40. Ledakan ketakutan.
antariksa melangkahkan kakinya cepat memasuki sebuah rumah sakit yang ramai. Berlari di tengah-tengah koridor, menaiki anak tangga secepat mungkin meski lift masih berperan aktif. Tapi antariksa tak bisa menunggu. Larinya melambat saat melihat seorang wanita yang dikenalinya duduk di salah satu kursi tunggu dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Seluruh tubuhnya basah, rambutnya melembap. Tubuhnya diselimuti handuk dan pandangannya kosong. Antariksa menghela nafas lalu mendekat, duduk bersimpuh didepan wanita itu. Membuat sang wanita terkejut namun kembali tenang begitu tau siapa yang tiba-tiba hadir dihadapannya, membenarkan letak handuknya dan beberapa anak rambut yang diwajahnya.
"Senja?" Panggil antariksa pelan.
wanita itu, senja, menangis begitu antariksa memanggilnya. Antariksa dengan cepat meraih tangannya, berusaha menenangkan gadis yang tengah ia coba untuk belajar mencintainya. "a-aku lagi dalam perjalanan menuju tempat janjian kita, dan ketika aku melewati jembatan aku liat langit disana. Melompat dan membiarkan dirinya tenggelam di danau tenang. A-aku... a-aku... coba secepat mungkin buat menyelamatkannya. Aku coba secepat mungkin untuk mengeluarkannya dari danau... "
Antariksa langsung memeluk senja erat saat gadis itu perlahan mulai terisak. Memberikan ketenangan sekaligus tepukan pelan di punggungnya. "you did well."
"Hhh-he is okay now. He is gonna be okay now. Dia hanya belum mau ketemu siapa-siapa dulu." Ucap senja lagi pada akhirnya. Memberikan sedikit kelegaan dalam diri antariksa. setidaknya, langit mereka baik-baik saja, dan ia ada ditempat aman untuk mencoba tenang sekarang.
Pelukan antariksa terlepas saat mendengar suara langkah lari yang begitu ribut dari arah pintu utama koridor tempat ruangan langit dirawat. Antariksa bangun dari jongkok nya saat melihat ternyata yang berlari dengan langkah kelabakan adalah orbit. Tampilannya kacau, ia bahkan berlari tanpa alas kaki. Jari-jarinya banyak yang terluka akibat terlalu keras menggesek aspal, rambut anak itu tampak seperti tersengat listrik, nafas anak itu juga tak beraturan.
Belum lagi wajahnya yang merah, disertai matanya yang terlihat berbinar karna genangan airmatanya yang tak bisa ia tahan. "b-bang? l-langit dimana?" Tanya orbit dengan nafas putus-putus. Antariksa menyentuh pundak orbit menahan bahu orbit yang terus berusaha maju,
"obatin dulu kaki lo, baru nanti ketemu langit. Ayo.. obat--" // "APA KONDISI KAKI GUE PENTING SEKARANG??!" bentak orbit cepat yang mampu menyentak antariksa bahkan senja yang terduduk tak jauh dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumah
Teen Fictionterlalu sibuk berkelana, singgah dari rumah ke rumah, anak-anak terkadang suka lupa. ada 'pulang' yang selalu menanti mereka dengan tangan terbuka. 26 Oktober 2019- 29 Oktober 2020 {dunia tongkrongan new version} ©2020 || dunia.series || vol.1