82. Badai itu kini hanya rintik.

190 61 5
                                    

Chapter 82. Badai itu kini hanya rintik.


Hujan berdiri jauh dari gerombolan, menengadah menatap punggung teman-teman satu atapnya yang berdiri diatas puncak, menghadap sebuah liang yang masih digali. Hujan tak berani mendekat, baginya, proses pemakaman adalah suatu hal yang paling mustahil bisa ia pandangi. Karna setiap kali ia coba ada disana, ia akan teringat kepada papa dan mama nya yang sudah pergi.

Sebuah tepukan terasa dibahu kanannya, adalah gus yang baru datang dengan setelan serba hitam lengkap miliknya, berdiri menghampiri hujan yang berdiri jauh sendirian. "Anak anak ga tau, ya, lo udah dateng kesini?" Tanya gus, hujan mengangguk kaku.

Gus tersenyum tipis, "pantes, soalnya kalo mereka tau lo sendirian disini, mereka ga bakal ngebiarin itu terjadi." Ucap gus. "Kenapa ga kesana?" Tanya gus lagi.

Hujan menunduk dalam, menatap kearah tanah Merah yang sedikit basah karna hujan yang ia pijak, "takut keinget mama sama papa. Waktu mereka berdua dimakamkan, gue ga ada disana, padahal yang bukan keluarga aja dateng. Gue yg anaknya malah Gak jenguk mereka. Gue takut ke bayang aja rasa sedihnya mama sama papa yang ga gue temenin menuju peristirahatan terakhirnya, mereka pasti sedih banget gue biarin sendirian." Ucap hujan, semakin menunduk dalam.

"Tapi lo selalu ga pernah putus buat ngirim doa ke mereka, kan?" Tanya gus, hujan mengangguk. "So that's okay." Ucap gus, "lo selalu berdoa, dan gue selalu percaya, kalau doa anak anak baik tuh selalu bisa menyelamatkan orangtuanya. Dengan lo yang ga berenti berdoa, orangtua lo pasti bakal seneng banget dan baik baik aja disana." Ucap gus,

"Banyak orang yang ga pernah atau ga akan pernah bisa siap untuk ketemu sama yang namanya kematian, sekalipun kematian adalah perpisahan yang paling pasti dialami oleh manusia. Makanya banyak orang yang ga sanggup menghadiri pemakaman. Dan ga ada yang menyalahi itu juga. Tapi, ketika lo hadir disana, lo akan selalu merasa dekat sama kematian, dan selalu bakal ingat sama dinginnya tanah yg bakal jadi rumah terakhir buat kita manusia. Sehingga rapalan doa tuh selalu ada mengelilingi orang orang disana untuk menghangatkan siapa saja yang tengah merasa berduka. orang orang yang ditinggalkan, orang orang yang pernah ditinggalkan, orang orang yang sudah meninggalkan kita duluan, doa doa itu untuk mereka semua. Dan ga jarang, doa doa itu jadi obat untuk luka mendalam akibat duka, seperti duka yang pernah lo alamin misalnya." Ucap gus,

"saat lo liat jenazah yang disemayamkan, ga papa kalo semisal lo keingat sama sedihnya orang tua lo yang ga lo temenin pas pulang. Karna semakin lo sering inget, semakin ga berenti berentinya doa lo panjatkan." Ucap gus,  

[✔]1.tongkrongan dunia : rumah ke rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang