Part - 25

3K 231 2
                                    


.

.

.

“Let's wake up,
don't give up.”

.

.

.

*Caren POV*

Hari itu, Morgana memintaku untuk menemaninya mendampingi murid-muridnya yang sibuk mempersiapkan acara. Ia bilang murid-muridnya itu sampai harus menginap di sekolah, sebenarnya ia sendiri enggan untuk mengikuti kegiatan merepotkan seperti itu. Jika bukan karna Valeria, ia tidak mau repot-repot mengawasi adiknya itu.

Ya, gadis itu.

Karna tunanganku itu tahu kalau aku sedang senggang, jadi aku tidak punya alasan untuk menolaknya. Malam itu, lagi-lagi aku melihatnya. Tapi kali ini ada yang berbeda, ia tampak lebih berwibawa di hadapan kami semua.

Ketika waktunya makan malam tiba, kulihat ia nampak sedikit kesulitan. Seharusnya malam ini aku tidak mendapat jatah konsumsi karna aku datang mendadak, tapi Morgana tetap meminta jatah konsumsi tambahan pada panitia.
Sepertinya mereka tengah memperbincangkan hal ini, namun tak kusangka gadis itu memberikan jatah konsumsinya pada siswa yang tadinya diberikan padaku.

Bukankah secara tidak langsung aku mengambil jatah konsumsi miliknya?

Ada sedikit perasaan bersalah dalam diriku, namun aku bersyukur karna teman-temannya mau berbagi dengannya. Gadis pendiam sepertinya, tak kusangka mampu mengkoordinir dengan baik. Terlihat jelas bagaimana wibawa dari jiwa kepemimpinannya, ia mendahulukan kepentingan bersama dan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

Malam itu ia mendapat giliran berjaga, mau tidak mau aku dan Morgana pun juga turut serta karna sedang mengawasinya. Rina tampak memekik yang setengah berteriak membuat kami mengalihkan pandangan padanya, rupanya ia sedang berdebat dengan gadis itu. Perdebatan mereka berakhir dengan gadis itu yang pergi bersama salah seorang laki-laki, yang kutahu ia yang berdansa dengan gadis itu di hari pertunanganku.

Morgana yang merasa curiga pun pada akhirnya menghampiri mereka.

“Kamu mau kemana berdua sama dia?!” Ucap Morgana.

“Mau ke ruang OSIS, revisi.” Jawab gadis itu singkat.

“Gak baik cewek sama cowok berduaan, mana area situ kan gelap!” Protes tunanganku.

“Gaboleh berprasangka buruk Miss, lagian saya sama dia enggak ada hubungan apa-apa kalau Miss masih curiga sama saya.” Ujar anak laki-laki itu.

“Dah lah Ki, gue gak pengen debat. Biar gue kesana sendiri aja!” Ucap gadis itu sambil berlalu setelah mengambil sebuah alat penyimpanan yang kutahu itu FD.

“Jangan sendirian Le!” Tegur Rina.

Gadis yang di tegur tidak menggubris, dan tetap berlalu meninggalkan kami.

“Saya gak setuju kalau dia sama kamu!” Ujar tunanganku menunjuk laki-laki itu.

“Iyaudah terserah Miss aja, kasian itu dianya sendirian.” Balas laki-laki itu.

“Biar saya yang kesana.” Ujarku datar sambil berlalu meninggalkan mereka.

Setiba di bagian belakang sekolah, ku cari pintu dengan papan kecil bertuliskan Ruang OSIS. Setelah menemukannya aku pun membukanya, dan kudapati gadis itu berkutat dengan komputernya tanpa menoleh ke arah pintu.

Honey Bee [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang