Kini Anara sudah sampai di apartement milik Givano, bayangkan saja dalam keadan basah kuyup seperti ini Givano menyuruh nya memakai baju kaos kebesaran milik cowo itu.
Anara ingin menolak, namun ia lebih sayang pada kesehatan nya. Selang beberapa waktu kemudian Anara dan Givano telah terduduk di sofa empuk milik Givano.
"vano kita mulai kelas nya sekarang aja! Cepet lo ambil buku fisika lo"
Senyum mengoda yang terbit di bibir Givano mulai memudar dan bergantikan raut sinis.
"elah nar! Ujan gini belajar mulu! Mending kita saling menyalurkan kehangatan yang----"
"gue pulang aja!"
"e-eh.. Jangan dong istri kecil, ngambekan banget sih. Lagian ya nurutin keinginan suami itu berkah loh"
Anara menatap wajah penuh ekspresi meledek Givano penuh dengan kesabara full, ternyata rumor isi otak Givano yang berisi adegan dewasa memang lah benar.
"ambil buku lo atau gue mingat!" ancam Anara penuh dengan nada tak suka sekaligus risih.
"dan satu fakta yang harus lo denger plus pahami adalah gue bukan istri lo dan gak akan pernah mau punya suami brandal kayak lo!"
Senyum givano kembali terbit, tatapan mata tak peduli itu berubah menajam.
"gue emang berandal Anara tapi gue gak pernah nyakitin cewe, bahkan ikar janji sama cewe. Dan ya, gue bukan tempat pelampiasan yang cocok untuk lo saat ini"
Givano segera bangkit dan melangkah menaiki beberapa anak tangga menuju kamar nya yang terletak di atas. Sesaat Anara berfikir, apa ucapan nya menyingung brandal itu.
Apa gue keterlaluan ya? Tapi gue emang belum punya suami sih!
Sembari menunggu Givano keluar, Anara mulai merangsak mencari hp nya yang entah apa kabar keadaan nya.
Anara bernafas lega saat melihat kodisi hp nya baik-baik saja. Syukur nya hp nya terselip antar beberapa buku cetak tebal sehingga hp nya tidak terkena air hujan tadi.
Namun saat ia mulai mengaktifkan hp nya, notip pesan dan juga pangilan tak terjawab dari Zain membuatnya melotot kaget.
"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!! OMAIGAT! OMAIGAT! DEMI APA?!!!!"
mendengar suara jeritan anara, Givano yang sedang berjalan santuy segera lari terbirit sampai hampir jatuh keselandung kaki nya sendiri.
"Anara lo kenapa?!"
"Zain telpon gue Vano!"
Anjing!
Ingin rasa nya Givano membawa tubuh anara ke dalam kamar nya dan membuat cewe sinting itu mendesah keras.
"turun lo! Sofa gue jebol entar!" kesal Givano, entah mengapa ia menatap tak suka kepada Anara yang meloncat-loncat kegirangan hanya karena di telpon oleh si kaku Zain.
Anara menyengir tanpa dosa dan segera duduk sesopan mungkin, ia segera menelpon balik zain.
"lo dimana?! Kenapa belum balik?!"
Bukan nya takut karena suara bentakan Zain, Anara malah tersenyum senang.
" lo khawatir sama gue?"
'Yawloh semoga Zain bilang iya'- btin anara berharap.
"gak! Lo cuman ngerepotin gue aja terus! Inget bonyok lo udah gak ada! Lo jadi tangung jawab bonyok gue! Cepet pulang sekarang!"
Harapan Anara hilang sudah, Zain selalu berkata kasar padanya. Apa cowo itu tidak punya perasaan sama sekali?
"bilang sama tante Ayunda gue nginep di rumah temen!"
"Anara lo----"
Anara segera mematikan sambungan telpon secara sepihak, cukup! Ia tidak mau mood nya kembali rusak karena cowo hati batu itu. Lagian Anara kan sedang marah dengan si Zain.
"duhai senang nya di tolak dia~~~ syalalalal~~~~"
Anara menatap tajam Givano yang tengah bernyayi syahdu. Tampang mengejek ia perlihatkan serta sesekali cowo itu menghisap satu batang rokok.
" lo nyindir gue?!" ucap Anara tak terima.
"iya. Kenapa?"
"mau lo apasih vano?! Gue udah baik hati mau ngajarin lo fisika! Hargain gue anjing!"
Anara bisa lihat jika rahang Givano mengeras tanda jika cowo itu sudah emosi, bukan itu saja batang rokok itu ia remas mengunakan telapak tangan nya hingga padam.
Cekraman di bahu Anara membuktikam segala nya. Givano murka pada nya.
"lepas! Sakit vano! Givano lepas!!!" ronta Anara.
"sakit?" sinis Givano. Bibir pria itu kembali berucap bersamaan cekraman di pundak anara yang mengendur.
"gue bukan tempat pelampiasan Anara. Jangan buat gue sakitin lo kayak mama okey... Sekarang lanjut belajar lo harus balik"
Mama? Sakitin? Ni cowo saraf apa?
"vano gue----"
"buku gue cuman ini doang nar! Lks tebel itu gue buang"
"kenapa?"
"ngeberatin tas gue aja tu buku!"
"gila lo! Itu LKS beli pakek duit! Lo tau, ada yang gak bisa beli LKS karena gak punya duit. lah lo malah asal buang aja" cerocos Anara persis seperti emak-emak pas beli sayur mang aceng.
" ribet amat tinggal pakek punya lo kan beres!"
Anara berdecak kesal kemudian mulai membuka tas nya untuk mencari buku fisika milik nya. Namun sial buku nya sudah basah kuyup.
Givano mengernyit melihat raut wajah anara yang mulai berkaca-kaca.
"mewek? Kenapa lo?"
Tapi Anara tak menjawab, ia malah mengusap-usap buku basah itu penuh sayang.
"buku gitu doang di tangisin! Besok gue beliiin sama toko nya sekalian!" ujar Givano sinis namun percaya lah tiap kata cowo itu berusah menenangkan cewe cengeng satu ini.
"lo gatau kalo buku ini pacar gue vano!"
"gilak lo! Gue masih mau nampung lo jadi pacar gue kok"
"ck! Ogah amat gue masih sayang sama Zain!"
"udah deh gapapa gak ada buku nya, sekarang gue tanya lo hapal gak hukum 1 newton?" ujar Anara lagi. Sedangkan givano, pria itu segera merogoh hp nya dan mengetik sesuatu.
"Ehh... Gak boleh buka google!" henti anara cepat.
"kenapa lagi sih!"
"eh vano gue suruh lo hapalin bukan buka Google ngerti! Sekali-kali tanpa Google bisa?"
"gak! Guna teknologi sekarang untuk apa kalo gak di manfaatin? Jadi manusia itu ambil enak nya aja sih nar!"
"bilang aja gak tau susah amat" gumam Anara.
"gue ga bisa! Dah kan!" pasrah givano.
"terus lo hapal rumus apaan?!"
"Rumus? Ooh rumus cinta gue pakar nya"
Sabar! Gue sabar!
" lo tau rumus apa selain rumus cinta?!"
"rumus buat anak gue paling jago... Gimana nar mau gue ajarin gak?"
Setan! Givano setan!
Tbc:)
Vote and comment guys...
Maaf kemarin² gak update...
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVE IN BRANDAL SCHOOL(TERBIT)
MizahTersedia lengkap di novel dan aplikasi Dream "ANARA!!!BIBIR LO ENAK! DAN ITU PUNYA GUE!" "DI MIMPI LO!" "Di mimpi gue beda lagi, lo jadi istri gue" "ck, hormatiin gue sebagai guru lo givano! " "gue bakal hormatin lo jadi istri gue!" ***** Anara la...