"skandal kekerasan terhadap pers?!" Chanyeol mengerutkan dahi nya saat ia menerima telepon dari pusat komisioner kedisiplinan TNI. Chanyeol tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh komisaris disipliner siang itu, tapi setelah ia bertanya lebih lanjut pihak pusat menjelaskan akar masalah nya.
"Pak, anda terlibat kasus kekerasan yang kini sudah mencuat ke media. Seorang wartawan mengaku telah menerima perlakukan kekerasan dari anda, wartawan tersebut juga memberikan bukti pada media berupa pengrusakan kamera dan cedera yang dialami nya akibat perbuatan anda"
"tapi, saya sama sekali tidak melakukan hal-hal tersebut." Tolak Chanyeol dengan tegas, pria itu mencengkram gagang telpon dengan cukup kuat karena rasa terkejut dan marah.
"pengakuan anda akan kami tampung, untuk sementara membersihkan nama instansi TNI yang menjadi prioritas kami. Stereotip masyarakat terhadap anggota TNI sudah cukup buruk, skandal yang menimpa anda saat ini menambah opini negatif masyarakat terhadap instansi."
Chanyeol mendesah pelan, bagaimana mungkin disaat seperti ini sebuah masalah besar menimpa dirinya lewat pekerjaan yang amat ia cintai ini.
"lalu? Apa yang harus saya lakukan? Saya akan meminta maaf pada yang bersangkutan apabila itu bisa memperbaiki keadaan"
"pusat menunggu kehadiran anda paling lambat sore ini. anda juga berhak menerima skorsing selama beberapa bulan diluar wilayah tugas anda"
Chanyeol mengusap wajahnya, ia tertunduk dalam-dalam ditempatnya duduk yang menghadap sebuah telpon.
"saya bersedia melakukan tugas tugas tersebut, tapi... saya meminta penjagaan ketat untuk keselamatan isteri saya dan keluarga dari media. Saya tidak mau satu wartawan pun mengganggu psikis isteri saya" jawab Chanyeol dengan tegas, ia sudah tahu dampak nya pasti akan lebih menyulitkan Jennie serta keluarga yang ada di Bandung. Media massa pasti lebih tertarik pada Jennie untuk dimintai keterangan, sedangkan mengingat keadaan mental Jennie yang masih belum stabil membuat Chanyeol tidak tega jika harus melimpahkan semuanya pada Jennie. Chanyeol sudah berjanji, bahwa dia akan menjaga Jennie dan melindungi isterinya dari hal buruk apapun bentuknya.
.
.
.
Sore hari yang tidak seperti biasanya, Jennie menutup hari itu dengan tangis kecil diwajah nya yang cantik. Chanyeol sudah mengemas barang-barang isterinya yang sepertinya akan dibutuhkan di Bandung nanti. Jennie juga tidak mengerti, mengapa ia harus segera pulang ke Bandung tanpa suami nya. Baru kali ini, Jennie merasa tidak ingin kembali ke rumah meskipun disana tempatnya ia dibesarkan sejak kecil hingga dewasa.
Lucas sudah datang untuk menjemput sejak tiga puluh menit yang lalu, sementara Jennie masih memperlambat pergerakan nya untuk pergi meninggalkan Flores. Chanyeol menghampirinya saat Jennie justru masih melamun di dalam kamar.
"Ayo... Lucas sudah menunggu"
Jennie mendongak, airmata kembali turun membasahi pipinya. Chanyeol langsung menyeka dengan kedua ibu jarinya.
"kenapa kamu ga bisa antar saya?"
Chanyeol berdeham, dia pun menahan diri untuk tidak menangis, "Ehmm... ada pekerjaan yang harus saya lakukan disini"
"sebentar aja. ga bisa?" tekan Jennie lagi dengan nada memaksa.
Pria itu mengangguk kecil, "Maaf, tidak bisa. Tapi, saya janji... saya akan segera menemui kamu lagi. Nanti, kalau kondisi nya sudah kondusif."
"apa yang sebenernya terjadi? Saya ga ngerti... saya gamau pulang, kalo bukan kamu yang anter saya ke bandara!"
"Jenn..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The General
FanfictionKegagalan sebuah pernikahan yang sudah dimimpikan sejak dulu membuat keduanya terpisahkan jarak dan status. Lalu, disatu sisi ada sebuah penolakan besar atas sebuah lamaran dari seorang jenderal hingga menghasilkan penyesalan yang tidak berujung. Se...