"aku menyukainya" ucap rose.
"Mwo?" Tanya jennie. Jennie sedikit terkejut dengan pengakuan rose.
"Hmm...aku menyukai lisa" rose kembali membisikkannya pada jennie.
Rose menghela nafas lalu sedikit menarik diri dari jennie. "Terdengar konyol bukan? Tapi aku benar benar menyukainya. Kau tau jennie, aku sudah menyukainya sejak kita satu sekolah. Terdengar tidak mungkin, tapi itulah kenyataanya. Kenyataannya aku sangat bahagia bertemu dengannya lagi setelah sekian lamanya" ucap rose.
Jennie masih terdiam mendengar pengakuan rose. "Kau bahagia bertemu siapa?" Tanya lisa yang tiba tiba datang dengan membawa minuman untuk mereka bertiga.
Rose tersenyum untuk menghilangkan kegugupannya di depan lisa. "Orang yang aku sukai. Ohh anniya, lebih tepatnya orang yang ku cintai" ucap rose.
"Jinjja? Siapa? Siapa orang yang beruntung itu?" Tanya lisa.
" apa kau yakin dengan perasaanmu?itu terdengar konyol" Sela jennie.
"Anniya jennieyah. Aku benar benar yakin dengan perasaanku" ucap rose.
"Mwo? Apa yang konyol?" Tanya lisa.
"Lisa katakan padaku, apa aku terlihat konyol jika menyukai seorang wanita" tanya rose.
Lisa sangat terkejut dengan pemgakuan rose. "Kau tak salah. Tidak ada yang bisa mengendalikan perasaan. Cinta bisa datang kepada siapa saja" ucap lisa sambil tersenyum.
Rose tersenyum lega mendengar ucapan lisa. Bagi rose ucapan lisa bagaikan sebuah kode bahwa menyukai lisa bukanlah suatu kesalahan.
"Aku tak mengerti jalan pikiran kalian" ucap jennie lalu pergi meninggalkan lisa dan rose sambil membawa segelas orange juice.
"Aigooo... ada apa dengannya?" Tanya rose sambile menatap kepergian jennie.
"Chaèyoungah, Jangan tersinggung ucapan jennie unnie. Terkadang dia memang seperti itu" ucap lisa.
"Wae?" Tanya rose.
"Dia menganggap perasaan terhadap sesama wanita itu sebuah hal yang konyol dan omong kosong" ucap lisa.
"Aigooo... Aigoo....Aigoo.... kelak bisa saja dia yang tergila gila pada seorang wanita" ucap rose.
Lisa hanya tersenyum ia sangat mengharap apa yang rose katakan benar benar terjadi. Lisa tidak bisa membayangkan jika jennie kelak juga mencintainya. Itu akan menjadi hal paling indah dalam hidupnya.
"Lisa, apa yang bisa ku bantu sekarang?" Tanya rose.
"Tidak ada. Paman sudah mengurus semuanya. Aku hanya tinggal mengeluarkan pakaianku lalu meletakkannya di lemari" ucap lisa.
"Aku bisa membantumu jika....." ucapan rose terhenti ketika mendengar suara aneh yang berasal dari perut lisa. Rose tertawa mendengarnya "kau lapar? Aku bisa memasakkanmu sesuatu jika kau mau" ucap rose.
"Jinjja? Kau bisa memasak?" Tanya lisa.
"Hanya sekedar bisa tapi tidak ahli" ucap rose.
"Aku tau chaeng. Jika kau ahli, mungkin kau tidak akan menjadi penyanyi melainkan menjadi chef" ucap lisa sambil tertawa.
"Kajja" ucap rose sambil berdiri. Rose menarik tangan lisa menuju dapur. Meskipun berada di apartement lisa tapi rose menempatkan dirinya sentaman mungkin menganggap seperti tempat tinggalnya sendiri dan lisa pun sama sekali tidak keberatan dengan sikap rose.
Rose membuka lemari es dan ia sangat terkejut melihat berbagai macam makanan dan minuman tertata rapi. Rose juga melihat sekeliling dapur dan membuka berapa lemari dan melihat bahan makanan tertata dengan sangat rapi.
"Wae?" Tanya lisa karena melihat rose tanpa ekspresi dan hanya sibuk melihat lihat.
"Daebak... isi dapurmu benar benar lengkap. Daging, ayam, telur, sosis,sayur bahkan kimchi. Semua ada" ucap rose.
"Hmm... eomma jennie unnie yang mengisinya kemarin" ucap lisa.
"Bisa terlihat bahwa jennie sangat di manja orang tuanya dan kau beruntung memiliki keluarga seperti ini" ucap rose.
"Kau benar chaeng. Mereka sangat menyayangiku" ucap lisa sambil tersenyum.
"So? Apa yang ingin kau makan?" Tanya rose.
"Ramyeon. Aku ingin makan ramyeon" ucap lisa.
Rose membukatkan matanya tak percaya mendengar permintaan lisa. "Mwo? Dengan bahan makanan sebanyak ini kau hanya ingin makan ramyeon?" Tanya rose.
"Kau tau chaeng, orang tua jennie unnie sangat menjaga ketat pola makan kami. Jadi kami selalu makan ramyeon secara diam diam di supermarket" ucap lisa
"Jinjja? Kapan terakhir kali kau makan ramyeon?" Tanya rose.
"Saat masih di inggris. Lebih tepatnya sebelum kami pulang ke korea" ucap lisa.
"Aigooo... itu sudah hampir dua bulan yang lalu. Tapi lisa, kau tidak memiliki ramyeon" ucap rose.
"Aku punya. Aku menyimpannya di koper. Sebentar" ucap lisa lalu berlari masuk kedalam kamar untuk mengambil beberapa bungkus ramyeon.
Rose tertawa gemas ketika lisa keluar dari kamar sambil membawa beberapa bungkus ramyeon seperti seorang anak kecil yang memiliki snack.
"Kiyowo" ucap rose dalam hati.
"Apa ini cukup untuk kita bertiga?" Tanya lisa.
"Lebih dari cukup. Aku akan membuatkanmu ramyeon. Tunggulah disana" ucap rose sambil menunjuk meja makan.
"Anniya aku akan membantumu" ucap lisa.
"No. Untuk kali ini aku ingin melakukannya sendiri. Kau duduk dan bersantailah" ucap rose.
Lisa akhirnya pasrah dan memilih untuk menghampiri jennie. Lisa beberapa kali mengetuk pintu kamar jennie hingga akhirnya jennie membukakan pintu untuknya.
"Wae?" Tanya jennie.
"Mau makan ramyeon? Rose memasak untuk kita" ucap lisa.
Senyum jennie mengembang mendengar kata ramyeon. "Jinjja? Kajja" ucap jennie. Jennie menggenggam tangan lisa lalu berlari sambil menarik lisa. Lisa hanya tersenyum pasrah berlari mengikuti jennie sambil menatap tangan jennie yang erat menggenggam tangan lisa.
"Aku mau ramyeon" teriak jennie.
Teriakan jennie membuat rose terkejut. "Yakk.... jantungku hampir copot mendengar teriakanmu. Kenapa kalian bergandengan tangan seperti itu?" Tanya rose.
Dengan cepat jennie langsung melepas genggaman tangannya dan bergegagas menunggu di meja makan. Begitu pun lisa. Mereka duduk saling dampingan tapi interaksi canggung telihat dengan jelas diantara keduanya.
Lisa diam diam tersenyum sambil memandangi telapak tangan yang di genggam jennie.
"Lisayah..." panggil jennie.
"Wae unnie?" Tanya lisa.
"Apa pendapatmu tentang rose?" Tanya jennie.
"Dia baik dan cantik. Dia juga sangat peduli padaku" ucap lisa.
"Kau menyukainya?" Tanya jennie.
"Hmm aku menyukainya. Tidak sulit bagiku untuk menyukainya. Dia teman yang baik" ucap lisa.
Jennie hanya mengangguk mengerti. Mendengar lisa menyebut rose teman yang baik membuat jennie yakin bahwa lisa tidak paham dengan apa yang ia coba bicarakan.
"Aku akan pergi setelah ini. Kau tidak usah menungguku dan makan malamlah sendiri" ucap jennie.
"Wae? Kau mau kemana?" Tanya lisa.
"Aku akan pergi dengan mino. Jaga mulutmu jangan sampai appa tau jika aku pergi dengan mino" ucap jennie.
"Ne unnie" ucap lisa. Lisa tidak banyak bicara karena ia tau bahwa jennie adalah wanita yang sangat keras kepala.
Beberapa saat kemudian rose datang sambil membawa ramyeon untuk mereka bertiga. Jennie dengan semangat memakan ramyeon dengan kimchi. Sedangkan lisa, nafsu makannya hilang ketika mendengar jennie akan pergi dengan mino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
RomanceIni cerita tentang seorang lalisa. Mencintai dalam diam tidaklah mudah. Itulah yang di rasakan seorang lalisa manoban terhadap jennie kim. Bisakah lisa mengungkapkan semuanya?