36 (+)

2.7K 204 76
                                    

ada NC, dikit. 


"saya titip Jenjen yaa sama kalian..." Chanyeol menyerahkan kucing kecil yang ada dipangkuan nya pada Dio. Sebelum pria itu pergi ke pusat untuk mendapatkan perintah pusat terkait skorsing yang diterima nya, Chanyeol menyerahkan tugas secara tidak resmi kepada Dio.

Dio mengangguk, dan membawa kucing itu keatas pangkuan nya.

Mark yang sejak tadi tidak banyak bicara justru tertunduk dalam-dalam karena ia akan dipisahkan dari Komandan sekaligus seseorang yang ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Daniel, Yuta dan Ong tampak memiliki ekspresi yang sama. Mereka terlihat sedih dan tidak menyangka dengan kepergian sang Jenderal yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Disaat situasi yang tengah baik-baik saja, justru ada masalah besar yang mereka semua tidak bisa atasi.

"kalau ada kesempatan, saya pasti akan menemui Jenderal di Jakarta." Johnny membalas dengan senyum tipis di bibirnya, selama menjadi seorang abdinegara, memang Chanyeol adalah komandan terbaik yang ia miliki.

Chanyeol tampak murung, "Saya tidak diberi skorsing di Jakarta. Disana, saya hanya menerima surat tugas baru"

Mark mendongak kaget, "terus.. Komandan mau kemana?"

"pusat akan mengirim saya ke Suriah"

"APA?!" ujar semua orang dengan terkejut dan kaget.

"Komandan ga salah... kenapa mau?!" Ong kali ini kehilangan kendali nya, tampak wajah Ong yang biasanya dihiasi senyum jahil kini justru terlihat serius dan marah.

"Apa Jennie sudah tahu kalau Komandan akan pergi ke Suriah?"

Chanyeol menggelengkan kepalanya putus asa.

"kenapa tidak membawa kasus ini ke jalur hukum?" ucap Dio dengan penuh penekanan.

Chanyeol menghela nafasnya, protes sersan-sersan nya sore itu membuat Chanyeol merasa sedikit mendapatkan dukungan, "sudah terlambat, memang saya menyadari itu adalah sebuah kelalaian. Saya tetap akan pergi. skorsing ini adalah bukti pengabdian saya pada pekerjaan. Toh, saya sudah mempercayai kalian untuk berada disini."

"membawa kasus itu ke jalur hukum tidak akan mengubah cara pandang masyarakat terhadap anggota TNI seperti kita. Yang perlu kita lakukan adalah mengerjakan kewajiban kita dengan baik." Tambah Chanyeol dengan tegas.

Mark yang ada disampingnya pun merangkul tubuh besar Chanyeol dengan erat, nyaris memeluk. Chanyeol membalas rangkulan anggota termuda itu dengan tepukan pelan di punggung.

Wendy mematung ditempatnya saat melihat Chanyeol bersiap dengan tas ransel besar dipunggung nya dan seragam lengkap ia kenakan pada tubuh jangkungnya. Sore hari begini, disaat matahari bahkan hampir bersembunyi dikegelapan malam, pasukan perbatasan itu berkumpul di kantor dinas. Wendy yang masih mengenakan jas dokternya pun menghampiri Chanyeol dengan wajah yang bingung, gadis itu sedikit berlari ketika Chanyeol hendak memasuki sebuah mobil.

"tunggu!" teriak Wendy dengan nafas terengah engah.

Anggota menoleh kearah Wendy dengan heran, begitupun Chanyeol yang sepertinya belum sempat pamit pada tenaga medis yang ada disana. Chanyeol menatap sekilas gadis itu dengan wajah yang begitu datar tanpa ekspresi.

"dokter Wendy..." gumam Yuta bingung, sesekali ia melirik kearah Chanyeol dan Wendy silih berganti.

Wendy mendekat kearah Chanyeol, kedua mata bulat gadis itu tampak berkaca-kaca.

"kamu... akan pergi?"

"Iya... saya pamit ya, dokter Wendy" balas Chanyeol dengan ramah.

"kemana?!" tanya Wendy dengan nada meninggi, seperti tidak ikhlas ketika Chanyeol mengiyakan kepergian nya itu.

The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang