°Love Destiny 52°

205 13 33
                                    

Love Destiny

•••

"Apa yang mau lo omongin?"

Terpaksa menuruti permintaan Malvin, akhirnya Zifa memutuskan mengunjungi taman sekolah sebelum pulang. Hanya berdua. Tanpa ada orang lain.

"Buat lo." Cowok itu menyodorkan satu buah lollipop berbentuk love serta satu coklat batangan membuat Zifa mengerutkan dahi bingung.

"Tumben? Pasti ada maunya!"

Malvin terkekeh renyah. Bukannya langsung to the point, dia justru terus mengoceh tak jelas.

Karena kesal, alhasil Zifa merebut langsung pemberian Malvin tadi dari tangannya. "Gue terima ini! Jadi, cepet lo ngomong soalnya gue mau pulang!"

Sontak cowok itu menarik tangan Zifa agar duduk kembali di bangku putih saat gadis itu berdiri hendak beranjak pergi. Tak ingin semakin memancing kekesalan, Malvin lantas berdehem sebelum bersuara. "Ada dua hal yang pengin gue sampein. Yang pertama bisa dibilang hal menyenangkan dan yang kedua-"

"Langsung aja! Nggak usah kebanyakan bacot." Zifa menyela dongkol.

"Soal bingkisan yang lo-"

"Dari lo 'kan? Udah tahu gue. Yang isinya coklat sama lolipop. Jangan ngira gue bakal kaget atau terharu. Nggak sama sekali!" Lagi-lagi gadis itu memotong, tetapi kali ini sukses meningkatkan kegugupan Malvin.

"Kok, bisa? Dari mana?" Kini atensi Malvi sepenuhnya terpusat pada Zifa, begitu pun sebaliknya.

"Nggak penting! Intinya gue udah nerima dengan baik. Kalo lo nanya gue suka atau nggak, sama isinya jawabanya gue suka. Tulisan di kertas gue juga udah baca." Menjeda, Zifa menyipitkan mata ketika Malvin mengalihkan pandangannya. Dia menggaruk tengkuk berulang kali, menandakan kegelisahan dalam diri. "Gue paham sama maksud lo ngirim bingkisan itu semua dan gue rasa tanpa gue ngomong, lo udah tahu jawabannya."

Yang ditunggu-tunggu pun didapat. Malvin tak berharap lebih karena memang inilah yang seharusnya diri terima. Sebuah penolakan.

Mereka berdua diam beberapa saat. Tenggelam dalam pemikiran masing-masing.

"Dan setelah gue menyampaikan hal kedua ini ... mungkin kita nggak bakal sedekat sebelumnya," ungkap Malvin membuka suara lagi.

Alis Zifa terangkat, bingung ke mana arah pembicaraan sosok di dekatnya ini.

"Lo kenal Tama 'kan?"

Deg!

Tubuh Zifa mendadak menegang hebat. Aliran darah terasa berhenti, suhu panas menyeruak menjalar di sekitar. Memberi efek aneh bagi Zifa.

"Gue ... saudara Tama Prayudha. Kedatangan gue ke sini memang udah direncanakan buat ngeliat keadaan lo. Gue tau segala hal tentang lo. Termasuk masa lalu lo sama Kak Tama."

Napas Zifa seketika dibuat tercekat. Jantung yang awalnya berdetak normal kini berpacu liar. Meremas rok abu-abunya hingga kusut, kepalanya sukses berdenyut nyeri.

Apa-apaan ini? Pengakuan macam apa yang Malvin utarakan?

"K-kenapa?"

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang