32. Insiden

119K 8.8K 1.6K
                                    

"dari cerita lo begitu. tapi dari zain pasti beda lagi.. " usul anara.

"kenapa lo buat kesimpulan gitu? Lo ga percaya sama gue?" protes givano.

"engak" jawab anara blak-blakan.

"kenapa? Karena gue brandal?" Anara menatap Wajah givano lekat, kemudian mulai berdiri sembari merekatkan jaz cowo itu ketubuh nya.
"Udah malem.. Yuk pulang" ajak anara.

"ngalihin omongan lo! Bilang aja kalo lo––"

Cup

Anara menunduk sembari menyatukan pelan bibir givano secara amatir yah anara tidak ahli dalam dunia seperti itu.

Givano yang terkejut kembali menormalkan ekspresinya dan membalas lumatan amatiran Anara. Ia tersenyum senang saat melihat Anara nya mulai berani. Tangan kanan givano terulur untuk menarik tengukuk anara untuk memperdalam ciuman kedua nya.

"emmmphhh giv... anohh..." ucap anara di sela-sela lumatan, sensasi geli menjalar di pungung nya saat tangan nakal givano mulai mengelus-elus pungung nya sensual.

"emmmmhhh..." ciuman Mereka terus berlanjut sampai sinar bulan hilang di tutupi awan malam.

"huhh... Gila lo van.. Ah... Emphhh" baru saja anara ingin menyalangkan protes namun sedetik kemudian givano kembali membungkam bibir pink itu dengan bibir nya.

Selang beberapa waktu givano mulai melepaskan tautan bibir mereka dan memeluk erat Anara.

"percaya sama gue... Zain itu gak tulus sama lo nar"

*****

Setelah mengantarkan Anara pulang Givano memilih pergi kerumah utama keluarga reegan karena rindu bunda nya.

Kaki nya melangkah angkuh memasuki pintu utama. Dilihat nya Rumah kembali sepi dan terus begitu. Givano tersenyum kecut melihat bingkai foto keluarga yang ia pajang di ruang kelurga. Di foto itu ada sebuah keluarga harmonis, ada Ayah, Bunda, dirinya dan sang adik tengah tersenyum menghadap kamera.

Langkah givano mendekat ke arah bingkai itu dan menatapi nya lama.

"malam Bunda... Bunda apa kabar? Tuhan kasih makan bunda kan disana? Giva kangen bunda hehe.. Maaf bunda giva jadi anak pembangkang yang gak nurut sama ayah.." Givano meraih bingkai foto yang berisi dirinya dan juga bunda nya dan membawa nya ke kamar milik nya.

Sesampainya di kamar milik nya, givano mulai berdecak kesal saat melihat kamar milik nya yang di penuhi debu dan beberapa botol minuman yang berserakan.

Ah, mungkin rumah utama ini sudah di penuhi setan karena givano jarang membersihkan apalagi datang. Rumah utama selalu sepi seperti rumah hantu di filem-filem horor.

"Ck, Gak layak sama sekali ni rumah! Mending gue balik ke apartement" gumam givano pelan, ia mulai membalikan badan dan mematikan lampu kamar nya. Namun siapa sangka suatu keanehan terjadi di dalam kamar nya.

Lampu kamar givano masih menyala walaupun ia sudah menekan-nekan saklar lampun kamar nya.

Brak!

Dan juga suara benda jatuh di dalam kamar nya. "bener kata gue.. Ni rumah udah banyak setan nya" Givano mulai turun dari tangga sembari membawa satu foto dirinya bersama bunda nya. Dan pergi meningalkan kediaman reegan.

Di perjalanan menunju apartement givano melihat siluet seorang cewek dengan 2 preman yang mengoda nya. Givano berusaha acuh, namun saat mengetahui jika cewe itu adalah dia givano langusung menepikan asal mobil nya dan menuju ke arah mereka.

"hiks... Tolongg!!!! " jerit cewek itu ketakutan saat satu tangan preman itu menyentuk pundak nya dan sebelah lagi berniat melucuti pakaian nya.

Rahang givano mengeras melihat tindakan tak terpuji itu, kepala nya ia gelakan ke kanan dan ke kiri serta kemeja yang ia gulung sampai siku.

Bugh

Bunyi tendangan yang givano hasilkan dari menendang salah satu preman.

"Bangsat! Gausah ikut campur lo anak kecil! "

"Jangan pangil aku anak kecil paman! Giva nama ku adalah giva" ujar givano menirukan gaya filem kartun yang ia tonton sambil ngehujat. Gimana engak! Episode itu-itu terus lah anak kecil gak mau di pangil anak kecil, kalo di pangil orang di pukul nah teros si ladoo singh jadi polisi gak guna. Si penjahat nya juga banyak gaya!0 nyali menciut masa tu anak kecil gak bisa di patiiin!

Kadang givano lebih memilih penjahat nya dari pada anak kecil sok jago nya. Suka kesel givano karena gak punya sepedah kayak shiva. Oke fiks lupakan balik ke drama!

"Banyak gaya lo bocah! Nantangin gue?! Hajar broo" ujar preman yang givano tendang tadi.

"Tangan kosong kalo berani!!!" tantang givano dan langsung menerjang tubuh preman kurus itu membabi buta. Sedangkan cewe itu. Hanya terduduk sembari menutup kedua telingga nya ketakutan.

Di lanjutkan oleh Preman gendut yang memegang pisau dapur emak nya agak nya. Givano langsung menendang preman kurus itu hingga tersukur ke aspal. Kini ia mulai menendang tangan kanan preman gendut yang memegang pisau dan di lanjutkan oleh bogeman-bogeman yang ia berikan hingga preman itu KO.

"Kabur woi kabur!!!" Seru preman kurus, dan di ikuti preman gendut.

"Huuuuuuu layu lo!!! Mangkaknya jangan berani pangil aku anak kecil paman!!!" givano mulai mengibaskan kemeja putih nya yang kotor dan mendekati cewek itu.

"woi bangun lo! Udah pergi noh preman nya" ujar givano terkesan sinis.

Cewe itu mendogak dengan wajah penuh air mata. "Givano... "

Greb

Cewek itu memeluk givano erat sembari menangis tersedu-sedu. "givano aku takut hiks... Makasih udah nolongin aku" isak lyra sendu.

Givano tersenyum tipis dan mengusap surai panjang lyra. Ia mulai mengurai pelukan nya dan melirik lengan baju cewe itu yang robek ulah preman gaya layu tadi.

"hiks... Makasih udah nolongin aku.." givano tidak menjawab dan memilih melepas kemeja putih nya dan ia pakaikan untuk lyra.

Lyra tercengang dan menatap givano. "gue anter pulang" ujar givano dingin dan berjalan duluan di ikuti lyra yang tersenyum hangat.

Aku tau kamu masih sama givano...










TBC!

AUTHOR SUKA MALES UP GRA² KALIAN MALES COMMENT:)

COMENT NYA MANA UYYYY
VOTE NYA JUGA MASA KALAH SAMA YANG BACA!


LIVE IN BRANDAL SCHOOL(TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang