IMR=9=S2

5.2K 446 19
                                    

Jangan lupa untuk menekan bintang di pojok kiri sebelum atau sesudah membaca!!!


~Enjoy for reading~


Stella POV.

Saat ini aku dan Ivy sedang menikmati hembusan angin sore di taman mansion, yg menghadap ke taman bunga yg Ivy rawat, dia bilang dia suka membantu lebah mendapatkan sari dari bunga-bunga yg dia tanam, sungguh konyol bukan, menanam bunga hanya karena alasan itu. Ivy terus mengeluh jika pinggang nya sakit, jadi aku berusaha meringankan sakit itu dengan mengelus pinggang sampai ke punggungnya.

"Aduh agrhh"- tiba-tiba saja Ivy mengaduh dan meremas pahaku dengan kencang.

"Sayang kamu kenapa"- tanyaku dengan panik.

"Sepertinya aku akan melahirkan akhh sakit"- aku terkejut dan langsung memanggil Markus untuk menyiapkan kami mobil.
Setelahnya aku meminta Markus untuk membawa Ivy ke dalam mobil,

"Akhh sakit stel"- ivy menggenggam tanganku dengan erat, ini benar-benar sakit tapi tidak untukku, aku malah di dominasi rasa panik dan khawatir.

"Markus lebih cepat!!"

"Baik nyonya"- prediksi dokter Alen ternyata salah, dia bilang Ivy akan melahirkan 1 Minggu lagi, tapi ini baru menginjak hari ke 2 dari satu Minggu itu dan Ivy sudah akan melahirkan.

×××

"Sebelumnya saya berpikir ini tidak apa-apa, tapi semakin besar kehamilan Mrs. Collins semakin besar juga dampak buruknya, mungkin ini terjadi karena anda pernah melakukan transplantasi jantung, dan kemungkinan hidup untuk anda setelah melahirkan akan sangat sedikit bisa di bilang sangat tipis, tapi soal bayi nya saya akan pastikan anak itu baik-baik saja"

Setiap kali aku mengingat perkataan dokter Alen. aku semakin takut kehilangan Ivy, aku tidak ingin dia pergi meninggalkan aku kerena anak itu, bukankah itu sangat tidak adil? Aku membiarkan dia mengandung anak itu, tapi anak itu juga penyebab kehidupan Ivy menipis. seharusnya dulu aku melarang Ivy untuk menerima mengandung anak David, aku tidak berpikir tentang masalah jantung Ivy dahulu. Dan langsung menyetujui nya karena David memberikan hidupnya untuk Ivy, tapi jika hari ini Ivy meninggalkan aku untuk selama-lamanya bukankah itu percuma, sama saja David mengambil kembali kehidupannya melalui anak itu!

Entah kenapa penyesalan itu terus saja menggangguku, aku sempat berpikir untuk meminta Ivy menggugurkan kandungannya, Tapi aku takut Ivy akan kecewa pada ku, karena sebelumnya ini atas persetujuan dariku. Terlebih lagi anak itu sudah terbentuk di dalam perut Ivy.

Lelehan air mata tiba-tiba saja mengalir di pipiku, saat melihat wajah Ivy memerah dan keringan sebesar biji jagung mulai keluar, saat dia mendorong anak itu keluar dari perutnya, aku hanya mampu menggenggam erat tanganya sambil memberikan nya semangat.

...

Aku menggenggam tangan Ivy dan menaruh nya di pipi kiri ku, sudah hampir 6 jam Ivy tidak sadarkan diri setelah melalui masa kritisnya setelah melahirkan anak itu, aku benar-benar takut Ivy meninggalkan ku walupun dokter Alen mengatakan jika kondisi Ivy sudah stabil. Tapi aku tetap takut karena ini sudah 6 jam berlalu dan dia belum bangun.

"Aku percaya kamu"- bisiku

"Terimakasih"- aku langsung membuka mataku saat mendengar suara lemah Ivy.

"Sayang...."- dia tersenyum lemah

"Hi, anak kita?"- tanya nya.

"Dia berada di ruang khusus bayi, dan yg lainya menunggu di luar karena dokter tidak mengijinkan kami semua ada di ruangan ini, tadi aku bersama kak Mike tapi dia bilang mau beli makanan dulu jadinya aku sendiri hiks-"- aku tidak mampu menyelesaikan kata-kataku dan tangisan ku.

It's Me Right? {2} EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang