°Love Destiny 42°

204 18 23
                                    

Love Destiny

•••

"Andra, keluar! Kamu harus tanggung jawab!"

Seruan itu terus mengudara, membuat satpam rumah Andra uring-uringan mengatasi. Perempuan berpakaian lusuh itu memberontak, tak menyerah meskipun sudah diusir dan diancam. Bahkan sesekali dia tampak merengek sampai mengeluarkan air mata buaya seraya telapak tangan mengusap perut buncitnya dengan lembut.

"Lebih baik Mbak pergi sekarang. Jangan memancing keributan di sini, jangan sampai saya berbuat kasar!" Sang satpam berujar tegas, tetapi belum juga mematahkan keteguhan sang perempuan.

Tak menyerah, dia semakin memaksa. Berusaha membuka gerbang dengan tangannya sendiri. Persetanan dengan sopan santun, sang satpam dibuat naik pitam sehingga refleks mendorong orang asing itu guna menjauhkan dari area rumah sang majikan.

Hingga tiba-tiba perempuan berpakaian daster itu mengambil batu berukuran sedang di jalanan. Dia lantas melempar sekuat tenaga sampai mengenai jendela rumah mewah si target.

"Andra! Kalo kamu masih nggak mau keluar, aku bakal laporin kamu ke polisi dengan kasus pemerkosaan!"

"Mbak gila, ya! Justru Mbak yang bakal dibawa ke polisi. Suami Mbak di mana? Kenapa malam-malam malah keluyuran dan ngerusuh di sini?"

Si lawan bicara mengabaikan ucapan pria berseragam putih itu. Dia malah berlari masuk ketika sosok yang dicari akhirnya muncul bersama dua sosok lain. "Andra sayang!"

"Siapa lo?" Indra bertanya heran, memandang perempuan yang kini tengah memaksa memeluk tubuh tegap saudara kembarnya.

"Lepas, sialan!" Andra menggeram kesal. Mendorong tubuh ringkih perempuan tersebut  tatkala dia lancang mengusap sebelah pipinya sensual.

"Siapa, Ndra?" Kini giliran Raindra yang bertanya.

Andra hanya menggeleng, memandang perempuan di hadapan yang justru menangis tersedu-sedu. Jika dilihat secara intens, memang perut orang itu tampak berisi.

"Maaf, Den. Saya---" Kalimat sang satpam yang terlihat panik terpotong oleh instruksi Raindra.

"Biar kami yang urus," ujarnya kemudian.

"Baik, Den." Pria itu pun kembali ke tempat semula.

"Andra! Aku ke sini mau minta pertanggung jawaban kamu! Liat perut aku, di sini ada darah daging kamu!" cerca si perempuan belum menyerah jua. Dia mendekat, bergelayut manja di lengan Andra. Nyaris mencium pipi cowok itu, tetapi digagalkan saat sang empu mengangkat tangan berniat memukul.

"Andra!" Beruntung Raindra lebih dulu menegur. Menarik paksa si perempuan, menyudahinya dari aksi menjerat sang adik. "Gue bakal kasih lo uang. Syarat lo langsung pergi. Jangan buat rusuh di sini malem-malem begini. Ngerti?"

Namun, dia justru bersimpuh di bawah. Menyebabkan pakaiannya kotor terkena tanah. "Saya ke sini hanya ingin meminta pertanggung jawaban Andra! Dia yang sudah menghamili saya! Kalo kalian tidak percaya, saya akan menunjukkan surat dari dokter bahwa saya benar-benar hamil!"

Andra tentu tak tinggal diam. Cowok itu berjongkok, memandang intens sosok di depan mata. Entah mengapa kepalanya terpikirkan suatu praduga. "Ada yang nyuruh lo buat fitnah gue?"

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang