30. terlalu kecil untuk bisa paham

491 119 41
                                    

30. terlalu kecil untuk bisa paham.

setelah gus nangis, dia sekarang lemes banget. Sampai ga kuat jalan, dan anak-anak gotong ke dalam mobil. Untung anak-anak ada bawa mobil kesini, kalau ga, ga tau deh mau gimana. 

Ga, gus ga pingsan, cuma lemes aja. Siapa sih yang ga terkuras tenaganya setelah menangis kencang? semua pasti kehilangan tenaga, termasuk gus juga. Melihat gus yang lemes gitu, anak-anak mutusin buat langsung pulang, tapi gus ga mau, dia ga mau ke kontrakan dulu. Dia mau pergi ke tempat lain, takut merasa pengap dan dia kepancing nangis lagi. Dia mau pergi ke suatu tempat dimana suasananya baru buat dia. Tempat dimana dia bisa duduk tapi udah cukup buat ngecharge energi dia. "Ke panti asuhan anak-anak aja gimana? mau ga? Kamu kan selalu suka main sama anak kecil. Liat mereka main dan ketawa-ketawa aja kamu udah merasa lebih baik lagi." Ucap rigel, gus mengangguk.

"tapi jauh banget, kuat ga kamu? ga mau kerumah sakit aja? Dibawa tidur aja ya? Tar kalau udah sampai, aku bangunin." Ucap arigella, gus menggeleng.

"aku masih kuat, tapi aku gabisa bawa tidur. Gapapa jauh juga. Yang penting sampai disana." Ucap gus.

Arigella meragu, lalu menatap angkasa, awan, orbit, bumi, antariksa dan hujan yang memang jadi tim mobil, "kalian ada tau panti yang banyak anak-anaknya ga? Aku ada, cuma jauh banget. Dan ini udah sore, takut macet nanti." Ucap rigel.

"Ada kok! Awan punya tempat yang bag--" // "bit!" Potong awan cepat membuat orbit memicing menatap awan aneh. "Kenapa? Kan emang bener lo punya rekomendasi tempat yang bagus? waktu itu lo ajak gua ke sana. Dipanti sana ada seorang nenek dan anak perempuan seumuran gua namanya alula, mereka yang jaga. Disana banyak anak-anak, pasti seru." Ucap orbit cepat membuat awan yang duduk disebelahnya tak bisa berkutik.

Angkasa tidak mau berdebat lebih jauh lagi saat melihat awan yang masih terlihat ragu-ragu. Angkasa menyerahkan handphonenya, "tulis alamatnya kesini. Gua ga tau lo kenapa, tapi... gua harap lo mau bantu temen lo." Ucap angkasa.

Awan menatap gus yang terlihat lemas dikursi paling belakang. Mau tak mau awan menuliskan alamat rumah panti itu dengan cepat. Lalu memberikan handphone itu kembali pada angkasa. "Wah, deket doang nih. Alamatnya udah gua kirim ke anak-anak lain yang naik motor. Mereka ngikutin dari belakang." Ucap angkasa, lalu menyalakan mesin mobilnya.

Menatap awan sebentar dari kaca depan, anak itu masih terdiam sebentar meski sambil sesekali menuliskan sesuatu pada ponselnya, "gua udah hubungin nenek panti nya, mereka lagi beres-beres. Nyiapin makanan buat kalian juga." Ucap awan.

[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang