18

1.3K 219 108
                                    


Hanbin memasuki kamar Jennie malam itu, lelaki dengan wajah tampan dan senyum manis tampak menyembunyikan sesuatu didalam saku celana nya, Jennie sendiri berada didalam kamar tengah memetik gitar, memainkan melodi sebelum tidur untuk mempersiapkan lagu baru yang akan segera di rilis nya tahun ini.

Karena posisi Jennie membelakangi pintu masuk, dia tidak menyadari Hanbin yang kini mendekat kearahnya. Jennie menyadari kehadiran Hanbin saat kekasih nya itu memeluk nya dari belakang. Lingkaran tangan nya agak longgar membungkus tubuh Jennie, namun cukup untuk membuat Jennie tersenyum karena merasa nyaman.

"kirain udah tidur.." sapa Hanbin dengan hangat.

Jennie mengendikkan bahu nya, Hanbin pun melepas pelukan itu dan beralih ke sisi tubuh Jennie.

"kenapa malem-malem kesini?" tanya Jennie heran, biasanya Hanbin sangat cepat tertidur tapi justru kini menjelang tengah malam lelaki itu masih terlihat segar.

"Ga bisa tidur.. hehe" jawab Hanbin polos.

"tumben... biasanya kalo ambil libur gini kamu pake buat tidur dari pagi ke pagi lagi" ejek Jennie dengan nada mencibir.

Hanbin terkekeh, senyum nya semakin lama semakin lebar saja, meski kadang sikap Hanbin tak jelas tapi tetap saja sering kali Hanbin itu menggemaskan dan polos. Membuat Jennie tidak menyangka, bahwa laki-laki sebaik Hanbin pernah mencoba dan kini kecanduan obat-obatan terlarang.

"Kita.. baik baik aja kan Jen?" tanya Hanbin pelan, Jennie mendongak, wajah polos Hanbin berubah serius saat ini.

Jennie menyingkirkan gitar dari atas pangkuan nya saat Hanbin mulai bicara serius padanya.

"Setelah kamu tahu... aku pake narkoba, kita baik-baik aja kan?"

Jennie menghela nafasnya, mengingat itu membuat Jennie kembali ingin menangis, marah, kesal dan tentu merasa sangat dikhianati.

"aku janji! Aku akan berhenti! Sumpah! Demi tuhan aku bakal berhenti!" ucap Hanbin memohon, wajah nya sangat meyakinkan dan Jennie pun membalas nya dengan senyum kecil, pertanda bahwa ia memberikan setitik kesempatan pada lelaki ini.

"Hm, kita baik-baik aja. selama kamu tepati janji kamu untuk berhenti Bin dan ga pake barang haram itu lagi."

Hanbin tersenyum, tatapan nanar haru nya pada Jennie pun membuat Jennie lega. Mata indah Hanbin yang diwariskan dari Ibu nya yang berdarah jepang begitu terlihat tulus.

"aku akan berusaha untuk berhenti! Aku janji!" kata Hanbin lagi menegaskan.

Hanbin kemudian dengan tergesa mengeluarkan cincin dari saku celana nya yang semula ia sembunyikan, dia masih berada disisi Jennie. Jennie tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya saat Hanbin menaruh cincin itu di telapak tangan nya.

"Marry me then! I will never make you sad or cry anymore! And I will never be stupid again to do those crazy things..." ujar Hanbin saat mata nya bertemu dengan kedua mata kucing Jennie.

Jennie mengambil cincin cantik itu dan tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Yes, I will!" gumam Jennie, lalu Hanbin meraih tubuh nya kedalam pelukan.

Dalam pelukan itu, Jennie menyerahkan sisa hidupnya untuk mempercayai Hanbin, meyakinkan pada takdir bahwa Hanbin adalah yang Tuhan berikan pada nya.

.

.

.

Chanyeol tersenyum lebar ketika ia baru saja menyelesaikan berkas administrasi untuk pemindahan tugas nya ke wilayah republik Indonesia. Seminggu lagi tugas nya di jalur Gaza akan diselesaikan, lalu setelah itu pesta pernikahan antara dirinya dan Wendy yang sudah disambut keluarga akan segera terealisasi. Meski harus menunggu satu tahap lagi, tapi Chanyeol cukup bahagia ia bisa menyelesaikan tugas tepat di usia nya yang menginjak 30 tahun. Karier dan asmara rasanya sangat seimbang untuk Chanyeol.

The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang