Chanyeol memegangi sisi kepalanya yang terluka, darah masih mengalir dan bau amis tercium oleh hidung mancung nya. Seseorang yang memukulkan batu bata kearahnya tidak sadarkan diri setelah Chanyeol kembali memberikan perlawanan terakhir sebelum ambruk.
Wanita yang tadi berteriak histeris setelah mendapatkan pertolongan Chanyeol pun segera menggusur tubuh tinggi Chanyeol untuk memberikan pertolongan pertama.
Lima menit kemudian teman satu barak Chanyeol muncul setelah mendengar keributan dari teriakan minta tolong seorang wanita. Chanyeol pun dilarikan ke sebuah rumah sakit militer yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka tinggal.
"is it okay?" tanya rekan Chanyeol dengan raut ngeri, bantal yang digunakan Chanyeol yang semula berwarna putih bersih kini justru berwarna merah karena terkena noda darah yang sangat pekat.
Chanyeol mengangguk kecil, dia masih menjaga kesadarannya.
"could you please call my wife?" ujar Chanyeol pelan.
"of course... but, you better got the doctor first"
Chanyeol tersenyum kecut, ia meringis karena rasa sakit itu hampir saja membuat kesadarannya hilang, "I'll gonna be better if I hear her voice"
"okay... wait. I'll take the emergency phone"
Pria tinggi berkebangsaan persia itu segera pergi untuk mengambil handphone darurat. Chanyeol dimasukkan kedalam IGD oleh dua orang perawat dan seorang dokter yang siap siaga menangani luka yang di deritanya.
Jennie bangun pagi-pagi sekali, karena ia tidak bisa tidur setelah terbangun karena mimpi semalam. Jennie juga tidak bisa menyebutkan jika itu mimpi indah atau buruk, karena setelah bangun perasaan nya justru tidak tenang. Seharusnya, ketika ia bertemu Chanyeol dalam mimpi ia bisa bahagia saat bangun tidur, tapi ini justru sebaliknya.
Karena bosan, Jennie pun pergi menuju dapur dan membuka isi kulkas untuk membuat sarapan pagi. Jennie melihat ada kornet, daging ayam, telur dan beberapa sayuran hijau yang ia beli beberapa hari lalu. Ya, meskipun ini adalah rumah mertuanya tapi Jennie beberapa kali mengisi bahan-bahan makanan dan berbelanja setiap ia memiliki waktu luang.
Jennie pun segera mengeksekusi semua bahan itu, dan berencana membuat omelet dengan kornet dan sayur bayam bening. Ia memasak dengan sedikit bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa sepi di dapur.
Sarapan telah tersaji diatas meja, pukul setengah tujuh pagi Joy pun sudah bersiap untuk pergi ke kantor, gadis itu menghampiri Jennie dan memeluk kakak iparnya itu dari belakang.
"hehehe... udah masak nih?"
Jennie sangat kaget saat seseorang tiba-tiba memeluk tubuhnya, Joy terkikik saat Jennie menoleh dengan raut terkejut.
"Joy..." omel Jennie sambil cemberut.
Joy melepas pelukannya dan merasa bersalah karena Jennie kini meneteskan airmata.
"Loh... kak kenapa? Maaf.." sesal Joy dengan wajah bersalah.
Jennie menggeleng, dan memeluk tubuh Joy dengan erat, mengistirahat kepalanya pada bahu Joy. Joy mengelus bahu Jennie, dan sepertinya memahami perasaan Jennie sekarang.
Semalam, Joy juga sempat menemui Jennie dikamarnya, tapi Jennie sudah tidur sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk mengobrol atau menanyakan keadaan Jennie.
"kepikiran kakak ya?"
Jennie tidak bisa bicara sama sekali meskipun ia ingin, mulutnya malah mengeluarkan isakan.
"tenang kak, sebentar lagi Kakak pasti pulang kok.."
"tapi... Chanyeol sama sekali ga ada kabar" ucap Jennie lirih, suaranya tersendat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The General
FanfictionKegagalan sebuah pernikahan yang sudah dimimpikan sejak dulu membuat keduanya terpisahkan jarak dan status. Lalu, disatu sisi ada sebuah penolakan besar atas sebuah lamaran dari seorang jenderal hingga menghasilkan penyesalan yang tidak berujung. Se...