°Love Destiny 56°

301 16 2
                                    

Love Destiny

•••

Suara raung tangis menggelegar memasuki indra pendengaran. Suasana duka menyelimuti hati beberapa orang yang kini berada di ruang rawat Nadin. Di dalam sana, gadis itu tengah terisak menahan sesak di dada. Pelukan yang dia dapat tak mampu meredakan kesedihan dahsyat pada sanubari.

Begitu pun dengan wanita paruh baya yang dikenal dengan nama Mawar. Setelah kejadian semalam, kemarahan yang dituju untuk Zifa lenyap bak terbakar api hingga menyisakan abu semata. Begitu mengetahui kedatangan Zifa kembali di malam ini, dia langsung memeluk gadis itu erat seraya menangis tersendu-sendu. Mencurahkan segala hal tentang putri kesayangannya. Termasuk pasal tindakan yang dokter ambil setelah memeriksa keadaan Nadin lebih lanjut.

"T—tante mohon ... kabulkan kemauan Nadin. Kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan." Suara mawar bergetar. Zifa dibuat terperanjat oleh sikap Mawar yang bersimpuh seraya menenggelamkan wajah di pangkuannya. "Tante nggak bisa liat Nadin terus-terusan sedih. Tante harap kamu bersedia mengalah."

"Maksud ... Tante?"

"Tante minta agar kamu pergi dari kehidupan Andra."

Deg!

Mendadak kedua mata Zifa menghangat. Suhu tubuhnya terasa panas dingin, berbeda dengan saat pertama kali dia masuk ke tempat ini, sejuk.

"Lepaskan dan Relakan Andra buat Nadin. Cuma kamu yang bisa menolong Tante."

Zifa menarik napas panjang lantas menghembuskan perlahan sebelum membantu Mawar berdiri. Namun, wanita itu menolak, enggan bangkit sebelum Zifa mengiyakan permintaan yang terkesan memaksa.

"Tante, saya—"

"Kamu gadis yang cantik. Masih banyak cowok yang mau sama kamu. Sekali lagi, Tante mohon, lepaskan Andra demi Nadin." Dia kembali terisak, mengingat nasib malang putrinya membuat hati amat nyeri bak tertusuk ribuan jarum tajam.

Tak dapat dicegah, air mata Zifa akhirnya lolos dari pelupuk mata. Otaknya mengebul, bingung harus bereaksi seperti apa. Di satu sisi dia terkesan egosi jika menolak permohonan ibu Nadin, tetapi di satu sisi dirinya sukar berbohong jika belum mampu melepaskan Andra begitu sahaja.

"Atau begini saja, sebut berapa pun uang yang kamu mau. Nanti Tante bakal kasih buat kamu. Berapa pun jumlahnya. Asal kamu menjauh dari kehidupan Andra," ujar Mawar dengan nada lebih tegas. "Bagaimana?"

Zifa jelas terkejut mendengar ucapan Mawar barusan. Detik itu jua, mata beralih memandang nanar pintu kamar di hadapan aksa. Haruskah dirinya egois?

"Bagaimana, Zifa? Berapa uang yang kamu mau?" Posisi Mawar masih sama, tetapi sorot matanya seketika berubah. Seperti kesal karena tak kunjung mendapat jawaban. "Tante harap kamu mau menerima."

"Maaf, Tan. Sa—"

"Nggak! Lebih baik Nadin mati daripada harus hidup kayak gini!"

Terperanjat, jeritan tersebut mengharuskan Mawar berdiri lalu bergegas masuk, memeriksa keadaan sang anak di atas brankar.

Zifa yang penasaran sekaligus khawatir pun turut mengikuti. Lagi pula, niat awal datang ke tempat ini memang untuk menjenguk Nadin.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang