Cuaca dingin menyelimuti zona aman wilayah perbatasan, dengan akses minim untuk mengambil peralatan tidur seperti selimut dan penghangat tubuh membuat banyak orang melindungi diri dekat dengan perapian yang dibuat di sudut sudut pos oleh para tentara relawan.
Chanyeol menghela nafasnya saat udara dingin semakin membuat tubuh jangkung nya menggigil. Kawan-kawan nya yang lain sibuk bergerak untuk membuat tubuh tetap dalam suhu normal. Resiko pneumonia memang cukup tinggi di suhu minus 5 derajat celsius, meskipun wilayah perang ini gersang saat siang hari namun amat berbanding terbalik jika malam menjelang, dan malam itu menjadi malam paling esktrim yang akan dilewati oleh para pejuang keselamatan.
Wendy terbatuk-batuk saat dirinya baru saja memberikan suntikan obat-obatan pada pasien nya, sementara gadis itu sendiri susah payah bertahan dari hawa dingin. Tubuh mungil nya hanya terlindungi oleh sebuah jas dokter dan pakaian tebal yang melapisi tubuh bagian dalam nya. Chanyeol yang melihat itu segera menghampiri Wendy dan melepas jaket kulit yang dikenakannya.
"pakai ini.." ujar Chanyeol sambil menyerahkan jaketnya pada Wendy yang kini duduk di dekat perapian.
Wendy tersenyum kecil, "tidak perlu... kamu kan penjaga keamanan untuk kami. Kesehatan kamu paling utama. Saya baik-baik saja kok" tolak Wendy halus.
Chanyeol tetap memaksa dan memasangkan jaket besarnya pada tubuh mungil Wendy sambil tersenyum hangat. Pria itu sangat mengagumi Wendy sejak mereka pertama kali bertemu, wendy adalah seorang dokter yang layak untuk memiliki nama lain sebagai malaikat di tempat itu. Selain cantik, gadis itu juga dikarunia keberanian yang luar biasa hebatnya.
Wendy tertegun saat sepasang tangan panjang Chanyeol memeluk tubuhnya dari belakang, gadis itu terkekeh pelan, hawa dingin perlahan memudar karena pelukan itu.
"meskipun saya menjamin keselamatan. Saya bukan apa-apa tanpa dokter seperti kamu. Kamu adalah tonggak utama bagi kami yang ada di tempat ini. kamu harus tetap sehat!" beritahu Chanyeol dengan lembut.
Gadis dalam pelukannya itu tanpa malu bersandar pada dada bidang Chanyeol dan berniat untuk menikmati sisa dingin malam disana.
"darimana kamu mendapatkan cincin yang cantik ini. sangat pas di tangan saya" beritahu Wendy sambil menunjukkan tangan kirinya yang sudah mengenakan cincin pemberian dari Chanyeol.
Chanyeol tersenyum, "Hmm.. itu cincin yang saya beli dari seorang penjual perhiasan yang kami selamatkan saat serangan rudal. Emas murni asli mesir, begitu katanya. Ternyata sangat cocok di tangan kamu"
Wendy semakin merasa bahagia, berada dalam pelukan Chanyeol dan mengenakan cincin penuh kisah itu ditangan nya.
"sudah lama kita tidak seperti ini. saya sangat senang, malam ini kita semua terbebas dari serangan darat maupun udara. Meskipun dingin.." tambah Chanyeol seraya mengecup puncak kepala Wendy dalam-dalam. Wendy membalas kecupan pria itu dengan memeluk sebelah lengan Chanyeol yang melingkari tubuhnya.
"Saat saya kembali ke Indonesia. Saya akan mengatakan pada keluarga saya, kalau saya sudah menemukan orang yang tepat sebagai pendamping hidup. Mereka terus berusaha menjodohkan saya dengan banyak perempuan..."
.
.
.
Semalam itu apa sih? Ungkapan cinta kah yang diucapkan Chanyeol saat menjelang tidur? Atau hanya sebuah izin untuk membuat Jennie tidak bisa konsentrasi seperti sekarang ini? entahlah, Jennie tidak dapat tenang sejak semalam. Si tentara itu ternyata jago mempermainkan perasaan Jennie dengan sangat mudah. Jennie sampai dibuat tersipu-sipu, dan untungnya Chanyeol tidak melihat semerah apa wajah nya semalam karena minim nya penerangan. Jennie akan menghubungi Joy dan memastikan kalau suami nya itu benar-benar tidak memiliki pengalaman berpacaran sama sekali atau sebaliknya, Apa Chanyeol punya banyak mantan karena pesona nya yang tersembunyi dibalik sikap kaku dan datarnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The General
FanfictionKegagalan sebuah pernikahan yang sudah dimimpikan sejak dulu membuat keduanya terpisahkan jarak dan status. Lalu, disatu sisi ada sebuah penolakan besar atas sebuah lamaran dari seorang jenderal hingga menghasilkan penyesalan yang tidak berujung. Se...