40. pisah

117K 9.4K 2K
                                    

"Balikin Mama giva... " kata givano lirih. Anara menatap nya terkejut karena baru kali ini diri nya melihat givano yang lemah.

"Om bisa balikin Mama giva? Bisa?! Giva bakal kasih hidup giva kalo mama bisa balik lagi!!!" Sudut mata Givano berair Herman terdiam, ia sendiri merasa terpukul atas kematian kakak ipar nya Giraya sehingga kakak nya Alentino menikah lagi dan pergi meningalkan putra nya yang Masih terpukul.

"Om bukan tuhan giva... " gumam Herman dengan nada pelan. Givano berdecak kemudian hendak bangkit namun Herman lagi-lagi menahan tangan Givano.

"Geva sakit. Kamu gak mau nenggokin?" ujar herman tiba-tiba. Givano mendesis kacau.

"Si tua bangka pasti ngalkuin seribu cara buat pewaris nya Om" Kata givano remeh, cowo jangkung itu mulai pergi dengan jalan tergesa-gesa meningalkan Anara dan pak Herman yang menatap nya sayu.

"Pak saya izin pamit"

"Tunggu Anara!" cegah pak herman, Anara kembali duduk dan mengeryit heran.

"Ada apa pak?"

"Ada yang ingin saya bicarakan sama kamu... Tentang bocah tengik itu" Anara menganguk mengerti dan menatap kelapa sekolah nya itu.

"Tolong kamu jaga Givano... Sebagai Om nya saya sudah lelah mengawasi Anak itu. Anak itu kesepian anara, Mama nya meninggal sewaktu dia berumur 7 tahun dan Papa nya menikah lagi.." pak herman nampak menghembuskan Nafas nya lesu.

"Bocah tengik itu rapuh Anara... Dan saya tau, Hanya kamu yang givano percaya. Givano dia... " ada jeda sebentar sampai Pak herman Mengucapkan satu hal yang membuat Dada Anara mengemuruh sakit.

"Kanker hati stadium tiga.. "

"A–apa?!" syok Anara. Ia menenguk selivar nya susah payah, sebelah tangan nya terangkat menghapus jejak air mata nya di sudut mata nya. Ia menatap kepala sekolah nya tak percaya.

"Gak mungkin pak! Givano sehat-sehat aja! Dia bahkan masih bisa berantem mana bisa di––"

"Anara untuk apa saya berbohong... Hasil medis mengatakan begitu."

Anara mengigit bibir bawah nya keras. Cowo itu benar-benar gila atau apa?!

"Dia masih bisa sembuh pak?" tanya Anara penuh harap

"Bisa. kalau bocah itu mau.. Tapi kamu liat sendiri tadi.... Anak itu mau mama nya"

"Dia bakal nurut kalau kamu yang bilang... Saya mohon jaga dia Anara"

"Maaf pak..." Jeda sebentar anara berusaha meyakinkan dirinya. "Saya akan berusaha"

Pak herman tersenyum lega. "Ini obat-obatan bocah itu. Sudah lama anak itu tidak meminum nya, saya tidak tau bagiamana kondisi tubuh nya saat ini. Tetapi semoga saja belum stadium akhir Anara... "

*****

Anara berlari mencari keberadaan Givano saat ini namun nihil, cowo itu tidak ada di mana pun. Jam pulang sekolah sudah berdering sejak 5 menit yang lalu, Anara yakin givano pasti masih di sekolah.

Ia mulai mengambil hp nya di saku baju nya dan menelpon Cowo itu. Dan tersambung.

"Kenapa gak dari tadi sih gw telpon dia" gumam Anara jengkel.

"hallo"

"Lo dimana?! Gue cariin dari tadi jugak!!!"

"ayang kangen sama gi? Itu apa nama pangilan baru kamu sayang gi.. Gi.. Yah gigi dong" Anara mendesis, Cowo ini masih sempat-sempat nya bercanda. Oke sabar cowo ini harus di alusin baru nurut.

"Gi... Lo dimana?" ucap Anara lembut.
Di sebrang Sana givano terpaku kemudian tersenyum bahagia.

"Gi di warung bu septi... Kenapa nar?"

Bip

Hp anara di rebut paksa oleh seseorang dengan Aroma maskulin yang sangat Anara kenali. Anara berbalik dan memastikan dan ternyata benar... Cowo ini Zain.

"Balikin hape gue!" ujar Anara dingin.
"Ayo pulang bareng gue" ajak Zain melembut.

"Gak! Gue bisa pulang sendiri! Balikin hape gue!" tolak Anara mentah-mentah.

"Jangan keras kepala anara... Ayo pulang kita selesaikan masalah nya baik-baik"

"Lo budek ya? Gue mau pulang sendiri!!! Ngerti gak?!"

"JANGAN SUSAH DI ATUR AYO PULANG!" Zain menarik paksa lengan Anara.

"LEPASIN TANGAN GUE!! BELUM CUKUP LO TAMPAR GUE HAH?!" teriak Anara marah, Zain memejamkan mata nya sekilas dan mengendok Anara layak nya karung beras.

"AAAAAAAAAAA!!!!! TURUNIN GUE BANGSAT!!! MATI LO!!!MATI!!!!" Anara memukul-mukul pungung tegap Zain agar cowo itu menurunkan nya, Namun nihil zain malah mempercepat langkah nya.

"TURUNIN GUE ZAINN!!!"

"BANGSAT LO GILA!!! GUE BENCI!!"

"TURUNIN ANJ*NG GAK ELIT AMAT LO GENDONG GUE!!!"

"TOLONGGGGGG!!!! GIVANOOOOOOO!!!!"

"GIVANO TOLONGIN GUE!!!!"

Zain sedikit geram kala istrinya sendiri memilih bantuan pada Givano ketimbang ikut pulang bersama dirinya.

"Diem!!!" bentak Zain. Anara terdiam saat zain mulai menurunkan tubuh nya.

"Ayok naik!"

"Gak! Gue mau sama givano ngerti gak?!"

"Gue suami lo!"

"ck! Suami mana yang tega Nampar istri nya hah?! Mikir! Lo pantes gak di sebut suami?!"

"Maafin gue...

"Gak!"

"Anara maafin gue... Tolong maafin gue" Sesal Zain, Anara sedikit goyah namun ego tetap di pertahan kan.

"Gue benci sama lo!"

"Lo ngak boleh benci sama gue!" ucap Zain tak terima, anara tak peduli dan menepis kasar tangan Zain di bahu nya.

"Hahahahaha! Apa lo bilang gak boleh benci?! Hah?! Gue bahkan berfikir untuk pisah sama lo"

"ANARA!!!!"

"APA?! GAK TERIMA?! YANG SALAH ITU LO! LO YANG GAK MAU NEMPATIN JANJI! SO, LYRA BAKAL GUE SIKSA"

"Jangan libatkan orang lain Anara.. Gue bakal minta maaf sekarang sama givano... "

"Tolong maafin gue... Jangan pisah sama gue... "

"Gue maafin tapi... Gue gak bisa sama lo lagi!"

Deg

TBC:)

Yuhuuuuu up nih author.....
Makasih yang udah spam:)

Spam lagi ya nanti di kasih double up lagehh soalny author lagi ngetik ini wkwkw....

Jangn lupa folow akun instagram @Oktasievert_

Spam GIVANARA biar ga lupa:)

Makasih yaaaaa:)

LIVE IN BRANDAL SCHOOL(TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang