60. Bertaruh, berlabuh.
Semesta tahu.
hampir, ah tidak, bukan. Semesta tahu perihal anak-anak yang menyimpan nomor teleponnya, menjadikan nomor itu sebagai panggilan utama atau panggilan darurat nomor satu di telepon genggam mereka masing-masing. Membuat semesta menjadi yang pertama dihubungi, sebagai wali mereka ketika keadaan darurat sewaktu waktu bisa terjadi.
semesta akan menjadi seseorang yang pertama tahu, dan seharusnya semesta sudah terbiasa. Sudah tidak kaget lagi jika dia tiba-tiba dihubungi dan diminta menjadi wali untuk teman teman satu atapnya.
Tapi kali ini tidak.
semesta kaget setengah mati ketika sehabis maghrib ia mendapati nomor telepon yang tidak dikenali menghubunginya, dan mengatakan kalau mereka dari kantor polisi. Semesta gemetaran setengah mati, dirinya yang tengah sibuk melakukan prosesi syuting film untuk tugas akhirnya hampir saja terjungkal dan menjatuhkan kamera yang dipegangnya. Beruntung, ada sagi dan ben yang dengan sigap memegangi punggung semesta.
semesta terlihat kalang kabut. Matanya bergerak gusar. Pragi juga ada disana, menatap bingung kearah abang tertuanya itu. Sampai ketika bibir gemetar semesta berbicara dan menjelaskan, hati pragi turut berdebar. Dan semesta yang hendak pergi ke kantor polisi dengan mengendarai motornya pun dilarang oleh sagi. Tak sagi biarkan semesta kesana dalam keadaan gemetar, alhasil, sagi mengantarkan semesta kesana dan menitipkan komunitas pada ben dan pragi.
pragi ingin sekali merengek minta ikut juga, tapi ia menahan dirinya. Ia bisa saja membuat semesta tambah pusing.
Dan akhirnya, semesta pergi ditemani oleh sagi. Selama perjalan, semesta tak bisa berhenti gusar, tangannya saling menggenggam, kuku ibu jarinya tanpa sadar menggesek kulit salah satu telapaknya. Sagi melihat itu, kebiasaan yang selalu semesta tanpa sadar lakukan ketika sedang gusar. Dengan mata yang masih fokus pada jalanan didepan, sagi membuka laci mobil, mengambil sebuah kertas, dan memberikannya pada semesta. "Remat kertas aja, jangan lukain diri sendiri." Ucap sagi ketika sadar semesta hanya diam memandanginya.
Semesta meraih kertas itu pada akhirnya, merematnya kuat, meski terasa sakit karna telapak tangannya sudah sedikit terluka akibat ulahnya sendiri. Rematannya begitu kuat, hingga kertas itu perlahan rusak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumah
Teen Fictionterlalu sibuk berkelana, singgah dari rumah ke rumah, anak-anak terkadang suka lupa. ada 'pulang' yang selalu menanti mereka dengan tangan terbuka. 26 Oktober 2019- 29 Oktober 2020 {dunia tongkrongan new version} ©2020 || dunia.series || vol.1