23. last mission for the star and first mission for the cloud.

562 123 59
                                    

23. last mission for the star and first mission for the cloud.

Disinilah bintang sekarang, di sebuah restoran makanan cepat saji yang tak terlalu ramai disore hari. Menunggu dengan gugup dan badan yang sedikit gemetar. Sesekali matanya menatap kearah pintu masuk restoran, ia menunggu munculnya seseorang yang tak pernah terpikiran akan ia temui lagi sebelumnya.

Bintang menegakan tubuhnya begitu melihat sosok pria jangkung dengan rambut gondrong memasuki restoran. Pria itu mengenakan masker namun masih bisa menarik atensi beberapa pengunjung restoran yang melihatnya. Bintang tersenyum tatkala seorang pengunjung restoran mulai foto bersama dengan pria itu. Orang itu tumbuh dengan baik.

"gila. Padahal udah di pelosok banget, tapi masih ada aja. Mana ga siap banget lagi gua diajak foto." Ucap pria itu begitu duduk dihadapan bintang. Membuka maskernya seraya menunjuk baju kaos oblong dan celana pendek selututnya.

bintang terkekeh hingga matanya melengkung tinggal segaris. Sedikit tersentak saat mendengar suara pria dihadapannya yang tak berubah sama sekali. "wajar lah, kan udah jadi musisi sukses sekarang, bas." Ucap bintang dengan suara pelan.

perlahan, jantungnya yang tadinya berdegup kencang berubah menjadi tenang saat melihat senyum baskara yang mengembang, "gabakal ada artinya, tang, kalau gua ga menyadari kesalahan gua." Ucap pria itu, baskara.

baskara hadiputera. teman semasa SMA, sahabat satu siklus, guru, serta luka pertama seorang bintang rajo sandi.

"gua serius soal permintaan maaf gua, tang. Gua ga akan memberikan pembelaan apapun, ego gua tinggi, gua lupa sama hal jahat yang udah gua lakukan lo. Ngebuang lo kayak sampah, ngata-ngatain lo, ngecap lo bakalan gagal berasa Tuhan. Musuhin lo seolah-olah ini semua salah lo, ngebuang lo seakan kita ga pernah jalanin hari-hari baik untuk meraih tujuan yang sama. Maafin gua, tang." Ucap baskara, menatap bintang lekat-lekat.

Bintang tersenyum, membiarkan teman semasa SMA-nya itu bicara. "Maafin gua yang gabisa jadi tameng buat lo ketika lo diolok olok satu sekolah. Maaf." Ucap baskara lagi.

Bintang mengangguk, senyumnya semakin mengembang, "jujur, saat lo ngomong begitu, gua seakan dibuat mati seketika. Perkataan lo saat itu seolah memverifikasi-memvalidasi ketakutan ketakutan serta ekspektasi gua sendiri. Kalau nyatanya, gua memang gabisa ada disana, gabisa kayak nyokap gua sendiri  yang luar biasa hebat. Ditambah olokan anak-anak yang membuat gua makin terpojok dan seolah memaksa gua untuk melepas apa yang udah menjadi tujuan gua." Cerita bintang.

[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang