Di pagi hari jennie sudah ribut membangunkan lisa. Lisa sejujurnya tak ingin bangun tapi jennie terus memaksanya hingga jennie nekat untuk menarik kaki lisa membuat lisa terjatuh dari tempat tidur.
"Yakkk... jennie kim. Apa kau sudah gila" bentak lisa sambil mengusap punggungnya yang terasa cukup nyeri.
"Kau membentakku lalisa" ucap jennie tak kalah kesal. Lisa membuka matanya lebar lebar, ia menyadari kesalahannya dan bergegas menggenggam tangan jennie. Tapi jennie menghempaskan tangan lisa begitu saja.
"Lanjutkan tidurmu. Aku bisa pergi sendiri" ucap jennie. Jennie bergegas pergi tapi lisa mampu menahan tangannya ketika jennie hendak membuka pintu.
"Aku akan menemanimu. Tunggu aku sebentar saja" ucap lisa.
"Anniya... aku tidak ingin pergi denganmu. Kau merusak pagiku" ucap jennie. Jennie menghempaskan tangan lisa lalu bergegas pergi keluar dari kamar.
Lisa menghela nafas lalu dengan tergesa gesa berlari ke kamar hanya untuk mengambil jaket untuk menyusul jennie. Bahkan lisa tidak mengganti piyamanya sama sekali.
Untung saja lisa bisa menyusul jennie saat jennie hampir saja keluar dari hotel. Lisa langsung menggenggam tangan jennie dengan sangat erat karena ia tak ingin kehilangan jennie.
"Aku akan menemanimu. Mianhe, aku benar benar menyesal" ucap lisa.
"Jika kau membentakku lagi akan ku pastikan aku akan menendangmu keluar dari kamar. Kau mengerti?" Ucap jennie.
Lisa dengan cepat mengangguk lalu tersenyum. "Kajja, kita pergi" ucap lisa.
"Kau yakin mau pergi menggunakan piyama? Kau tidak malu?" Tanya jennie.
"Malu? Untuk apa aku malu? Aku masih memakai baju. Cukup bagiku jaket ini dan dirimu sebagai penghangatku" ucap lisa.
"Aigooo... kau mulai lagi" ucap jennie. Lisa dan jennie berjalan ke pantai sambil bergandengan tangan. Jarak dari hotel ke pantai terbilang cukup dekat mereka hanya membutuhkan waktu dua menit untuk berjalan kaki.
Setibanya di pantai, jennie terlihat begitu senang bisa merasakan suasana di pagi hari sambil melihat deburan ombak dan merasakan angin yang menerpa tubuhnya. Mereka duduk di pasir yang halu sambil menatap kelautan lepas.
"Kau tau sayang, jika kita berenang mengarungi lautan ini maka kita akan sampai ke thailand" ucap lisa.
"Jinjja?" Tanya jennie.
"Hmmm... entahlah. Aku hanya asal bicara" ucap lisa sambil tertawa. Jennie mencubit perut lisa karena berhasil membuatnya berpikir mengenai hal yang sama sekali tidak di pikirkan lisa.
"Bagaimana jika kau mencobanya? Cepat berenang, aku ingin tau apa kau sampai di thailand" ucap jennie.
"Aku tidak mau. Hanya orang bodoh yang melakukan itu sayang. Lagi pula di laut banyak hiu. Bagaimana jika nanti hiu itu memakanku" ucap lisa.
"Andwae. Aku tak mau hiu hiu itu memakanmu. Jika hiu itu memakanmu lalu siapa yang akan berdiri di sampingku saat pesta pernikahan" ucap jennie.
Lisa tertawa melihat kelucuan jennie. Jennie mampu membuat paginya menjadi indah dan hangat meskipun cuaca sedang dingin.
Suasana pantai di pagi ini terbilang cukup ramai pengunjung hingga membuat orang yang berjalan di depan mereka melihat ke arah mereka. Lebih tepatnya melihat ke arah lisa karena lisa terlihat lucu dengan menggunakan piyama.
Tapi sayangnya berbeda dengan pengelihatan jennie melihat orang orang yang menatap lisa seolah olah ingin menggoda lisa. Semakin banyak yang menatap lisa membuat jennie semakin kesal.
Lisa kebingungan dengan perubahan ekspresi wajah jennie " wae?" Tanya lisa.
"Anniya.... lisayah, apa kau masih mengantuk?" Tanya jennie.
"Sedikit. Tapi aku bisa menahannya. Aku akan tidur setelah kita pulang dari pantai" ucap lisa.
"Kita pergi sekarang saja" ucap jennie.
"Wae? Apa moodmu sudah berubah? Kita bisa disini sebentar lagi" ucap lisa.
"Jika memang kau menikmatinya kita bisa duduk disini sebentar. Aku haus, tunggu disini aku mau beli minuman untuk kita" ucap jennie.
"Tidakkah jika lebih baik aku ikut?" Tanya lisa.
"Anniya sayang. Nikmati pemandangannya. Aku hanya sebentar" ucap jennie.
"Apa kau yakin?" Tanya lisa.
"Aku yakin sayang. Tunggu disini okey dan jaga kedua matamu. Jika kau macam macam akan ku tendang kau dari kamar" ucap jennie.
"Aigooo.... kenapa istriku menjadi menakutkan seperti ini. Aku tidak akan macam macam" ucap lisa.
Jennie mengecup bibir lisa lalu mulai berjalan menjauhi lisa. Ia pergi ke kedai minuman yang jaraknya kurang lebih 200 meter dari tempat lisa duduk. Jennie menghentikan langkahnya dan berbalik menatap lisa. Senyumnya mengembang ketika melihat lisa berbaring di atas pasir dan mulai memejamkan matanya.
"Itu lebih baik" ucap jennie lalu kembali berjalan ke kedai minuman. Sesampainya di kedai minuman ia membeli sebotol air.
Ia bergegas kembali ke lisa tapi langkah kakinya terhenti ketika seseorang menutup jalannya. Jennie sangat terkejut ketika melihat mino di depannya dengan senyuman lebar.
"Mino" ucap jennie.
"Aigooo jennie... bukan kah ini yang disebut takdir. Aku tidak mengira kita akan bertemu di sini. Kau sedang apa dan pergi bersama siapa?" Tanya mino.
Jennie tidak menjawab. Ia hanya melihat ke arah lisa. Melihat jennie menatap ke arah lain membuat mino ikut melihat ke arah jennie menatap.
"Lisa? Kau bersamanya?" Tanya mino.
"Hmm... aku bersamanya. Maaf aku tidak ada waktu untuk berbincang denganmu" ucap jennie.
Jennie hendak pergi tapi mino menahan tangannya "kau pikir aku akan diam saja setelah penolakanmu yang sangat memalukan untukku. Kau pikir kau siapa huh... aku bahkan bisa mendapatkan seratus wanita sepertimu" ucap mino.
"Kalau begitu temukan seratus wanita itu tapi jangan berani menampakkan wajahmu depanku" ucap jennie.
"I will. Tapi setelah aku mendapatkan apa yang ku mau" ucap mino. Belum sempat jennie menjawab mino langsung mendekap mulut dan hidung jennie dengan sebuah sapu tangan yang berisikan obat bius dna membuat jennie tidak sadarkan diri seketika. Mino sudah menyiapkan semuanya karena ia sudah melihat jennie sejak jennie masih bersama lisa.
Mino menggendong tubuh jennie ke mobilnya dan merebahkan tubuh jennie di kursi belakang. "Aku melihatmu mencium wanita itu. Sekarang aku ingin tau bagaimana rasa hangatnya tubuhmu" ucap mino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
RomanceIni cerita tentang seorang lalisa. Mencintai dalam diam tidaklah mudah. Itulah yang di rasakan seorang lalisa manoban terhadap jennie kim. Bisakah lisa mengungkapkan semuanya?