°Love Destiny 49°

189 15 47
                                    

Love Destiny

•••

"Kenapa kalian nggak cerita sama ayah bunda? Kalo terjadi hal buruk gimana?"

Sedari tadi Kinan terus mengoceh setelah mengetahui perbuatan Dewa kepada Andra. Wanita itu menangis, merasa gagal menjadi seorang ibu.

Andra pun bergerak menenangkan, begitu pula dengan Raindra dan Indra. Mereka berusaha meredakan tangis sang ibunda  yang tengah berada di dekapan Ganendra.

"Maaf, Bun. Andra cuma nggak mau Bunda cemas. Sekarang masalahnya udah selesai. Bunda tenang aja," kata Andra.

Bukannya tenang, tangis Kinan justru kian mengeras. Membuat keheningan malam itu seketika lenyap. "Pasti semua ini gara-gara si Zifa itu! Andai aja kamu nggak pacaran sama dia, pasti kakak Nadin nggak bakal senekat itu sama kamu, Ndra!"

Andra sama sekali tidak menyangka jikalau dalam masalah ini Zifa akan disalahkan. Padahal faktanya, gadis itu juga merupakan  korban. "Bun---"

"Bunda tenang aja, ya. Om Wildan udah janji sama kami kalo Dewa bakal dihukum setimpal. Mending sekarang Bunda istirahat  di kamar sama ayah," ujar Raindra memotong ucapan Andra. Melalui lirikan mata, dia mengode sang adik agar tetap diam.

"Bunda bener-bener nggak bakal maafin Zifa kalo Andra sampe kenapa-napa!"

Ganendra menghela napas pelan mendengar ocehan sang istri. Telinganya begitu kebal menerima suara cempreng Kinan yang tepat mendera di samping indra pendengaran. "Andra masih utuh. Nggak usah brisik!"

Plak!

Ganendra sukses dibuat meringis. Rona merah samar menempel nyata di sebelah pipi pria itu. Kinan benar-benar kejam!

"Mulut kamu itu, ya! Kamu emang dari dulu nggak pernah ngertiin perasaan aku!"

Sebisa mungkin Indra dan Raindra menahan tawa mereka menyaksikan ekspresi sang ayah, sedangkan Andra justru tampak gelisah.

"Maaf, Sayang," ujar Ganendra lirih. Dia terlihat pasrah.

Akhirnya sepasang suami istri itu berpelukan. Membuat kedua putra mereka bersiul menggoda.

"Bun? Bunda mau tau kenapa Andra nggak pernah mau nerima Nadin?" Pertanyaan tiba-tiba Andra jelas melerai pelukan Ganendra dan Kinan serta mengundang kembali atensi yang sempat menghilang darinya.

"Kenapa?" tanya Kinan penasaran. Suara wanita itu terdengar serak.

"Karena Andra tau, Nadin bakal memperlakukan Andra layaknya boneka."

•••

"Assalamu'alaikum, Mah. Aku berangkat!"

Zifa menutup pintu rumahnya sebelum melangkah menapak di halaman. Namun, baru satu langkah diambil, pijakan itu terhenti kala sebuah bingkisan tak sengaja dia tendang. Tanpa ragu Zifa membungkuk, memungut kotak yang berhasil membuat gadis itu penasaran.

Saat dia mengocok, suara sesuatu yang terbungkus di dalam sana menarik keingintahuan Zifa.

Sepertinya, bingkisan ini memang tertuju untuknya sama seperti bingkisan waktu lalu.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang