°Love Destiny 38°

241 24 17
                                    

Love Destiny

•••

Dengan wajah bingung, Zifa ditarik menuju lapangan basket oleh seorang siswa. Bahkan karena penasaran, beberapa murid terlihat turut membuntuti.

Di sana, teriakan siswi sudah terdengar menggelegar menyambut indra pendengaran. Pertandingan yang menjadi alasan Zifa di bawa ke tempat itu segera akan dimulai.

Berbagai pertanyaan mendadak muncul di benak. Terutama tentang apa tujuan cowok tadi membawanya ke sini. Pun keberadaan Andra dan Malvin yang terlihat tengah saling berhadapan dengan bola orange di tangan si cowok berambut coklat.

"Gue kenapa dibawa ke sini?" tanya Zifa bingung.

Meskipun demikian, sejujurnya dia cukup lega karena berkat siswa ini dirinya terbebas dari truth mematikan Riza.

"Lo liat aja dari sini. Nyemangatin mereka tanding," katanya sebelum melenggang pergi tanpa memberi jawaban pasti.

"Hah?" Zifa hanya memasang tampang linglung. Memandang kakak dan adik kelas yang kini mulai bertanding basket di depan sana, membuat sorakan para kaum hawa mengudara.

"Eh, yang rambutnya coklat itu siapa, sih? Wajahnya masih asing," tanya Riza tiba-tiba muncul di sisi Zifa.

Zifa menautkan alis sebelum membalas, "Dia ... Malvin. Anak baru di sekolah ini."

"Kok, lo tahu?" April bertanya dengan nada penasaran, mengisi kekosongan sisi sebelah kiri.

Zifa hanya mengedikkan bahu. Dia kembali fokus memperhatikan dua siswa yang kini berada di tengah-tengah lapangan. Tak sadar, seulas senyum terbit menghiasi bibir. Dalam benak dia bertanya, apakah Malvin mengetahui jika cowok yang sedang dia lawan merupakan ketua tim basket di sekolah ini?

Beberapa detik berikutnya, sorakan bertambah riuh tatkala Andra berhasil mencetak point. Zifa pun bertepuk tangan. Saat cowok dengan rambut yang basah akibat keringat itu menoleh, pandangan mereka bertemu. Zifa melempar senyum kecil, tetapi bukan Andra namanya jika membalas serupa. Dasar muka tembok!

"Andra semangat!"

Refleks kepala Zifa berputar setengah. Netra menangkap keberadaan Nadin di tribun, bertepuk tangan heboh seraya berdiri tegap.

Zifa berdecak. Tak mau kalah, dia mendapat sebuah ide. Tanpa basa-basi, mulut terbuka memanggil nama 'Malvin' lalu berseru, "Semangat! I support you!"

Jelas Malvin langsung tersenyum senang. Dengan enteng dia memberikan flying kiss, memancing teriakan histeris siswi yang Zifa tebak sebagai penggemar Malvin.

Masih alay aja, tuh bocah!

Sedangkan cowok yang sedari tadi menahan gejolak aneh di hati memantulkan kasar bola di tangan hingga secara tak sengaja mengenai perut Malvin.

Andra menggusah napas berat, tidak ada niat meminta maaf pada korban yang mengaduh. Dia malah mengusap peluh di wajah menggunakan telapak tangan. Bahkan seragam putih di tubuh sampai basah sehingga mencetak dada bidangnya.

Sungguh! Andra justru semakin tampan dengan keringat yang membanjiri wajah. Terbukti dari jeritan penonton kaum hawa yang meningkat sekian oktaf.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang