!"

"Kalo kalian mau gue turun, buat dia jauh-jauh dari Andra, gue! Gue nggak mau ngelihat cewek itu deket-deket Andra!" seru Nadin beralih memandang yang lain.

Sekarang mereka mengerti, apa penyebab Nadin nekat melakukan aksi serta ancaman demikian.

"Nadin ... dengerin Mamih, Sayang. Lebih baik kamu turun sekarang. Di situ bahaya ...." Lagi-lagi Mawar membujuk. Di sisi wanita itu terdapat sang suami yang menenangkan. Beliau tak kalah khawatir.

"Nggak! Gue nggak mau turun!" Angin yang berhembus pelan menerpa lembut wajah Nadin. Air matanya perlahan menetes, membelai pipi tirus gadis itu. Suhu hangat badan yang sudah lumayan turun kembali meningkat karenanya.

Jujur, Nadin muak melihat wajah gadis yang sudah merebut Andra. Merusakan kebahagiaan yang seharusnya dia miliki secara sempurna.

Zifa pantas menderita!

Tiba-tiba dia tertawa renyah, membuat para insan menatapnya prihatin. "Kalian ngira gue cuma sekedar ngancem? Gue serius bakal ngelakuin hal ini ...." Satu goresan lagi. "Kalo Zifa masih berani deket-deket Andra!"

"Nadin! Apa yang kamu lakukan!" Kini ayah Nadin bersuara. Ternyata pria itu sudah berhasil menyusul ke atas roof top, pergerakannya amat cepat. "Gunakan akal sehat kamu! Jangan berani macam-macam!"

"Kenapa? Jangan sok peduli sama aku!" Nadin menggeleng, air matanya bertambah gencar turun membasahi pipi. "Buat apa aku hidup kalo cowok yang aku cinta lebih milih cewek lain! Percuma!"

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang