IMR=10=S2

7.1K 466 72
                                    

Jangan lupa untuk menekan bintang di pojok kiri sebelum dan sesudah membaca!!!


~Enjoy for reading~


2 years later

Ivy berlari menuruni tangga kantornya yg benar-benar tinggi tersebut dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar bahwa Stella jatuh terpeleset di kamar mandi dan segera di larikan ke rumah sakit. Saat Ivy berada di lantai 15 pintu lift terbuka, Ivy langsung berlari dan meminta orang yg berada di dalam lift untuk menahan pintu agar tidak tertutup. Karyawan Ivy merasa bingung dan aneh saat melihat boss mereka terlihat panik.

Sesampainya di depan loby Markus sudah menunggunya sambil membukakan pintu mobil untuk Ivy. Dengan cepat Ivy langsung memasuki mobil dan meminta Markus untuk bergegas menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan Ivy di buat tidak tenang, dia benar-benar takut "mereka" kenapa-napa.

1 jam telah berlalu, akhiranya mereka sampai di RS. Ivy langsung turun dari mobil dia berlari ke arah lift untuk segera menemui Stella. Ivy sudah tau ruangan tempat Stella di rawat karena sebelum sampai di RS. Marisa sudah mengatakan dimana Stella di rawat.

Sesampainya di lantai VVIP. Ivy melihat marisa dan keluarganya yg lain sedang duduk, sebagian berdiri dengan gugup.

"Mommy......hisk"- seorang balita yg di pangku Marisa tiba-tiba menangis sambil mengangkat lengannya, Ivy langsung mendekat dan mengambil anak itu dari pangkuan Marisa.

"Don't cry Beby"- Ivy mengecup pipi balita itu yg terus bergumam tidak jelas, sambil terisak.

"Bagaimana keadaan Stella mam?"- tanya Ivy pada marisa sambil mengusap kepala balita yg dia pangku.

"Tadi keadaannya benar-benar keritis, sekarang dokter belum keluar lagi"- setelah mengucapkan itu pada Ivy, tiba-tiba saja pintu operasi terbuka, seorang suster datang dan memanggil nama Ivy untuk masuk ke ruang operasi.

"Sana masuk"- ucap Marisa sambil mengambil balita tadi dari pangkuan Ivy.

Saat masuk ke dalam Ivy melihat Stella, terbaring lemas, dan sesekali meringis, membuat Ivy merasakan sesak saat melihat istrinya menderita.

"Iv-y...."- gumam Stella, yg membuat Ivy langsung mendekat dan meraih tangan dingin Stella.

"Hey aku di sini"- ucap Ivy sambil mengecup tangan Stella yg berada di genggamannya.

"Sak-kit....."- Ivy hanya mengangguk dan mengusap kepala Stella, dia tidak tau harus berbica apa,

"Ahh sa-kit hiks"- Ivy semakin menggenggam tangan Stella sambil dia kecupi.

"Baiklah pembukaan nya sudah selesai, kita akan segera mulai"- kata dokter.

"Iv-y sak-it agrhhh"- Stella berbalik menggenggam tangan Ivy dengan kuat saat dokter menyuruhnya untuk mengeden.

"Kamu bisa"- bisik Ivy di samping Stella.

"Sekali lagi ayo Ms. 1 2 tarik napas......... dorong"

"Ahhh Hah hah agrhhhh sak-kit hah hah"

Ivy benar-benar khawatir dengan keadaan Stella, wajah Stella semakin pucat, genggaman tangan Stella pada tangan Ivy pun semakin kuat memperlihatkan urat-urat di tangannya. membuat kuku Stella menancap di kulit ivy,. Walaupun begitu Ivy membiarkan nya dan menahan rasa sakitnya agar Stella bisa melampiaskan rasa sakitnya pada ivy. Stella terus mengikuti instruksi dokter, dengan sekuat tenaga yg dia punya,

"Sekali lagi dorong dengan kuat"

"Ahhh hah AGRHHHHHH hah hah"- di dorongan terakhir akhirnya stella dapat menormalkan kembali nafas sambil tersenyum,. Tapi tiba-tiba saja mata Stella terpejam. Membuat orang-orang yg berada di ruangan tersebut panik terutama Ivy yg terus berteriak memanggil nama Stella. Tapi tidak kunjung mendapatkan respon.

It's Me Right? {2} EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang