76. Choose Your Roles

222 65 12
                                    


chapter 76. Choose Your Roles

Angkasa mengedarkan pandangannya keseisi ruang produksi mesin mobil dihadapannya. Memperhatikan satu persatu para pekerja yang tengah mengerjakan masing-masing tugasnya dari jendela besar yang ada diruangan-nya. Hingga suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya.

Bibir Angkasa membentuk sebuah senyuman, begitu melihat ayah dari malam bertamu ke ruangannya. "selamat sore, tuan hadinata." ucap Angkasa seraya membungkukan sedikit tubuhnya sebagai tanda hormat.

pria tua itu diam saja, lantas mendekatkan dirinya hingga kini jaraknya dengan Angkasa hanya beberapa centi saja, "saya tidak tau apa yang spesial dari mantan penyiar radio yang membicarakan soal otomotif, tapi apapun itu, saya akan mengawasimu." Ucap tuan hadinata angkuh, yang dibalas dengan senyuman kecil dari bibir Angkasa.

"saya hanya penyiar radio yang sedang butuh uang untuk menyelamatkan gedung siaran radio saya. Tidak ada yang istimewa, tuan. Saya juga tidak bisa membalas jasa anda, paling saya hanya mampu memberitakan kesuksesan Anda nanti di siaran radio saya. Tidak sebanding dengan bantuan uang yang anda berikan." Ucap Angkasa tenang.

Tuan hadinata menyeringai, "menarik. Semakin menarik jika saya memberi perintah secara khusus untukmu. Awasi pegawai bernama mentari ananta revi, proses pengalihan nama sedang berlangsung, saya tidak ingin ada keributan yang bisa menunda proses itu. Dan... Itu juga akan bagus..."

"Karna jika kalian ketahuan melenceng dari tugas, saya tidak perlu repot menangkap dan menyingkirkan kalian satu-satu." Ucap tuan hadinata lagi, lalu pergi keluar ruangan, meninggalkan Angkasa yang tak gentar.

Angkasa kembali berbalik menatap jendela besar diruangannya, matanya kembali mengedar keseisi ruang produksi yang berada dibawah sana. Hingga matanya berhenti pada satu orang pekerja yang dikenalinya. Sasarannya.

Maka selanjutnya, Angkasa melangkahkan kakinya menuju ruangan produksi itu. Menghampiri seorang gadis yang tampak sangat ogah-ogahan menatap mesin-mesin ke dalam kardus. Pakaiannya sudah berantakan, tag nama yang bertuliskan mentari A.R itu sudah miring. "dari cara bekerja lo semua orang bisa melihat kalau lo gak benar benar punya niatan bekerja." Ucap Angkasa,

Membuat mentari tersentak, lantas berbalik. Kedua matanya menatap terkejut ke arah Angkasa, karna... ya, jelas mentari kenal siapa angkasa? Semua yang dekat dengan malam, mentari mengenalinya termasuk Angkasa. Tapi, kenapa Angkasa ada disini? Dengan tag nama dan jabatan yang tertulis di sana juga, maksudnya... Apa?

"Kayaknya lo udah bisa nangkep situasinya. ruang gerak kita terbatas, dan kita harus cepat. Gue ngomong sama lo bukan mau minta lo untuk maafin malam sama keluarganya.. Tapi..." Ucap Angkasa menggantung, lalu mendekat kearah mentari hingga jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti saja. Angkasa merunduk, "untuk ngewujudin apapun yang lo pengen buat perusahaan ini." Ucap Angkasa pelan, mengucapkannya tepat didepan telinga mentari.

"Pilih peran lo dengan cepat. Ga ada waktu untuk ngerti semuanya. Gue mau lo bikin kacau proses dan hasil produksi. Jangan lupa ciptain agenda provokasi. Gue tunggu." Ucap Angkasa cepat, namun masih bisa ditangkap dengan cermat oleh mentari.

Angkasa menjauhkan wajahnya, lalu menatap mentari tajam, "KERJAKAN DENGAN BENAR, JANGAN LEMAH, Disini, tak peduli anda perempuan atau laki-laki, bekerjalah dengan benar kalau tidak mau dipecat tanpa uang pegangan." Ucap Angkasa, berteriak hingga menarik perhatian seluruh pegawai produksi, dengan pandangan mata mengarah keatas secara sekelebat.

Mentari menangkap sinyal itu, kedua tangannya mengepal. Ia kembali bekerja, lalu pandangannya bertemu pada dua orang yang memperhatikannya dari atas sana. Dimana salah satunya begitu mentari benci diselama hidupnya.
















[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang