°Love Destiny 22°

276 29 19
                                    


Love Destiny

•••

Kali ini terpaksa Zifa pulang sekolah seorang diri. Sebenarnya bisa saja dia memesan gojek atau kendaraan umum lain. Namun, sayang Zifa lupa tidak membawa uang lebih sehingga mau tidak mau harus menempuh perjalanan lumayan jauh dengan berjalan kaki.

Ngomong-ngomong soal Andra, hari ini Zifa sengaja tidak berangkat ataupun pulang bersama cowok itu. Bukannya dia ingin menghindar karena ancaman dari Nadin. Melainkan memang sudah seharusnya mereka menjaga jarak. Jarak yang memang sejak awal terbentang.

Langkah lebar Zifa tiba-tiba terhenti. Melalui sudut mata, dia menilik ke balik punggung. Entah ini sekedar perasaan saja atau benar adanya jika di belakang sana terdapat kendaraan yang membuntuti. Buktinya, saat kaki berhenti menapak, mobil hitam tersebut turut berhenti. Saat dia kembali berjalan, mobil itu jua ikut berjalan.

Mendadak, firasat buruk menyelusup ke benak. Tanpa berpikir panjang, Zifa langsung mempercepat derap kaki. Mendadak deru mobil terdengar jelas di telinga, membuat kekhawatiran semakin menjadi-jadi.

"Semoga mobil itu nggak ngejar gue."

Cit!

Seketika jantung Zifa berdetak bak bermaraton. Keringat dingin bercucuran membasahi pelipis, tangan yang gemetar refleks meremas tali tas ransel. Hawa panas menjalar ke seluruh tubuh, menyergap raga dalam sekejap.

Mobil yang membuntutinya tadi berhenti tepat di depan. Membuat Zifa yang ketakutan sontak mengambil langkah mundur.

Tidak perlu waktu lama, sang pengemudi pun keluar. Seorang lelaki dengan masker serta pakaian serba hitam berjalan mendekati. Dalam hati Zifa berdoa, semoga dia bukanlah orang yang berniat jahat.

Namun, harapan seketika pupus saat lelaki itu melambaikan tangan dan matanya menyipit pertanda dia tersenyum. Walaupun wajahnya tertutup masker, Zifa yakin bahwa senyuman itu merupakan pertanda buruk.

Cepat-cepat Zifa membalikan badan berniat kabur. Namun, percuma. Pergerakan lelaki tersebut jauh lebih cepat. Sapu tangan yang membekap mulut dan hidungnya berhasil membuat raga kehilangan kebebasan. Teriakan yang akan mulut lontarkan tertahan, dia memberontak sekuat tenaga hingga kegelapan merenggut kesadaran.

"Bitch."

•••

Sedangkan di sisi lain, Andra menghentikan laju motornya. Sontak bola mata melebar kala netra menangkap pergerakan seorang lelaki memasukan seorang gadis ke dalam mobil. Terlalu bodoh jika Andra tidak mengenali siapa gadis itu.

Tanpa sadar, tanganya mencengkram stang motor. Dari balik helm full face dia menggeram marah.

Langsung saja Andra melajukan motor dengan kecepatan penuh agar bisa menyusul mobil yang dia yakini adalah seorang penculik. Lama kelamaan Mobil itu juga menambah kecepatan. Sepertinya orang itu sadar bahwa dirinya tengah dikejar.

Klakson motor sport Andra berbunyi nyaring. Seolah memaksa pengendara mobil itu untuk menghentikan laju. Emosi Andra memuncak, menekan klakson berulang kali penuh emosi. Karena tak kunjung berhenti, terpaksa dia menyalip mobil itu lalu menghentikan motornya tepat di depan.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang