30

1.2K 209 126
                                    


Nenek dan Papa Jennie kini sudah tiba tepat di pekarangan rumah dinas tempat Jennie tinggal selama beberapa bulan ini. hanya sebuah rumah sederhana dengan pagar kayu yang di cat coklat tua, serta tanaman bunga rambat menghiasi pagar, suasana yang asri meski sedikit panas membuat rumah dengan ukuran minimalis itu tampak cukup nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

Namun, jika mengingat bagaimana kehidupan glamor Jennie sebagai seorang selebriti di Jakarta, tentu saja rumah dinas ini sangat tidak sebanding. Wajar saja jika Papa Jennie amat khawatir dengan kesejahteraan puteri satu-satu nya itu dan Papa memang memiliki niat sejak beberapa bulan ke belakang untuk mengunjungi Jennie ke Flores.

Papa melirik kearah Jennie yang sibuk membantu suami nya untuk mengeluarkan barang-barang yang dibawa Papa dan Nenek dari bagasi. Anak gadis nya itu tampak bahagia sekali, tidak ada rasa khawatir yang muncul dalam benak Papa ketika Jennie amat berbanding terbalik dengan perkiraan nya.

"Yaa ampun. Nenek sama Papa padahal ga perlu bawa banyak barang gini. Pasti kena charge tambahan yaa.." beritahu Jennie saat menatap seluruh barang bawaan Papa dan Nenek nya yang berjumlah lebih dari enam koper, ukuran nya amat sangat besar.

Papa tersenyum kecil, "ah kamu ini... gapapa, ini sengaja Papa sama Nenek bawain. Buat oleh-oleh tetangga kamu sama prajurit nya Chanyeol" timpal Nenek dengan lembut.

Jennie tersenyum amat lebar, "hehe iya deh iyaa..."

"terimakasih yaa Nenek dan Papa... pasti nanti saya akan sampaikan pada tetangga dan anak-anak mengenai oleh-olehnya" tambah Chanyeol pada Papa dan Nenek dengan sopan.

"Eh, tapi disini sama sekali ga ada tetangga? Rumah dinas nya cuman satu kalo dilihat-lihat" ujar Papa heran, kini mereka sudah berjalan masuk kedalam rumah dan segera duduk di ruang tamu yang juga hanya berisi satu set kursi dan sebuah sofa panjang, meja persegi yang dihiasi satu vas bunga segar.

"Iya, emang cuman 1 pah rumah dinas nya. Karena ini wilayah kecil, jadinya yaa Cuma butuh 1 komandan dalam 1 pulau. Tapi ada sih camp yang lumayan gede, itu anak-anak buah tinggalnya disana."

Papa menganggukkan kepala nya dan kembali merangkul bahu Jennie dengan erat, "Pinter banget Jennie, beberapa bulan tinggal disini sudah hapal betul ya?"

Jennie terkikik mendengarkan pujian kecil dari Papa nya.

"Ih, Jennie kangen banget sama Papa.. apalagi sama Nenek... pagi-pagi disini tuh udah ga ada yang bawel... Jennie kangen bawelan nya Nenek hehehe" Jennie beralih pada Neneknya dan memeluk sang Nenek tak kalah erat.

Nenek mengusap puncak kepala Jennie dan tersenyum hangat sembari melirik kearah Chanyeol yang sejak tadi masih sibuk dengan koper yang ia angkut kedalam.

"apalagi nenek, kangen banget sama Neng... makin cantik aja sekarang" puji Nenek sembari tertawa kecil.

.

.

.

Chanyeol tentu tidak bisa diam saja ketika ia melihat bagaimana sikap Wendy yang perlahan mulai menunjukkan rasa geram nya. Sebelum pria itu memutuskan untuk berangkat kerja, dia sengaja meminta izin atas keterlambatannya kepada Dyo yang pada saat itu bertugas sebagai absensi patroli. Hal ini akan Chanyeol gunakan sebagai kesempatan nya untuk menemui Wendy dan menjelaskan segala hal pada wanita itu, juga meminta pengertian Wendy agar tidak membahas kisah masa lalu bersama Chanyeol pada Jennie.

Jujur saja, Chanyeol masih belum siap membuat Jennie tahu segala hal tentang nya. Terutama masa lalu nya bersama Wendy yang bisa dikatakan cukup romantis di negeri orang. Itu hanya masa lalu, mesti nya Wendy tak perlu ngotot untuk terus mengenangnya. Sekarang, Chanyeol sudah memiliki isteri dan sudah berjanji tidak akan membuat gadis yang telah ia nikahi itu menangis karena kesedihan.

The GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang