Vote kalau anda merasa orang yang bisa menghargai karya seseorang."Kalian!" Kaget nayput bersamaan, putra langsung memberbaiki Anduknya, sedangkan nayya bangkin lalu tertunduk malu.
"hayoo, kalian lagi ngapain tuh?" Maput Tersenyum jahil, sedangkan Ambu terkekeh geli.
Nayput diam, tak berkutik. Karena malu pastinya.
"mau bikin Ambu cucu nih ceritanya?" Dengan pelan putra menggangguk.
"kita ganggu berarti jeng?" Katanya kepada Maput, Maput menggangguk sebagai jawabannya.
"kita keluar yuk"
Ambu menggangguk lalu kembali terkekeh melihat mereka.
"kita masak deh, buat kalian, kalian lanjut aja"
"iya, ayo jeng" Ambu menggangguk lalu berjalan terlebih dahulu keluar dari kamar.
"semangat putra, jangan lemah ya" setelah itu Maput berlalu mengikuti Ambu.
Nayput menghela nafas lega, malu? Pasti.
Putra tertawa, dan replek nayya ikut tertawa.
"ngkak banget sumpah. Maluuu, dimana naro muka Ampe tercyduk gjtuu!"
"Sama aku juga mau"
"udah deh, aku mau pakai baju, mau lanjut atau apa??" Ucp putra seraya menarik turunkan alisnya
"Mm, ya t-terserah" jawab nayya malu malu.
"oke, siap siap ya sayang"
Dan ...... Itupun terjadi.
°°°
putra merangkul nayya menuruni tangga, seraya tersenyum karena mengingat kejadian tdi, bagitupun nayya, hanya bisa menunduk karena malu.
Kini mereka tengah ada didapur.
Putra dan nayya menatap sekitar.
"mana merek?" Tanya putra. Dan nayya mengacuhkan bahu bertanya tak tau.
"udah pulang kali"
Putra menggangguk, seterusnya merekapun makan, makanan yang ada dimeja makan.
Tak menunggu waktu lama, merekapun menyudahi acara makannya, nayya mencuci piringnya dan piring putra, sedangkan putra duduk di sofa tak jauh dari meja makan.
putra melamun, membuat nayya menyengit.
"yang?" Ucpnya seraya memegang bahu putra.
putra kaget. "eh, iya ada apa?"
"kenapa ngelamun?" putra menoleh lalu tersenyum.
nayya memilih untuk duduk dipangkuan putra, putrapun menerimanya dan dengan senang hati.
"nggak papa" Balasnya seraya memeluk nayya dari belakang.
"yang bener?"
"Iya sayang"
"Yang bener nih?"
"Iya sayang, cintaa."
nayya berdecak, tak menjawab omongan terakhir putra.
Hening
Putra memegang tangan nayya. "kita beli baju Yo? buat pernikahan Rafi sama Ajeng, mau?"
nayya nampak berfikir sejenak. "baju gimana?" Tanyanya.
"baju batik? kamu pakai hijab?"
"Dimana acaranya? Kalau dikampung nggak usah, yang ada aja"
"bukan. Di gedung tempat kita nikah kemarin."
"Loh?! yang bener?"
putra mencubit pipi nayya gemas. "iya sayang akuu"
Nayya Tersenyum lebar. "ayo! aku mau kok!"
"ayo kita!"
"Ayooo!"
putra dan nayya bangkit.
"gimana kalau kita lomba lari? Siapa yang bisa duluan dapet hadiah" Ajak nayya.
"Ayo! Siapa takut, tapi .... Rumah kita luas loh!"
"Nggak papa, ah!"
Putra menggangguk, merekapun mengambil ancang ancang ingin lari.
"aku duluan" belum juga mulai. Putra sudah lebih dulu berlari. Dasar curang
"Ihhhh! Kok curang" nayya berlari.
"Hahah" tawa putra disela-sela lari.
Dan ..... Pemenangnya iylahhh..... RAJADIN!
"yeyy! Aku menang!" Sorak putra,
"Cu-curang!" Ucpnya seraya nafas terengah-engah.
Putra membuat wajah yang meledek sembari berjoget joget tak jelas saking senangnya
"Nggak seru! Curang!" Nayya masuk kedalam kamar, dengan wajah masam pastinya
Putra terkekeh. "dih nggak kok"
°°°
"Nayya, udah dong ngambeknya, diem mulu!" Ucp putra, bibirnya maju beberapa centi karena nayya sedari tadi hanya mendiaminya. Mungkin masih marah.
Nayya diam tak menjawab, fokus menatap seisi mal yang hari ini cukup ramai.
"nayya!" Rengek putra seperti anak baby
Nayya berdecak. "hm"
"Jangan marah"
"Hm"
"jangan ya?!"
"Hm"
mereka masuk kedalam butik, sudah sangat banyak pilihan baju pasangan.
Mata nayya dan putra tertuju pada baju batik itu, dan merekapun memilih itu untuk mereka pakai nanti.
"totalnya, jadi 589 ribu, pak Bu" ucp si kasir.
Putra meraih dompetnya. "saya bukan mamah sama papa kamu ya mba, nih"
Kasir yang bernama Lidia melotot.
"i-iya mas, ini k-kembalinya"
Putra pun menerima lalu berlalu.
"Maaf ya mba" ucp nayya lalu ikut berlalu.
"Iya nggak papa ibu sultan"