Devan // 55

4.1K 214 13
                                    

Happy reading!!

Typo terdeteksi? Atau ada kata yang kurang cocok, silahkan comment.


°°°

Di dalam kamar dengan nuansa merah muda, dan di atas ranjang dengan selimut yang masih melekat di tubuhnya.

I

ya, dia adalah allisya.

Pagi ini sudah pukul enam pagi tapi ia masih berada di atas kasur. Ber-rebahan rebahan ria.

Setelah lulus allisya belum daftar ke universitas yang ia inginkan. Karna belum membuka pendaftaran.

Katanya, pendaftaran akan dibuka lusa. Allisya pun tak tahu devan akan melanjutkan kuliahnya dimana.

°°°

Berpindah tempat, kini devan sedang duduk di balkon kamarnya. Ia masih memikirkan ucapan ayahnya kemarin malam.

Sungguh, ini sangat menyulitkan bagi devan.

Flashback on.

Malam ini di keluarga Avriliano tepatnya keluarga arka. Semuanya sudah berada di ruang keluarga.

Devan heran, biasanya tempat ini akan dijadikan tempat untuk berbicara mengenai hal-hal yang amat serius.

Nanda sekarang kuliah di Bandung, ia tinggal bersama sepupunya arka disana.

Kini hany ada empat orang disana. Tentu dengan devan juga.

"ada apa sih pah?"tanya devan.

"iya, ada apa. Tumben"ujar gavin.

"kamu, devan. Kamu kan sudah lulus, papah tanya kamu mau lanjut dimana?"tanya arka.

"niatnya sih di indonesia aja sih pah. Emang kenapa?"tanya devan.

"kalau papah sudah daftarkan kamu kuliah diluar negeri bagaimana?"

Devan terkekeh, "papah kalo bercanda bisa aja!"

Arka menggeleng mendengar ucapan anaknya. Ia bersungguh-sungguh, "papah ga bercanda devan! Papah serius. Kamu sudah di terima di universitas oxroad"

Devan mengganga, "kenapa papah ga minta persetujuan devan dulu? Devan udah gede pah, bukannya aku ngelarang papah tapi,  papah pernah bilang kalau mau ngelakuin sesuatu harus izin dulu. Tapi, kenapa papah ga izin dulu?"tanya devan.

"bukan gitu maksud papah van, kamu dengerin dulu."ucap arka.

"dengar apa lagi? Semua udah jelas, papah minta aku kuliah disana iya?"

Arka menghembuskan nafasnya, "iya"

"kenapa pah? Kenapa?"

"devan papah cuma mau kamu menjadi orang yang sukses dimasa depan nanti."ucap arka.

"devan tau tujuan papah. Tapi kalo gini caranya devan ga suka, devan kayak diperbudak. Di suruh ini itu sama papah. Coba kalo papah bilang sama aku, aku pasti mau walau mesti butuh waktu."ujar devan.

Devan berdiri dari duduknya, "devan kekamar dulu"

Flashback off.

Bagaimana ini, mengapa bisa begini?

Mungkin devan harus mengikuti apa yang telah dipilih oleh orang tua nya.

Mungkin ini yang terbaik, ya. Mungkin.

Devan berdiri lalu mengambil jaketnya dan mengambil kunci motornya.

Ia akan bicara dengan allisya soal ini, semoga allisya mau mengertinya.

°°°

Kedua remaja itu kini sudah berada di salah satu cafe dengan ditemani oleh coffe latte.

"ada apa van?"

"aku mau bilang sebelumnya, kalo aku mau lanjutin kuliah di luar negeri kamu marah ga?"

"kenapa harus marah?"tanya balik allisya.

"aku tanya, kamu mau lanjutin disana?"tanya allisya lagi.

Dengan ragu devan mengganguk.

"berapa lama?"tanya allisya lirih.

"aku gatau, tapi pas aku cari tau tentang jurusan yang aku pilih. Sekitar 3 sampai 4 tahun"

Air mata allisya menetes, "maaf sya, maaf"

"kapan berangkat?"

"masih satu minggu lagi sya. Aku mohon aku minta satu minggu ini aku sama kamu terus"

Allisya menghapus air matanya, "oke, selama satu minggu kita habisin waktu kemana aja"

"kamu ga marah?"

Allisya menggeleng, "toh, kalo aku marah ga akan bisa bikin kamu kuliah di sini bareng aku"

"aku janji, aku bakal balik. Dan bakal jadiin kamu teman hidup aku"

Allisya tersenyum mendengar penuturan devan. Lalu ia berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri devan dan memeluknya. Devan yang mendapatkan pelukan itu pun tersenyum dan membalas pelukan allisya.

"aku dukung kamu. Aku tau kamu pasti bakal pulang"

Devan mencium lembut bibir allisya. Allisya yang terbuai langsung membalas nya hingga lima menit kemudian keduanya kehabisan nafas dan menyelesaikan ciuman itu.

Bukan ciuman penuh nafsu, tapi ciuman penuh kasih sayang.

"sayang kamu"ucap devan.

"dengernya agak geli sih. Tapi aku sayang kamu juga"

Devan bersyukur saat allisya mengijinkannya. Namun apakah bisa ia menjalankan hubungan jarak jauh atau LDR.

Setelah mengantarkan allisya pulang kerumah devan langsung masuk ke dalam rumahnya.

Lalu ia duduk di hadapan arka, "devan setuju"

Setelah mengucapkan itu devan langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa menunggu jawaban sang ayah.

Arka hanya bisa tersenyum, anaknya pasti akan mau menurutinya.

Harapan arka, semoga devan bisa menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

To be continued

Ini sedikit ya??

Niatnya sih chapter ke 55 itu endingnya. Tapi kayaknya gajadi deh. Ngegantung gini:)

Jadi yang ngerasa di PHP-in maaf ya hehe.

DEVAN [end✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang