Love Destiny
•••
Pagi-pagi sekali sekitar pukul 07.00 WIB Zifa dikejutkan dengan kedatangan Mawar ke rumahnya. Wanita itu berkunjung seorang diri sembari mengendarai mobil.
Seolah tahu apa yang akan terjadi, Zifa mempersiapkan mental guna menghadapi amarah Mawar yang barang kali meletup. Terlebih, Zifa sengaja meminta agar kedua orang tuanya diam di kamar. Tidak ikut campur urusan pribadinya saat ini.
"Ada apa Tante dateng ke rumah saya?" tanya Zifa sopan, memulai percakapan.
Tak langsung menjawab, netra Mawar justru bergulir memperhatikan setiap sudut rumah Zifa. Seakan tengah menilai secara rinci. "Kamu sendirian di rumah? Orang tua kamu di mana?"
"Bisa Tante langsung mengungkapkan tujuan dateng ke sini?" Bukannya merespon, dia malah sengaja mengabaikan. Jari-jemari pun saling menggenggam cemas di atas paha ketika tatapan menusuk Mawar dilayangkan padanya. Tatapan itu jelas tatapan penuh intimidasi dan ancaman.
Tak berselang lama beliau mengeluarkan beberapa kertas dari dalam tas lantas memberikan salah satu kertas tipis berbentuk persegi panjang kepadanya. Sebelum kertas lain berbungkus plastik putih diletakan asal di meja. Jika dilihat-lihat mirip seperti foto.
"Saya ingin agar kamu menerima cek ini. Pasti kamu mengerti apa tujuan saya memberikan pada kamu," tukasnya menatap mata Zifa lamat-lamat. "keputusan ada di tangan kamu. Tapi, kalo kamu masih saja menolak setelah melihat foto-foto itu, saya simpulkan bahwa kamu tidak memiliki hati!"
Dada Zifa bergemuruh hebat mendengar perkataan Mawar yang begitu menusuk. Namun, dia tetap mempertahankan sikap diamnya.
"Oh, ya asal kamu tau ... Andra sudah setuju jika pertunangannya dengan anak saya dipercepat. Jadi, saya harap kamu sadar diri."
Setelah itu, Mawar beranjak meninggalkan kediaman Zifa tanpa berpamitan. Terkesan seperti tamu tak tahu sopan santun.
Zifa menatap cek bertuliskan seratus juta di telapak tangan. Beberapa detik kemudian, kertas itu berubah menjadi gumpalan kusut yang pantas mendarat di tong sampah.
"Sialan!"
•••
Dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Dalam setiap hubungan pasti hadir suatu masalah yang menjadi tolak ukur sejauh mana keduanya mampu bertahan. Namun, ternyata ekspektasi tidak seindah realita. Zifa sudah mengalami kedua hal tersebut. Bahkan dia merasa bahwa hanya dirinyalah yang hancur dan dirugikan.
"Kirain dateng sendiri." Mood Zifa kian hancur saat melihat kehadiran Andra bersama Nadin di kursi roda.
Semua terasa runyam. Jika dilihat, Nadin bak perebut lelaki orang yang mendapatkan karma karena mengganggu hubungan orang lain. Namun, akhirnya dia berhasil memiliki apa yang diinginkan sejak awal. Sehingga membuat Zifa terluka akibat keegoisan cinta gadis itu.
Mengingat hal itu, Zifa menyadari sesuatu. Dia datang sebagai orang baru dalam kehidupan mereka berdua. Secara tidak langsung mengambil Andra dari incaran Nadin yang sedang memperjuangkan cowok itu. Lantas, apakah Zifa pantas dicap sebagai perebut? Sepertinya tidak, karena kala itu Nadin sebatas pecinta Andra. Bukan gebetan apalagi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]
Teen FictionNOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. New version! _________________________________________ Luka memang nyata. Namun, mengapa setiap luka yang Zifa dapat selalu berasal dari kaum adam? Luka dari tetangga, selingkuhan sang ibu, teman baru, dan pal...