Chapter 74. Something we missed
Langit hanya berdiri didepan sebuah jendela yang gordennya sedikit tersingkap. Dimana darisana, ia sedikit bisa melihat semesta yang tampak tertidur pulas dengan sagi yang menemani disebelahnya. Pandangan langit jatuh pada genggaman tangan sagi, yang menggenggam erat semesta. Seolah takut semesta akan kembali menangis histeris kalau kalau genggaman tangan itu dilepasnya.
langit menghela nafas dan hal itu menarik perhatian antariksa yang duduk tak jauh dekat langit berdiri. "he sleep like a baby." Ucap antariksa, membuat langit tersentak dari lamunannya.
Langit menggaruk tengkuknya kikuk, "ya, bang semesta kalau tidur emang kayak bayi." Ucapnya. Lalu kembali memandang kearah semesta dari balik jendela.
antariksa tersenyum melihat langit yang tampak kikuk dan lucu. Lucu bagaimana binar matanya menampakan sedih sementara tingkahnya seperti canggung. Seperti membatasi dirinya untuk memberi respon yang lebih jauh. "ada yg mau diceritain? atau mau ngeluarin isi pikiran? Cerita aja." Kata antariksa, membuat langit menoleh sebentar lalu kembali menatap kearah semesta.
"abang tau, kan, diseumur hidupku... Langit tidak pernah punya yang namanya kesempatan dicintai sebegitunya oleh sosok seorang ayah. Dan saat langit pertama kali bertemu dengan bang semesta, untuk pertama kalinya... langit merasa seperti dapat kesempatan itu." Ucap langit, kini menunduk, memandang kedua sepatunya. Kedua tangannya saling bertautan, ibu jarinya menggesek kulit punggung tangannya. Gelisah.
"sampai sekarang, langit masih terperangah sendiri kalau mengingat bagaimana cara keluarga ini terbentuk? hanya karna terikat sebagai kakak instruktur dan mahasiswa baru, kegiatan ospek yang melelahkan dan namun menyenangkan, kita semua bisa berkumpul jadi satu dan tinggal diatap rumah yang baru. Saling berdiri menutup luka, sampai akhirnya sama sama belajar untuk menerima luka sendiri. Saling kasih bahu, meskipun pada awalnya kita selalu merasa bisa sendiri. Pada akhirnya, kita mencoba saling kasih paham sama diri sendiri, kalau... ga salah untuk menerima bantuan orang lain. Kalo ga salah buat minta tolong." Cerita langit lagi.
Senyum antariksa mengembang. Benar, rasanya membuat haru, tapi juga lucu. Meski antariksa, angkasa, gus dan semesta tak pernah benar benar bercerita pada anak-anak kelompoknya, antariksa rasa, anak-anak bisa lihat bagaimana mereka berempat begitu canggung dan kerepotan saat menjadi seorang instruktur? Hingga terciptalah inisiasi untuk menggabungkan kelompok, yang luar biasanya... ikatannya masih bertahan sampai dengan sekarang.
antariksa juga kadang bertanya-tanya, dari sekian banyak teman semesta yang bisa diajak untuk tinggal bersama? kenapa semesta mengajak adik-adik yang berada dibawah komandonya? terlepas dari hasutan diskusi terkait lingkup organisasi, antariksa yakin... Semesta punya alasan lain hingga akhirnya memilih mereka-mereka ini.
"langit mau bang semesta cepet sembuh. Langit belum sempat bilang seberapa bersyukurnya langit ketemu sama bang semesta. Langit mau berterima kasih karna... udah ngasih langit kesempatan untuk ngerasain rasanya disayang ayah. Bang semesta... itu.... luarbiasa, baik." Ucap langit lagi,
antariksa mengangguk, setuju.
"ini pertama kalinya langit lihat, ada orang yang mau mengorbankan waktunya sebegitu banyak untuk orang... yang belum dekat banget sama dia. Dari hal sederhana kayak... gimana bang semesta selalu bangun pagi buat bangunin anak-anak kontrakan. Bahkan sampai rela ngeprint satu persatu jadwal kuliah anak-anak, terus ditempel dilemarinya supaya bang semesta tau siapa yg kedapetan jadwal pagi. Kadang bahkan bang semesta suka kasih uang sakunya buat anak-anak. Jajanin, benar benar kayak.... ayah." Ucap langit lagi, kini matanya berkaca-kaca.
![](https://img.wattpad.com/cover/225384114-288-k693072.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumah
Teen Fictionterlalu sibuk berkelana, singgah dari rumah ke rumah, anak-anak terkadang suka lupa. ada 'pulang' yang selalu menanti mereka dengan tangan terbuka. 26 Oktober 2019- 29 Oktober 2020 {dunia tongkrongan new version} ©2020 || dunia.series || vol.1