Part - 11

4.7K 326 2
                                    


.

.

.

“Jangan awali harimu dengan penyesalan di hari kemarin, karna akan menghambat indahnya hari ini dan hebatnya hari esok.”

.

.

.

*Caren POV*

Ada perasaan bersalah yang menyelimuti diriku, seolah tak rela melihatnya tersakiti karnaku. Aku merasa seperti orang bodoh sekarang, bukankah ia yang tadi membuatku merasa tersakiti. Aku tak pernah merasa seperti ini dengan mantan-mantanku sebelumnya.

Sakit sekali ketika melihatnya meneteskan air matanya ketika aku sedang melakukan itu dengan seorang pria berhidung belang.

Aku hanya terdiam di depan pintu, dan memandang nanar pintu itu. Kuberanikan diri untuk mengetuk pintu kamarnya.

.

Tok!... Tok!... Tok!...

.

Tidak ada jawaban, kusandarkan diriku di pintu itu. Dan samar-samar kudengar suara tangisan di dalam sana.

'Sial! Aku telah membuat kesalahan!' Umpatku pada diri sendiri.

“Diva, apa kau bisa mendengarku?” Tanyaku memberanikan diri membuka obrolan.

Aku tahu dia ada di dalam sana, dan tak jauh dari pintu karna dapat kudengar samar-samar suara sesenggukan di baliknya.

“Aku minta maaf, aku tak bermaksud melakukan ini. Aku tahu aku telah membuat kesalahan, maafkan aku.” Ucapku penuh penyesalan.

Masih tidak ada jawaban, lelah karna berdiri akupun duduk bersandar membelakangi pintu.
Aku tahu dia mengunci pintu kamarnya, saat ini yang kubisa hanyalah merayunya agar ia mau membukakan pintu kamar itu.

“Hei, dengar, aku tidak melakukan hal itu ketika kemarin pergi seharian. Dan aku janji ini adalah yang terakhir kalinya, kumohon maafkan aku dan bukakan pintu untukku.” Ucapku masih membelakangi pintu.

“Setidaknya keluar dan bicaralah denganku.” Lanjutku.

Tak lama setelah itu kudengar suara.

.

'Cklik.'

.

Ia membuka kuncinya, akupun segera berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap pintu itu.

.

'Kriet.'

.

Kali ini pintu itu terbuka, dan ia berdiri diam di sana.

“Aku sungguh menye-” Belum kuselesaikan ucapanku dan ia memotongnya.

“Pergilah! Kau tidak perlu menyesal ataupun meminta maaf padaku.” Ucapnya datar dengan mata sembab.

“Lagi pula kau bukan siapa-siapa bagiku, kita tidak memiliki hubungan apapun, jadi kamu tidak perlu merasa bersalah padaku.” Lanjutnya.

Perkataannya cukup menohok untukku, karna mengingat sedari awal hanya aku yang seenakku sendiri mengklaim dia milikku. Tidak ada kata-kata cinta diantara kita, hanya aku yang berbuat semauku sendiri padanya.

'Bodohnya aku! Baru sekarang menyadarinya.' Runtukku pada diri sendiri.

“Apa ini sudah cukup jelas? Sekarang tinggalkan aku sendiri!” Ucapnya lagi.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang