20. SAH

162K 11.4K 2.8K
                                    

Anara menghapus kasar bulir air mata nya, dengan gerak cepat ia berlari menerjang tubuh givano yang terpaku melihat nya menangis, anara tak peduli dengan buku-buku yang ia bawa terjatuh. Karena, kini ia hanya memerlukan pelukan itu saja.

"hiiks.... Hiiks...." isak Anara pilu, detak jantung Givano berdetak tak karuan, ia terlalu syok dengan apa yang ia lihat saat ini. Istri kecil nya menangis kenapa?

Tangan givano mulai mengelus rambut anara berusaha menenagkan, kemudian ia mengurai pelukan anara dan menangkup kedua pipi yang memerah itu.

"Heii...kenapa istri kecil?" tanya givano lembut, bahkan sangking lembut nya Anara semakin menangis kencang.

"Huweeeeee!!!!"

EDAN!!! KOK MALAH TERIAK!

Givano kembali memeluk Anara agar suara cempreng wanita itu sedikit mereda. Hati nya bergedik sakit entah mengapa isak tangis anara begitu menyakitkan bagi givano hingga ia terpaksa merelakan satu macam yang anara janjikan agar cewe itu berhenti menangis.

"nar, gue minta hadiah satu macam gue ya?"

Tidak ada jawaban, Givano kembali mengeratkan pelukan nya.

"gue mau lo berhenti nangis, karna jaket gue penuh dengan igus lo" setelah kata itu usai, Anara menghentikan tangis nya dan mendorong tubuh givano.

"Dasar modus!"

Ha?

Tunggu! Tunggu yang modus itu kan anara?! Beh, parah-parah givano di fitnah!

"heh Nar!" namun yang di pangil tak menyaut melainkan masuk kedalam mobil givano. Tatapan givano teralih pada buku yang berserakan di bawah kaki nya.

Sial!

Udah satu macem gue hangus lah sekarang munggut buku! Mimpi apa gue!!!

Setelah mengumpulkan beberapa buku yang anara bawa, givano segera memasukan buku itu kedalam jok belakang kemudian masuk kedalam mobil.

Ia menatap anara yang melamun, tangan givano segera mengengam telapak tangan anara lembut, kemudian sebelah nya mulai mengemudikan mobil nya.

"ada gue. Lo gak boleh nangis kalo gue pergi lo boleh nangis. Karena kalo gue tau siapa yang nyakitin lo..." ada jeda sebentar dari perkataan givano membuat anara menoleh.

"gue bunuh hari itu juga."

"givano...." peringat anara, ia mengelangkan kepala nya pelan. Cowo ini tidak boleh berbuat lebih jauh lagi.

"gue besok nikah sama zain, gue harap lo gak pakek hati sama gue" ucap anara tak enak.

"telat. Karena gue udah naruh hati sama lo"

"givano...."

"Anara...."

"becanda lo ga lucu vano, gue serius bakal nikah sama zain"

"yaudah tolak aja" ucao givano enteng.

"Vano! Bagaimanapun keluarga aldebaran udah bantu gue dan juga.. Gue cinta sama zain"

"terus gue gimana?"

"Udahlah givano! Gue tau lo cuman mau tubuh gue doang! Lo ga serius cinta sama gue kan?! Jadi stop manggil gue istri kecil itu, gue ga suka!"

"jadi bagi lo gue gitu nar?" nada bicara givano berubah, suara givano terasa serak. Entah mengapa Anara tak suka nada bicara givano berubah lemah.

"gu--e um itu.... Y-yaa karena banyak yang bilang gitu vano" givano membasahi bibir nya kemudian menganguk.

LIVE IN BRANDAL SCHOOL(TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang