twenty-nine

6.4K 505 12
                                    


~Happy reading~

Satu Minggu berlalu menuju pernikahan Ivy dan Stella, para ibu juga sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan segala sesuatu yg akan di siapakan untuk pernikahan Ivy dan Stella, sedangkan Ivy sendiri di buat kesal dan jengah dengan semua klien / rekan kerjanya dan para media yg tiba-tiba, menodong Ivy dengan sejuta pertanyaan mengenai orientasi seksual Ivy, yg tiba-tiba saja menyebar jika Ivy seorang CEO dari perusahaan RC company, akan menikah dengan seorang wanita. Yg belum di ketahui siapa orangnya.

"Siapakan, meeting untuk klien kita jika mereka benar-benar mau mendengarnya langsung dariku, aku tidak perduli jika mereka ingin membatalkan penanaman saham atau kerjasama kita"

"Baik Mrs"

"Dan satu lagi, siapakan konferensi pers untuk dua hari lagi"

"Baik Mrs. Akan segera saya siapkan"- Sekertaris Ivy keluar setalah mengakhiri pembicaraannya dengan Ivy,

"Siapa yg menyebarkan ini semua, ck membuat aku repot saja"- gumam Ivy.

Drtt Drttt

Ponsel Ivy tiba-tiba bergetar di atas meja, Ivy meraih ponselnya dan di sana terdapat nomer yg tidak dia kenal mengirimkan pesan.

"Bagaiman? Bukankah aku sangat membantumu, dengan mengatakan yg sebenarnya pada publik, jika kamu benar-benar menikahi Stella aku akan menyebarkan sebuah video yg akan membuat publik semakin geram dengan CEO yg sangat di kenal banyak orang"

Dari kata-katanya saja Ivy sudah tau jika yg mengirimkan pesan adalah Angela, Ivy semakin kesal dia menggenggam erat ponselnya, dan sesaat kemudian pesan lain muncul di ponselnya.

"Seorang CEO yg di kenal dengan kesuksesannya, ternyata seorang lesbian yg akan segera menikah, dan setelah aku menyebarkan video "itu" maka akan ada berita baru, "seorang Raina Collins CEO yg di kenal dengan kesuksesannya, yg di katakan akan menikahi seorang perempuan ternyata bersetubuh dengan saudara tiri calon istrinya" hahah bukankah itu berita yg bagus?"

Ivy semakin kesal, dengan pesan yg di kirimkan Angela, Ivy membanting ponselnya ke dinding dan menyebabkan ponsel tersebut retak,

"Sebenarnya apa yg kau mau Angela"- gumam Ivy.

×××

"Terimakasih karena sudah mau, menerima emergency invitation meeting dari saya, seperti yg anda sekalian dengar dan lihat dari berita yg sedang heboh mengenai saya, yg akan menikahi seorang perempuan, itu semua memang benar, dan di sini saya tidak akan memaksa, anda sekalian untuk tetap bertahan untuk bekerja sama dengan saya, tapi satu hal yg perlu kalian ingat apakah selama bekerja sama dengan saya kalian mengalami kerugian atau hal merugikan lainnya?"- Ivy menghela napas nya sejenak, karena suasana ruangan yg tadi hening tiba-tiba saja menjadi berisik karena bisik-bisik mulai memenuhi rungan.

"Akhmm, bagaiman?.."

"Ya kami akui selama bekerja sama dengan RC company, kami tidak pernah mengalami kerugian atau kegagalan dalam peroyek, malahan kami selalu mendapatkan untung yg besar, tapi..."- ucapan salah satu klien Ivy menggantung dia bingung mau berkata apa lagi, dia takut tidak sopan jika berterus terang.

"Tentang permasalahan orientasi seksual saya yg menyimpang? Kalian semua mengawatirkan itu? Apakah harus masalah pekerjaan yg bahkan tidak pernah mengalami masalah bahkan sering menguntungkan ini harus berakhir hanya karena masalah pribadi saya? Bukankah itu namanya tidak profesional, membawa masalah luar kedalam sebuah pekerjaan!"

"Iya, tapi jika masalah ini menyebabkan perusahaan kami dalam masalah bagaiman? Kami tidak ingin mengambil resiko yg membuat kami mengalami kebangkrutan"- ujar klien yg lainya.

"Baiklah begini saja, mari kita coba 1 bulan lagi, jika saham saudara sekalian mengalami penurunan karena sudah bekerja sama dengan RC company, mari akhiri kerjasama ini, dan apa bila bekerja sama dengan RC company membuat perusahaan saudara sekalian tetap stabil atupun melonjak naik itu saya serahkan kembali pada anda sekalian untuk memikirkan bagaimana kelanjutannya dengan RC company"- bisik-bisik kembali memenuhi ruang rapat.

"Baiklah kami setuju"

"Baiklah, apa ada yg ingin di tanyakan lagi, jika tidak saya akan mengakhiri rapat ini"- semua orang di sana saling pandang karena tidak ada yg berbicara lagi Ivy mengakhiri rapat panjang tersebut.

Setelahnya Ivy berdiri dari duduknya dan berjalan menginggalkan ruangan rapat menuju ruanganya, dengan wajah lesu dan lelahnya Ivy membuka pintu ruanganya dan langsung di suguhi senyuman manis dari orang yg sangat dia cintai.

Ivy mendekat ke arah orang itu yg sedang duduk di sofa, setelah Ivy mendudukkan bokongnya di sofa dia langsung menyandarkan kepalanya di pundak orang itu yg tidak lain adalah Stella..

"Maafin aku, masalah kamu jadi sebesar ini karena hubungan kita yg tiba-tiba tersebar, ya walupun orang-orang belum tau tentang aku yg menjadi pasangan kamu"- stella mengusap lembut rambut Ivy.

"Tidak,...kamu tidak harus meminta maaf, ini bukan sebuah kesalahan, syukur-syukur kalau mereka tau sekarang, jadi setalah kita menikah setidaknya mereka sudah mengetahui jika aku menjalin hubungan dengan seorang perempuan, dan beritanya tidak akan seheboh sekarang"

"Tapi........bagaimana jika mereka semua mencabut sahamnya di perusahaan kamu? Pasti kamu akan terancam kebangkrutan"

"Aku tidak perduli, karena aku punya kamu, mama, Alvin dan Miko serta sahabat² aku yg membuat aku tetap semangat melalui semua ini, walaupun dalam kesusahan kalian akan tetap bersamaku kan? atau jangan-jangan kamu mau ninggalin aku yah? Kalau aku mengalami kebangkrutan"

"Tentu saja, untuk apa aku menikah dengan orang yg tidak mempunyai apa-apa? Nanti biaya kehidupan kita bagaimana jika tidak punya uang? Memangnya kita mau makan cinta?"- ucap Stella dengan santainya sambil tetap mengelus kepala Ivy. Tapi Ivy tiba-tiba saja menarik tubuhnya dari bahu Stella dan langsung duduk dengan tegak.

"Stella....."- Ivy memndang Stella dengan muka memelas membuat Stella terkekeh.

"Tentu saja aku tidak akan berkata seperti itu kepadamu, apapun keadaanya mau kamu bangkrut ataupun ngga punya apa-apa sekali pun, kita bisa mencarinya lagi dengan cara lain, kamu mau bawa aku ke Belanda kan?, Kita bisa hidup di sana, jika kehidupan kita di sini tidak baik"

"Hahh kamu membuat aku hampir terkena serangan jantung"- Ivy kembali membaringkan kepalanya tapi kali ini di pangkuan Stella.

Stella terkekeh melihat wajah cemberut Ivy, yg sangat menggemaskan, dia kembali mengelusi rambut Ivy, setelah mencubit hidung ivy yg membuat Ivy meringis karena itu sangat sakit.

"Makan dulu yuk, aku tadi beli makanan sebelum ke sini"

"Sebentar lagi, aku masih mau tiduran"

"Sekarang!"- Stella memandang Ivy dengan tatapan tajamnya yg membuat Ivy langsung terduduk kembali.

"Iya, iya, ayo makan"

"Gitu dong, kan jadi tambah sayang kalau nurut gini hihi"- Stella mengacak rambut Ivy, seperti mengacak rambut anak kecil.

~To Be Continued~

It's Me Right? {2} EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang