°Love Destiny 12°

399 40 43
                                    

Love Destiny

•••

Andra berjalan tergesa-gesa. Cowok dengan rambut agak berantakan itu memasuki UKS, lantas mendekati gadis yang terkapar lemah di atas brankar.

Menyadari kehadiran Andra, dia langsung duduk lalu memeluk pinggang sang pujaan begitu erat. Nadin terisak, enggan melepas Andra yang terlihat risih. Dia justru kian mempererat, seakan jika dirinya melepas pelukan itu, raga di dekapan pasti akan kabur.

Andra berdecak. Memegang lengan Nadin, menekan pelan agar pelukan tersebut terurai. Meskipun terasa sekali jika gadis ini sangat berat melakukan.

Akhirnya dengan terpaksa, Nadin menurut sembari memasang wajah cemberut.

"Kamu dari mana aja? Aku nungguin kamu dari tadi tahu!" ujar Nadin manja.

Dia menarik tangan Andra, memintanya duduk di sisi mengisi kekosongan ruang. "Tubuh aku kerasa lemes banget," katanya lantas menyandarkan kepala di bahu cowok itu, tapi justru penolakan yang didapat.

"Jangan manja."

Nadin mendengkus. Padahal tujuan menyuruhnya ke sini agar mereka berdua bisa bermesraan. Menyebalkan!

Kenapa dirinya bisa jatuh cinta kepada cowok semacam Andra? Ah, dia hampir lupa. Hati jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat cowok berwajah flat ini menyelamatkan diri dari godaan cowok-cowok brengsek di luar sana. Salah satu pengalaman menjengkelkan milik Nadin.

Tatapan mata, wajah tanpa ekspresi, aroma khas parfum bercampur keringat serta   sentuhan Andra yang tentunya berhasil membuat Nadin menjadi gila akan sosok seorang Andra Agam Rajendra.

Meskipun sentuhan tersebut Andra berikan bermaksud melindungi, tetapi dia tak peduli sama sekali. Sampai kapan pun, keinginan terbesar dalam hidup cukup satu. Memancing Andra membalas perasaan cintanya!

"Kenapa lo nggak minta Dewa buat ke sini?"

Lamunan Nadin buyar ketika Andra bertanya demikian.

Karena gue maunya lo.

"Em, tadi aku udah chat Kak Dewa. Tapi, katanya dia lagi ada tugas yang harus diselesein. Makanya aku manggil kamu," balasnya berbohong.

Ekspresi tampak sedih. Bibir pun maju sekian senti, hingga menciptakan air muka yang membutuhkan belas kasihan.

Andra ber-oh ria menanggapi. "Obat?"

"Udah diminum tadi." Meski sekedar satu patah kata, hatinya amat berbunga-bunga manakala Andra bertanya. Sama saja jika Andra peduli terhadap kesehatannya, bukan?

"Ndra, aku cinta sama kamu," ucap Nadin tiba-tiba, meraih tangan Andra kemudian menggenggamnya menggunakan sebelah tangan. "Kapan kamu mau ngerti?"

"Gue nggak," tukas Andra dingin seperti biasa. Dia sontak menarik tangannya agar terlepas dari jeratan jemari Nadin. "Nggak usah terlalu berharap."

Sejujurnya, sudah berulang kali gadis berkulit putih nan mulus itu mengungkapkan rasa cinta. Namun, selalu berujung penolakan Andra. Sakit? Tentu saja.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang