54. we are just a kid

462 100 39
                                    

54. We Are Just A Kid

Suasana meja makan itu begitu tenang, hanya ada suara dentingan yang tercipta dari sendok yang digunakan dengan piring yang ada dihadapan mereka masing-masing. Antariksa hanya menunduk, fokus memakan makanannya dengan tenang tanpa berani menatap kearah depan, lebih tepatnya kearah kedua orang tuanya. Tidak juga mau menoleh kearah samping dimana disana ada kakaknya, airin, yang juga makan dengan tenang.

"saya dengar skripsimu tidak berjalan baik? apa saja yang kamu lakukan selama ini? Apa kamu terlalu banyak bermain di kontrakanmu?"

Pertanyaan itu membuat gerakan Antariksa yang hendak mengambil gelas miliknya terhenti. Helaan nafas keluar dari bibirnya, lantas ia menyandarkan punggungnya pada kepala kursi, lalu menatap malas kearah sang ayah. Ia menundukan kepalanya sebentar, "maaf. Saya akan bekerja lebih keras lagi." Ucap Antariksa seadanya. Kalimat tameng yang sudah biasa ia gunakan, karna tidak mau memancing keributan terlalu jauh.

"Apa ini hadiah untuk kepulangan kakakmu? Tidak bisakah kamu berhasil sekali saja? tidak bisakah kamu seperti kakakmu? Coba lihat kakakmu, lihat bagaimana hebatnya kakakmu? bukankah kamu satu rumah dengan virgo? Entah apa yang bisa dia contoh darimu yang seperti ini, haruskah ku bilang pada ibunya untuk memisahkanmu dengannya?"

Antariksa menggebrak meja, "ini semua tidak ada kaitannya dengan mereka. Jika kamu mau menyalahkan seseorang untuk disalahkan, maka cukup salahkan aku saja. Tidak usah bawa orang lain, jangan mengotak atik hidup orang lain." Ucap Antariksa, menahan nada suaranya sebisa mungkin.

Sang ayah terkekeh remeh, "lihatlah, kami memberimu kebebasan seperti itu, ini yang kami dapat? Kita lihat akan menjadi dokter seperti apa kamu nanti. Kamu tidak akan bisa benar-benar menjadi dokter jika seperti ini." Ucap sang ayah membuat Antariksa mengepalkan kedua tangannya hingga memerah.

"dia akan jadi dokter sepertiku." Ucap airin cepat membuat Antariksa menoleh dan menatap sang kakak marah. Airin menatap Antariksa dengan senyum tenang, lantas mengusap lembut tangan Antariksa yang terkepal, "dia bahkan akan menjadi lebih hebat dari aku." Ucapnya.

Antariksa mendecih, "apa yang mau coba kakak lakukan? Apa dengan kakak seperti ini, aku akan luluh?"

Airin tidak menjawab, ia hanya tersenyum kecil lantas kemudian ia menatap kearah sang ayah dan sang ibu bergantian, "untuk itu, berhenti memperlakukannya seperti kalian memperlakukanku. Atau membandingkannya dengan aku. Karna nyatanya, dia tidak akan bisa menjadi aku, karna dia adalah adik kecilku. Selamanya akan menjadi adik kecilku, yang hebat dengan kemampuannya sendiri. Sekuat namanya, Antariksa. dia akan menjadi seorang dokter sekuat Antariksa. Bukan seperti dokter airin." Ucap airin dengan tenang.

lalu airin tampak menunduk untuk menghela nafas sebentar, lalu ia menjauhkan piring dan sendok makannya sebentar kemudian kembali menatap sang ibu dan sang ayah bergantian. " lagipula, kepulanganku ke rumah karna aku ingin mengumumkan sesuatu." Ucap airin.

Antariksa menatap kearah kakaknya dengan tatapan waspada, menanti-nanti apa yang akan sang kakak katakan selanjutnya, "aku akan berhenti menjadi dokter mulai besok." Ucap sang kakak cepat. Membuat kepalan tangan Antariksa perlahan melonggar. Tatapan Antariksa gelisah, memandangi seluruh wajah sang kakak dari samping.

"AIRIN PRAMUSETYA! BERANINYA KAMU--!" // " Saya tidak akan menahan diri saya lagi! Dan kalian berdua tahu alasan kenapa saya sampai sejauh ini. Hampir setiap hari saya menderita mengingat hal mengerikan yang kalian minta untuk saya lakukan. Dan saya tidak bisa terus berpura-pura membantu seseorang ketika dulunya saya---saya, saya---pernah..." Ucap sang kakak dengan teriakan lantang, menggebrak meja memotong perkataan sang ayah.

[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang