Hujan gerimis turun dengan rapat, membuat langit malam tampak berkabut dengan rintik air tersebut. Wendy yang kini tidak memiliki pekerjaan apapun di tempat dinas tampak kebosanan dengan pikiran nya sendiri. Hmm, gadis itu menghela nafas sambil memikirkan masa –masa lalu yang terasa indah ketika bersama Chanyeol.
Dulu ketika gerimis begini adalah hal yang paling ia dan Chanyeol tunggu di area tandus selama bertugas. Selain mengumpulkan persediaan air untuk mencuci, gerimis juga bisa menyejukkan sedikit hawa gersang. Tapi sekarang Wendy justru sangat membenci gerimis, karena ia tidak dapat menyaksikan nya bersama Chanyeol lagi.
Sampai saat ini, Wendy tidak lagi melihat Chanyeol. Dan terakhir kali adalah ketika pria itu membantu nya dalam program imunisasi yang dilakukan di puskesmas. Chanyeol tidak ada kabar, bahkan semua pasukannya pun seperti menghindar dari Wendy.
"DOKTER!!! ADA PASIEN KEJANG-KEJANG!!"
Lamunan Wendy terpatahkan ketika perawat memberitahukannya tentang kedatangan pasien kejang malam itu. Wendy dengan sigap langsung mengenakan jas dokter nya dan memasang stetoskop ke lehernya.
"Dimana pasien nya?!" tanya Wendy dengan serius.
"sudah ada di ruang periksa. Awalnya pasien pingsan tapi lima menit lalu kejang-kejang saat dilakukan cek suhu tubuh"
Wendy langsung berlari ke ruang periksa yang dimaksud, dan dia menemukan sekumpulan rekan tentara Chanyeol ada disana, Wendy sangat takut jika pasien itu mungkin saja Chanyeol. Tapi, Wendy menghela nafasnya ketika pasien itu justru orang lain.
Dyo menghampiri Wendy dan mencoba bicara dengan dokter militer tersebut, "Tolong diagnosa laki-laki ini.. dia mengeluh demam."
Wendy mengangguk dan langsung memeriksa pasien nya tersebut dengan telaten.
Berpengalaman sebagai dokter lebih dari 5 tahun, tentu kemampuan Wendy bisa diacungi jempol. Wendy menangani pasien dengan sangat baik dan profesional sebagaimana mestinya.
Sementara Wendy melakukan pemeriksaan, Dyo dan Johnny yang mengantarkan pasien ke puskesmas pun menunggu diluar teras puskesmas.
Hanbin merasakan rasa dingin yang semula menyelimuti tubuhnya kini menghilang, lelaki itu membuka mata perlahan dan merasakan haus luar biasa dan juga pening melanda kepala nya. Kenapa juga dia yang sehat-sehat saja justru harus jadi begini.
"Ah!" Hanbin mengaduh saat melihat tangan kirinya sudah dipasang infus, dan tubuhnya juga berada di atas matras diselimuti oleh kain salur. Hanbin pikir dia ada di kamar penginapan. Kenapa bisa ada disini?
"kenapa? Kamu kaget karena berada di puskesmas?"
Hanbin cukup kaget dengan pertanyaan itu, seorang wanita yang memakai jas putih terlihat memeriksa cairan infus.
"hmm.. iya dok.. kenapa saya bisa ada disini?"
Wendy tersenyum kecil dan ramah, "kamu pasti lupa sekarang, tapi nanti akan ingat kok.. oh iya, apa kamu.... menggunakan obat..." Wendy tidak melanjutkan kalimat nya, dan Hanbin tersenyum kecut. Dokter itu mengangguk-anggukkan kepala nya mengerti.
"Iya dok"
"oh pantas. Infus tidak masuk ke tubuh kamu.."
Hanbin menunduk, tatapan matanya bergetar dan hendak menangis.
"seharusnya, kamu menjalani terapi dan rehabilitasi. Mengapa kamu justru pergi ke tempat yang sulit akses kesehatan dan penanganan withdrawal syndrome kamu?"
"kalau dibiarkan terus dengan penanganan yang tidak tepat, kamu akan mengalami kebutaan" jelas Wendy sembari menuliskan resep pada catatan nya.
"dokter... tidak akan melaporkan saya ke polisi kan?!" ujar Hanbin curiga. Membuat Wendy tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The General
FanfictionKegagalan sebuah pernikahan yang sudah dimimpikan sejak dulu membuat keduanya terpisahkan jarak dan status. Lalu, disatu sisi ada sebuah penolakan besar atas sebuah lamaran dari seorang jenderal hingga menghasilkan penyesalan yang tidak berujung. Se...