Chapter 71. I'm sorry, I really sorry
semesta hanya mampu termenung, mulutnya terkatup rapat. terlalu rapat, seolah terjahit dengan benang yang tak terlihat. Seolah-olah ketika semesta membukanya barang sedikit saja, sesuatu akan melukainya lagi.
melukai tak hanya fisiknya, namun seluruhnya. Batin, benak seorang anak kecil yang rapuh dan ringkih sepertinya. Ia tak menyentuh roti yang ada dikedua tangannya. Setiap kali ia coba memasukan roti itu ke dalam mulutnya, yang terbayang adalah hal lain. hal yang menjijikan.
hal yang kotor.
seperti dirinya.
ia meratapi roti yang dipegangnya sekali lagi, berusaha memastikan penglihatannya. Kalau kalau, ini benarlah roti, bukan hal yang mengerikan yang ia dapati semalam. Ada pahit yang harus semesta telan setiap kali semesta mencoba makan. Seolah tak dibiarkan dirinya merasakan kenikmatan dari rasa kenyang yang seharusnya ia dapatkan setelah makan.
Tidak.
semesta tak pernah bisa benar-benar tenang, tak pernah benar benar bisa mencecap rasa damai. Bahkan ketika dirinya hanya memakan sepotong roti sisa yang katanya adalah hadiah dari hasil mencari uang semesta tidak bisa merasa tenang, apalagi kenyang.
Tidak. Semesta tidak bisa makan. Setiap kali ia mencoba, ia akan memuntahkannya lagi, lagi, bahkan mengeluarkan seluruh isi perutnya. Semesta menyentuh bibirnya yang terkatup rapat. Perlahan memasukan dua jarinya ke dalam mulutnya, terus masuk hingga menuju tenggorokan, mencipta gejolak tidak enak dari perutnya, hingga pada akhirnya semesta memuntahkannya.
muntah lagi,
tak peduli seberapa banyak semesta muntah hari ini.... semesta tidak akan benar-benar merasa bersih.
'semesta!'
semesta tersentak, sepotong roti yang dipegangnya jatuh ke tanah. Matanya menatap kearah seseorang yang memanggilnya.
Ada Sagi.
semesta lantas bangun dari duduknya, pikirannya langsung penuh dengan kejadian mengerikan yang ia dapatkan semalam. Semesta kembali ingin muntah, dan tanpa bisa ia cegah, semesta kembali memuntahkan isi perutnya dihadapan Sagi yang berdiri diseberang jalan, yang tengah menunggu untuk bisa menyebrangi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumah
Fiksi Remajaterlalu sibuk berkelana, singgah dari rumah ke rumah, anak-anak terkadang suka lupa. ada 'pulang' yang selalu menanti mereka dengan tangan terbuka. 26 Oktober 2019- 29 Oktober 2020 {dunia tongkrongan new version} ©2020 || dunia.series || vol.1