Lisa duduk di kursi kerjanya tapi pikirannya tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pikiran lisa masih memikirkan setiap ucapan jennie saat pulang kemarin. Saat memikirkan jennie tiba tiba saja secangkir kopi mendarat tepat di depan lisa.
Lisa menatap si pemberi kopi yang tersenyum padanya. "Eun woo" ucap lisa.
"Kau terlihat tidak fokus sejak tadi. Mungkin secangkir kopi bisa membuatmu kembali fokus" ucap eun woo.
"Gomawo. Kau tak perlu repot repot" ucap lisa.
"Anniya... ini sama sekali tidak merepotkan" ucap eun woo.
Lisa meneguk kopi pemberian eun woo dan eun woo menarik salah satu kursi kosong dan duduk di samping lisa.
"Lisayah... kau tidak ingat padaku? Kita satu sekola saat SMA dulu" ucap eun woo.
Lisa sedikit terkejut mendengar pengakuan eun woo. Karena sejak SMA dulu lisa terkenal pendiam dan tidak memperhatikan sekitarnya. Saat SMA lisa hanya dekat dengan jennie tapi kecantikan jennie dan lisa membuat mereka sukses di kenal banyak siswa lainnya.
"Kau pasti lupa padaku. Kau pasti ingat padaku jika mengingat kejadian di lapangan basket" ucap eun woo.
Lisa mencoba mengingat kejadian yang di maksud eun woo dan ia teringat ketika wajahnya terkena lemparan bola basket hingga membuat hidungnya mengeluarkan darah.
"Kau yang melemparkan bola padaku? Kapten basket?" Tanya lisa.
"Ne. Saat itu sahabatmu langsung membawamu pergi ke rumah sakit. Karena itu aku tidak sempat mengucapkan kata maaf. Mianhe untuk waktu itu" ucap eun woo.
"Its okey. Lagi pula itu sudah lama" ucap lisa.
"Ahh syukurlah. Lisa, apa kau datang ke acara reuni?" Tanya eun woo.
"Aku? Entahlah. Wae?" Tanya lisa.
"Anniya... hanya saja jika kau pergi kita bisa pergi bersama. Kau tau, aku sedikit gugup jika harus pergi sendiri" ucap eun woo.
"Akan ku pikirkan" ucap lisa sambil tersenyum.
Eun woo mengeluarkan ponselnya lalu memberikannya pada lisa. Awalnya lisa bertanya tanya apa yang sedang dilakukan eun woo tapi rasa penasarannya terbayar ketika eun woo bilang jika ia ingin meminta nomor ponsel lisa. Tanpa ada keraguan lisa langsung menuliskan nomor ponselnya di ponsel eun woo.
"Aku akan menghubungimu nanti" ucap eun woo.
Lisa tersenyum lalu mengangguk. Setelah eun woo meninggalkannya, lisa kembali memikirkan ucapan jennie.
*** Rumah jennie ***
Jennie sedang duduk di kolam renang belakang rumahnya sambil menikmati cahaya matahari yang mulai tenggelam. Beberapa saat kemudian tiffany ikut bergabung dengan jennie.
"Wae? Apa yang kau pikirkan?" Tanya tiffany.
"Aku memikirkan orang yang akan ku ajak ke reuni sekolahku eomma" ucap jennie.
"Wae? Apa lisa tidak ikut?" Tanya tiffany.
"Maksudku seorang namja eomma. Bukan lisa" ucap jennie.
"Wae? Apa bedanya? Namja ataupun lisa meraka sama sama bisa menemanimu" ucap Tiffany.
"Sangat berbeda eomma. Eomma, lihatlah aku sudah dewasa. Umurku sudah 24 tahun dan selama 24 tahun aku hidup aku tak pernah merasakan berkencan" ucap jennie.
"Wae? Kenapa kau belum pernah berkencan?" Tanya tiffany.
"Karena lisa selalu ada bersamaku. Aku senang lisa bersamaku tapi terkadang dia sedikit over protective" ucap jennie.
"Bukankah itu bagus. Itu tandanya dia menjagamu dengan baik. Mungkin dia seperti itu karena appa dan eomma memintanya untuk menjagamu" ucap tiffany.
"Aku tau eomma. Tapi terkadang aku merasa terkurung dan sekarang saat aku sedikit lega karna lisa bekerja lalu aku bisa sedikit bebas tapi aku tidak memiliki teman pria sama sekali" ucap jennie sambil menghela nafas.
Tanpa jennie dan tiffany sadari dari kejauhan lisa berdiri mematung karena mendengar semua keluhan jennie tentang dirinya.
"Ternyata selama ini kau tersiksa dengan apa yang aku lakukan untukmu unnie. Padahal aku melakukan itu semua agar kau memandangku. Bahwa aku mencintaimu tapi ternyata aku hanya membuatmu merasa terkurung" ucap lisa lirih lalu berbalik dan masuk kedalam kamarnya.
"Jangan berkata seperti itu jennie. Jika lisa mendengarnya ia pasti akan sangat sedih. Sudahlah ayo masuk, udaranya sudah mulai dingin" ucap tiffany.
Ketika tiffany dan jennie masuk, mereka melihat taeyeon baru turun dari kamar setelah meletakkan tas dan jasnya.
"Appa... dimana lisa?" Tanya jennie.
"Di kamarnya mungkin" ucap taeyeon.
"Panggil lisa.. kita makan sekarang" ucap tiffany.
Jennie berlari menuju kamar lisa dan tanpa mengetuk pintu jennie masuk begitu saja. Ia melihat lisa sedang terbaring di tempat tidur sambil memejamkan mata. Jennie tau lisa belum tidur karena melihat kakinya bergerak.
Jennie ikut berbaring di samping lisa "kau lelah?" Tanya jennie.
"Hmm... pekerjaan hari ini cukup banyak" ucap lisa berbohong karena sejak tadi yang ia kerjakan hanya memikirkan ucapan jennie.
"Lisayah.. mengenai namja yang akan ku ajak ke reuni" ucap jennie.
"Wae?" Tanya lisa datar.
"Bagaimana jika aku mengajak mino? Kami bertukar nomor saat kita makan kemarin" ucap jennie.
Lisa sangat terkejut jennie memyebut nama mino tapi lisa berusaha untuk menyembunyikan semuanya.
"Apa aku harus mengajaknya?" Jennie kembali bertanya.
"Ohh... lakukan saja" ucap lisa datar.
Jennie mengubah posisinya ke posisi duduk dan menatap ke arah lisa. Ia merasa aneh dengan reaksi lisa.
"Jinjja? Kau tidak marah padaku? Kau tidak melarangku?" Tanya jennie.
"Wae? Kenapa aku harus melarangmu unnie?" Tanya lisa.
"Entahlah. Biasanya kau selalu melarangku" ucap jennie.
"Kau sudah dewasa dan berhak untuk menentukan pilihanmu sendiri. Aku tidak mau menjadi seperti seorang penculik yang mengurungmu. Sudah saatnya kau mulai berjalan sendiri" ucap lisa tanpa membuka matanya.
Kata kata yang selalu dinantikan jennie tapi kali ini rasanya berbeda. Jennie merasa sedih ketika lisa mengatakannya.
"Kenapa kau tiba tiba bicara seperti itu?" Tanya jennie.
Lisa membuka mata dan menatap jennie. Tatapan mereka saling bertemu beberapa saat. "Mwo? Apa yang salah dengan kata kataku?"ucap lisa.
Jennie menggeleng "tidak ada yang salah. Kajja... eomma menyuruhku memanggilmu untuk makan" ucap jennie sambil beranjak.
"Kau turun saja dulu. Aku akan mandi terlebih dahulu" ucap lisa.
Jennie mengangguk mengerti lalu pergi dari kamar lisa. Sedangkan lisa duduk bersandar tempat tidur sambil menatap fotonya dengan jennie.
"Kau kuat lisa. Cinta tak harus diungkapkan tapi harus di buktikan" ucap lisa pada dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Mine
RomanceIni cerita tentang seorang lalisa. Mencintai dalam diam tidaklah mudah. Itulah yang di rasakan seorang lalisa manoban terhadap jennie kim. Bisakah lisa mengungkapkan semuanya?